Di tahun 1999, terjadi pembunuhan satu keluarga konglomerat, yang menggemparkan kota Bandung.
Keluarga Shamus mati mengenaskan dengan leher digantung, di pepohonan halaman rumah mereka. Tubuh-tubuh serta darah itu seolah menghiasi pohon yang rindang. Tidak bisa di bilang sebagai tindakan bunuh diri, sebab tubuh-tubuh mereka penuh luka dengan kulit pucat pasi karena kehabisan darah. Tangan-tangan mereka patah dan remuk seolah terlindas sesuatu yang sangat berat, sedangkan kaki-kaki mereka terpotong dan dibiarkan tergeletak begitu saja, jangan lupakan perut mereka yang berlubang dengan usus-usus serta organ dalam lainnya yang terlihat.
Dan satu tubuh tanpa kepala bersandar di pohon rindang tersebut, tanpa kedua tangan dan kedua kaki, tubuhnya hampir putus di bagian pinggang. Sang kepala keluarga, Grissham Shamus!
Para warga yang melewati gerbang emas, mereka menjerit ketakutan. Kepala dengan rambut gondrong, milik Grissham Shamus terpajang di gerbang rumahnya sendiri. Kedua bola mata dengan netra biru seolah dipaksa keluar dari tempatnya, dengan darah yang membasahi pipi tirus yang sudah rusak, ditambah lagi mulut pria separuh baya itu robek mencapai telinga.
Tepat di hidung mancung Grissham Shamus, kertas putih dengan bercak darah tertempel, ada tulisan dengan tinta merah di atas kertas itu.
'Sang seniman mengumpulkan teman-temannya di ruang waktu. Tidak membiarkan orang-orang untuk ikut masuk. Lalu ia pergi, dan tidak ada orang yang bisa ikut bersamanya.'
Moon Goddess.
Para warga mengumpati si pelaku yang keji, tapi ada juga yang bersyukur karena berakhirnya keluarga Shamus, maka teror tuan tanah akan berakhir.
Lalu, kabar simpang siur mulai terdengar. Katanya, dua hari sebelum pembuhan keji keluarga Shamus, seorang perempuan berusia dua belas tahun mendatangi rumah konglomerat tersebut. Tapi perempuan itu diusir, karena sang pemilik rumah menyangka bahwa ia adalah seorang pengemis. Perempuan itu menangis dan mulai merengek, penjaga rumah yang melihatnya pun merasa tak tega, ia lalu memberikan sebatang cokelat. Si perempuan akhirnya berhenti menangis dan merengek, tersenyum lebar kemudian mengucapkan terima kasih. Sebagai balasannya, si perempuan mendongeng untuk si penjaga rumah. Si penjaga rumah menerimanya, mendengarkan dongeng si perempuan yang mengaku bernama Selene.
Di pertengahan dongeng, si penjaga rumah menghentikan dongeng Selene. Ia tidak menyukai dogeng yang menceritakan tentang keluarga serigala yang jahat, di tambah lagi ia merasa kalau yang dimaksud Selene adalah keluarga majikannya. Ia juga merasa aneh dan terkejut, Selene masih terlalu kecil dan muda untuk menceritakan dongeng menyeramkan tanpa raut wajah ketakutakan, raut wajah Selene justru memancarkan binar kebahagian, membuat si penjaga rumah curiga kepada Selene dan akhirnya mengusir Selene secara baik-baik.
Semuanya menduga bahwa si pelaku adalah Selene, Selene melakukannya karena merasa dendam dengan keluarga Shamus yang mengusir dan mencacinya. Tapi bagaimana pun, Selene masih terlalu kecil jika melakukannya seorang diri. Ah, apa mungkin Selene meminta bantuan seseorang? Bisa saja Selene pelakunya. Apakah ini hanya penuduhan tak berdasar? Atau seseorang melakukannya untuk menjebak Selene? Semua orang bertanya-tanya dan tidak menemukan jawabannya, siapa Selene ini?
