1st - Sebuah Alasan

88 10 5
                                    

15th June 20xx

"Jen...., Nengok sini dong"
"Apasih hmmm ?"

"Ayok buat janji, janji kalo kita bakal terus bersama sampai kita nikah, punya anak, terus kita ngebesarin anak kita, sampai anak kita nanti sudah punya kebahagiaan dengan keluarganya sendiri, sampai nanti kita jadi kakek-nenek. Apapun yang terjadi kita harus tetep bersama, apapun cobaannya kita ga boleh pisah. Janji ya ?" Ucap Seoyoung, pada Jeno.

Mendengar kata-kata yang diucapkan Seoyoung, Jeno hanya tersenyum. Padahal sebenarnya ia bingung kenapa tiba-tiba pacarnya berkata seperti itu.

"Jen...., Ayok dong janji"
"Sini mana jari kamu, ayok janji"
"Iya... Iya..., Ini janji"
"Ayok bilang kata-katanya"
"Iya, Jeno janji bakal terus sama Seoyoung sampe maut memisahkan"

"Ihhh.... Ga kayak gitu Jeno. Kayak gini nih 'Jeno janji bakalan terus sama Seoyoung
sampai kita nikah, punya anak, terus kita ngebesarin anak kita, sampai anak kita nanti sudah punya kebahagiaan dengan keluarganya sendiri, sampai nanti kita jadi kakek-nenek. Apapun yang terjadi kita harus tetep bersama, apapun cobaannya kita ga boleh pisah' Gitu, ayok coba !"

"Iya...., Jeno janji bakal terus sama Seoyoung sampai kita nikah, punya anak, terus kita ngebesarin anak kita, sampai anak kita nanti sudah punya kebahagiaan dengan keluarganya sendiri, sampai nanti kita jadi kakek-nenek. Apapun yang terjadi kita harus tetep bersama, apapun cobaannya kita ga boleh pisah."

"Ok janji ya.... Seoyoung juga janji nih"
"Seoyoung janji bakal terus sama Jeno sampai kita nikah, punya anak, terus kita ngebesarin anak kita, sampai anak kita nanti sudah punya kebahagiaan dengan keluarganya sendiri, sampai nanti kita jadi kakek-nenek. Apapun yang terjadi kita harus tetep bersama, apapun cobaannya kita ga boleh pisah."

"Janji ya.... Harus ditepatin"
"Iya janji" ucap Jeno dengan jari mereka yang bertautan.

Seoyeong POV

Aku tak pernah menyangka bahwa janji yang pernah aku ucapkan tempo hari dapat membuat ku masih tetap disini. Kemarin saat aku sedang duduk di bawah pohon di sebuah taman bermain, ada seorang nenek yang menghampiri ku. Nenek itu bertanya pada ku, apa alasan ku masih disini, namun aku tidak mengerti. Lalu nenek itu bercerita bahwa kita masih disini untuk suatu alasan, mungkin saja sebuah janji, atau sesuatu hal yang belum dituntaskan, atau mungkin saja dendam. Dan sebelum pergi nenek itu berpesan pada ku untuk mencari apa alasan aku masih disini.

Dan sejak saat itu aku selalu memikirkan apa alasan ku masih disini. Aku merasa tak mempunyai dendam, semuanya juga sudah tuntas, eh atau mungkin belum. Kalau soal janji, ya aku memang punya, tapi apa mungkin itu, seserius itu janji itu, atau mungkin seserius itu aku ingin mewujudkannya. Aku pusing sendiri memikirkannya. Tapi, mungkin benar janji itu yang mengikat ku disini.

Kalau dipikir-pikir aku konyol sekali waktu itu, memaksanya mengucapkan janji itu. Aku malu sendiri jika mengingat itu. Andai saja janji itu tak pernah terucapkan mungkin aku sudah pergi dari sini. Entah aku harus senang atau sedih, tapi aku merasa aku disini tanpa tujuan, mungkin lebih baik aku pergi saja. Karena aku tak pernah tau apakah dia masih disini juga atau dia sudah pergi duluan.

Ohh ya ampun, aku merasakan penyesalan ini lagi. Andai saja saat itu aku tidak bodoh mungkin sekarang kami masih bersama. Andai orang itu tak pernah datang di hidup kami mungkin aku tak pernah melakukan hal bodoh itu. Dan andai saja aku tak membuatnya menunggu mungkin orang itu tak akan pernah menjadi alasan kami terpisah.

Aku benci orang itu, dia temanku tapi dia menghianatiku. Aku benci penghianat. Tapi, aku lebih membenci diriku yang bodoh, bodoh karena terlalu terbakar emosi hingga akhirnya aku harus berpisah darinya.

Taman ini, dulu adalah tempat favoritku. Banyak kenangan yang kami buat di taman ini. Dia menyatakan cintanya disini, setiap kencan kita selalu mampir ke tempat ini, bahkan janji itu juga kami ucapkan disini. Namun sekarang, aku membenci tempat ini. Karena tempat ini yang memisahkan kami, dan aku harus terkurung di tempat ini dan tak bisa kemana-mana. Seolah-olah Tuhan sengaja mengurungku di tempat ini, dan terus menyesali perbuatanku.

Aku lelah, setiap hari bertanya-tanya tentangnya, dimana dia, sedang apa, apakah dia memikirkanku, dan yang paling penting apa dia masih disini.

Aku rindu dia, segala tentangnya, senyuman manisnya, candaannya yang kadang tak lucu. Aku rindu setiap waktu yang selalu kami habiskan. Jika bisa memutar waktu aku tidak akan bertindak bodoh lagi. Aku sangat mencintainya, saat itu aku hanya tak mau kehilangannya, namun aku malah kehilangan dia.

Dan sekarang aku harus apa ? Tidak mungkin aku menepati janji itu jika aku tak pernah bertemu dengannya. Apakah aku harus mencarinya ? Namun, bagaimana caranya, aku saja terperangkap di tempat ini dan tak bisa keluar dari tempat ini. Aku rasa aku hanya bisa menunggu sebuah keajaiban, lalu baru aku bisa pergi dari sini.

Tapi, sampai kapan aku harus menunggu ? Menunggu itu membuatku tersiksa. Lalu aku harus bagaimana ? Entahlah, mungkin aku akan menjadi penunggu tetap tempat ini, sembari berharap keajaiban datang dan membuatku menepati janjiku.

 You

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You

as
Kim Seoyoung

To be continue....

Please vote and comment

Thank you

23/04/2020

You're The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang