Danau

10 1 0
                                    


"Kurang ajar si cupu" mengepalkan lengannya penuh dendam dan.. Mengretek giginya beradu. Penuh emosi.

Sedang kedua bocak kembar di sebelah nya hanya bisa mengusap dan menenangkan si bos.

"Gw bakal kasih perhitungan sama si cupu. Tunggu aja Lo". Ia tersenyum miring melotot menatap kedua punggung yang kini tengah bersenang senang ria di depan danau itu.

***

"Makasih yah udah anterin" Dirgan tersenyum tipis saat wanita itu turun dari motornya.

Hari yang sangat menyenangkan bagi mereka.

"Iya sama sama"

"Gw duluan yah" lanjutnya.

Akhirnya motor milir Dirgan pergi dengan seulas senyum di bibirnya. Penuh kebahagiaan.

Saat dalam perjalanan ia lebih baik melewati jalur tikus. Karena akan sangat segera sampai di rumahnya.

Motor itu melaju cepat. Hingga segerombol itu menghalangi jalannya dan seketika motor Radhit berhenti.

Orang itu. Lebih tepatnya 3 orang itu menghadap membelakangi. Sehingga Dirgan tidak bisa melihat siapa mereka.

"Permisi Mas saya mau lewat" Dirgan berteriak agar ketiga orang di hadapannya ini segera menyingkir.

Tapi ketiganya menengok seketika.

"Oh wait til? I do what I do
Hit you with that ddu-du ddu-du du"

"Ah yeah, ah yeah"

Haha mereka berbalik seolah grup black pink saat kontes. Sedang di tengahnya. Iya. Jaka. Ia malah tersenyum miris.

Dengan tingkah keduanya. Muka nya berubah seketika. Kenapa jadi nyanyi.

"Eh nyuk Napa konser dah" ucap Jaka memukul kepala satu persatu si kembar di pinggir nya.

"Yelah bos jangan tegang tegang Napa. Lepek lepek aja bos"

"Iihh gw blender juga nih mulut Lo pada. Kita gini teh mau kasih pelajaran sama tu orang" geram Jaka sambil menekankan satu persatu katanya.

Dirgan yang di tunjuk hanya cengengesan menatap Rendi dan Randi yang bertingkah konyol. Memang tingkah mereka dari dulu sepeti itu.

"Argh.. udah ah gagal cepet cabut" teriak Jaka membuat kedua Kaka beradik itu bingung.

"Lah lah bos belom juga perang"

"Telat Lo kerupuk Leles" Jaka langsung melajukan motor nya pergi. Karena menahan malu dengan tingkah bocah dua itu.

"Idih baperan Lo najis" Rendi tersenyum miris.

"Eh udah ah ayo nyusul si bos"

"Ehh cupu tunggu pembalasan kita entar Lo. Awas Lo jangan macem macem Lo awas." Teriak Rendi dengan Nada ketakutan.

"Ayo cabut Ran bruan"

Mereka pergi. Entah apa yang mereka lakukan sejauh itu. Ngelawak kah? Dirgan gak tau. Mending pulang.

Tapi saat melajukan motornya pelan. Dan saat mendengar Rendi berucap 'baperan' Dirgan teringat kejadian di danau tadi.

"Ihh gw nanya serius Dirgan Magantra"

"Gw juga serius kali Yura Adira"

Mereka tertawa melihat kelucuan nya.

"Lo tau gak danau ini. Menjadi saksi bisu cinta kita berdua"

Mendengar itu nada melotot kaget. Maksudnya apa coba cinta kita berdua. Minta di bacok aja ni orang.

Tapi enggak tega. Yura mencubit perut Dirgan keras. Membuatnya meringis.

"Argh.. sakit anjing"

"Rasain"

"Idih belom juga jadi pacar udah galak galak deh ah" rayu Dirgan sambil mencubit pipi Yura gemes.

"Siapa juga yang mau jadi pacar Lo?. Ogah"

"Gaboleh gitu. Lo juga suka kan sama gw"

"Jangan ke geeran plis deh Dirgan"

"BODO AMAT"

"Kayanya gw harus bocorin ke semuaaaa siswa-siswi SMA  Tunas Harapan ini.  Kalau celana dalam Lo bolong"  ucap Dirgan penuh kemenangan.

Yura membelalak. Apa apaan ini. Emmm sial. Kenapa jadi bahas celana dalamnya.

"Eh celana dalam gw gak bolong yah Lo. Jangan ngarang"

"Eh kalau gak bolong gak bakalan masuk sayang"

"Iiiii.. dasar otak mesum"

Yura memukul mukul pundak Dirgan kesal. Tapi percuma tenaga Yura hanya secuil baginya.

Tak terasa Dirgan telah sampai di rumahnya. Selama perjalanan memikirkan seseorang itu. Arhh Dirgan kembali jatuh cinta.

***

YoUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang