Perkenalkan aku Ayaan Zubair Rahmani, mungkin sebagian dari kalian mengenaliku. Saat ini aku sudah duduk di kelas 12 tingkat akhir. Aku begitu banyak di cintai semua orang, selain orang tuaku dan kakakku, Jannat Zubair Rahmani. Ya, aku juga mempunyai empat sahabat. Aku dan mereka tinggal di Apartement yang sama, juga bersekolah di tempat yang sama dan sama-sama memegang peran aktor di dunia televisi, sehingga waktu kebersamaan ku dengan mereka sangat banyak. Mereka terdiri dari Faraz, Manav, Ishita, dan Alia. Terkadang mereka juga bertingkah tidak waras, tapi jujur saja itu sangat menyenagkan.Saat ini kami berkumpul di Apartement Faraz, ini adalah hal yang biasa. Namun wajah nya saat ini terlihat begitu gelisah. Mata nya itu selalu saja melirik ke arah pintu keluar, Aku yang sedari tadi hanya memainkan ponsel, merasa risih dengan tingkah nya itu.
"Faraz, Apa yang kau pikirkan saat ini?" tanyaku.
"Iya, Ada apa dengan kau ini?" Ishita mulai angkat bicara.
"Tidak, aku hanya menunggu seseorang. Dan kalian harus melihat nya"
"Siapa?" Tanyaku dan ketiga sahabatku serentak.
Faraz terlihat berpikir keras, ia seperti mencari jawaban yang tepat atas pertanyaanku dan yang lainnya. Aku juga melihat nya menghembuskan nafas dengan gusar. Ini sungguh membuat aku kebingungan.
"Sahabat kecil ku, Zahra. Orang tuanya dan orang tua ku juga menjalin persahabatan sejak mereka bersekolah. Kalian tau? Zahra adalah gadis yang periang, tapi semenjak kedua orang tuanya meninggal dikarenakan kecelakaan saat ia berumur 8 tahun Zahra menjadi pendiam. melihat hal itu orang tuaku merasa sedih, dan akhirnya ia diputuskan untuk tinggal bersama kami", jelas Faraz panjang lebar.
Jujur saja setelah mendengar penjelasan Faraz, Aku tidak tertarik untuk mendengar nya kembali. Hatiku sama sekali tidak tertarik, namun tidak untuk ke tiga sahabatku ini. Baiklah, aku lebih memutuskan untuk mengenakan handsfree di telingaku. Mencari cari lagu yang bersenandung di telingaku. Aku tidak peduli dengan cerita masa lalu sahabatnya itu.
"Dia akan datang malam ini?" tanya Manav bersemangat.
"Iya, Orang tuaku yang akan menjemputnya"
"Aku sudah tidak sabar untuk melihatnya", ucap Manav kembali.
Pembicaraan mereka masih terdengar di telingaku. Kini wajah mereka terlihat begitu bahagia, terlebih lagi Manav. Dia adalah laki-laki pencinta gadis cantik. Setiap melihat gadis yang menurutnya meneduhkan di matanya itu, dia akan terlihat begitu bodoh. Dia tidak bisa menjaga image seorang aktor. Lihat saja sekarang, wajah nya sudah bisa aku tebak. Pasti saat ini ia sedang memikirkan wajah gadis itu. Aku berdoa gadis yang datang nanti tidak sesuai dengan pemikirannya.
"Coba bayangkan wajah cantiknya sekarang, Faraz. Beritahu aku sekarang, bagaimana wajahnya itu", Perintah Manav.
"Hey Manav , selama ini kau sudah banyak menggoda gadis. Tapi untuk kali ini aku tidak akan membiarkanmu menggoda Zahra", Alia merasa kesal dan memukuli bahu Manav.
"Kenapa? Kau cemburu?"
"Apa?"
"Iya, kau cemburukan?"
"Enak saja, Aku cemburu denganmu"
Lihat, mereka sudah bertengkar kembali. Mereka selalu saja begitu, terkadang aku berpikir bahwa ada benarnya juga yang di katakan Manav, bahwa Alia cemburu kepadanya. Aku bisa melihat itu dari mata Alia. Tapi ini bukan hakku untuk menyuruhnya mengakui perasaannya itu. Setelah beberapa menit mereka menunggu, akhirnya yang di tunggu pun datang. Kedua orang tua Faraz sudah di depan pintu, tapi sosok gadis itu tidak terlihat. Terlihat senyuman orang tua Faraz mengembang, aku dan mungkin saja ke empat sahabat lainnya tidak mengerti atas senyuman itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Ayaan Zubair
RomansaSebuah perjalanan cinta remaja. "Aku dengan dia itu bagaikan langit dan tanah, dia di atas dan aku di bawah. Dia terkenal aku penggemar, jadi gak bakal mungkin. Walau aku tergila-gila dengannya." -Adzahra Queensi Gabrelia "Simple saja jika aku dan...