Di tahun 2000, seorang kolektor sekaligus seniman lukis terkenal mati di ruang tengah, rumahnya. Terlihat lebih seperti tidur daripada mati, ia terlihat baik-baik saja. Tapi anehnya, seniman bernama Elian Guto itu mati, di atas tumpukan benda-benda antik kesayangannya. Ditambah lagi, genangan darah menghiasi ubin cokelat kayu, mengelilingi si seniman dan benda antik-antiknya.
Si seniman, Elian Guto tersenyum, wajahnya tenang seolah-olah ia memang sedang tidur, dan bermimpi dengan indah. Lalu, secarik kertas tertembel tepat di dadanya. Kertas berwarna hitam dengan tulisan tinta putih.
'Aku akhiri penderitaannya, ia tidak akan terkurung dan bebas, lalu sebentar lagi, tiga serigala putih yang mengamuk akan datang menyusulmu.'
Moon Goddess.
Semua menangis, tidak percaya akan kepergian Elian Guto yang dikenal murah hati dan sangat dermawan, walaupun pribadinya sangat terutup. Semua percaya bahwasanya Elian Guto mati diracuni, tapi hasil ahli forensik tidak menemukan apa-apa. Lalu setelah di lakukan Autopsi, Elian Guto mengalami serangan jantung yang mengakhiri nyawanya.
Istri dari Elian Guto tidak mempercayai itu semua, ia percaya bahwa pelaku pembunuhan suaminya adalah Selene, ya Selene.
Satu hari sebelum kematian Elian Guto, Rinaya Guto--istri Elian Guto-- mendapati bahwa suaminya itu tengah mengobrol bersama seorang perempuan di teras rumahnya. Padahal Elian Guto tidak pernah membiarkan seorang pun untuk masuk, atau menginjakkan kaki di teras rumahnya. Rinaya Guto, mendapati Elian Guto memberi Selene makan, keduanya tertawa bersama. Hingga akhirnya Selene mendongeng, sebagai rasa terima kasihnya kepada Elian Guto. Rinaya Guto menyadari bahwa Selene, adalah Selene yang dimaksud dalam kematian keluarga Shamus, tidak ingin terjadi sesuatu kepada suaminya, akhirnya Rinaya Guto pun mengusir Selene, sebelum dongeng Selene terselesaikan. Dan untuk pertama kalinya, suami-istri itu berengkar hebat.
Di tahun 2001, warga Bandung Kulon di hebohkan dengan berita lepasnya hewan peliharaan dari seorang kakek tua bernama Bardolf Swain.
Tiga ekor serigala putih meneror warga Bandung Kulon, terhitung sudah lima warga lebih yang mati akibat diterkam.
Warga merasa takut dan memilih untuk berdiam diri di rumah, selama seminggu lamanya. Lalu pada satu hari, terdengar kabar bahwa Selene telah membunuh tiga ekor serigala putih tersebut. Tidak ada yang tahu kabar itu benar atau tidak, tapi nyatanya, ketiga ekor serigala putih itu menghilang tanpa jejak, bersamaan dengan menghilangnya Selene.
Lalu tentang kakek tua, Bardolf Swain. Kakek itu ditemukan tewas terpanggang di rumahnya, yang tiba-tiba saja mengalami kebakaran kebat.
Hanya saja kali ini, tidak ada secarik kertas penuh teka-teka yang ditinggalkan oleh Moon Goddes, seakan ia juga ikut menghilang seperti Selene.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
τον αφηγητή : Ton Afigití
Mystery / ThrillerSelene Thaddea Remo, adalah pendongeng yatim piatu yang penuh dengan imajinasi tak masuk akal, di usianya yang masih tujuh belas tahun. Orang-orang menjulukinya 'si gadis pembawa malapetaka'. Setiap kali Selene mendogeng, dogengnya seolah hidup. Ya...