3

11 0 0
                                    

"Jalan make kaki ya? Ga pake mata?" Yang tertabrak pun menunduk demi melihat seseorang yang membuat ulah disini.

Sontak Flora terkejut bukan main. Orang itu adalah orang yang sangat dikenal oleh Flora. Dia senior eskul Flora, dia senior Paskibra di sekolah ini. Percayalah, tidak ada di sekolah ini orang yang berani menatap wajah garangnya. Bagaimana tidak dia orang paling disegani di sekolah, bahkan ketua OSIS pun segan kepadanya.

Bukan, dia bukan biang masalah. Walau bisa dibilang begitu, tapi jangan salah Dia juga banyak membawa piala penghargaan untuk sekolah ini karena bakatnya yang multitalent. Dia juga seorang gitaris di band sekolah. Sungguh Flora tidak percaya, ia menabrak orang ini. Jujur senior paski yang paling paling Flora hindari untuk bertemu adalah DIA dengan wajah garangnya ia ditakuti dan disegani semua murid di sekolah ini. Namanya Fahman Ahza Argani.

"Maaf bang... ga sengaja. Ga keliatan soalnya" Jantung Flora bedegup kencang, bukan karena tanda tanda cinta melainkan takut dipermalukan, karena cowok itu sering mempermalukan banyak orang.

"Ga keliatan atau sengaja nabrakin diri ke gue?" Cowok itu mengeluarkan nada tawa yang lebih cocok disebut tawa meremehkan.

"Ga ko bang.. emang ga sengaja" Tawa itu membuat bulu kuduk Flora merinding mendengarnya.

"Oh gitu." Preman sekolah tersebut menjawab seadanya. Dan itu membuat Flora semakin ketakutan. "Berarti kalo gue tonjok lo sekarang, itu juga namanya ga sengaja?"

"Bukan maksud-" belum sempat Flora meloloskan kalimat di mulutnya, orang itu sudah memotong ucapannya.

"Pergi." Satu kata yang membuat kaki Flora membeku di tempat.

Flora melangkahkan kakinya dengan susah payah untuk beranjak dari tempatnya, jujur dia tidak kuat berlama lama dekat dengan orang baru saja keluar dari kutub utara. Dingin. Bahkan mungkin lebih dingin jika dibandingkan dengan hidung kucing.

"Flora!" Diujung sana Nazifa meniriakkan namanya murka. "Lo kemana aja hah?!"

"So- sorry, gue lagi nyari rambut gue tadi jatuh satu helai di koridor sana" Flora terbata bata menjawab pertanyaan Nazifa yang dilontarkan dengan nada nada amarah.

"Lo kira rambut lo rambut medusa hah?! Yang bisa dicari gitu aja?" Sentak Nazifa tak habis habisnya.

"Nanti kalo ilang satu lembar kelihatannya tipis" Flora terus terus mencari alasan tak masuk akal.

"Lembar.. lembar.. emang kertas apa" Nazifa akan lelah sendiri jika harus meladeni anak setengah matang ini. Dia pasti akan terus terusan mencari alasan tak masuk akal yang garing menurut Nazifa. "Dah yuk balik ke Azkaban"

"Azkaban lo kira ini film Harry Potter apa?" Nazifa tak menganggapi ia hanya pergi menuju ke kelasnya dan diikuti Flora di belakangnya. Menurutnya kelas adalah tempat yang patut disebut sebagai Azkaban atau penjara yang melarang kebahagiaan dalamnya. Meski menurut murid lain kelas adalah tempat segudang ilmu. Nazifa hanya menganggapnya sebagai tempat tidur, dengan suara merdu guru yang menina boboknya.

"Lo dapet informasi apa tadi di dalem Naz?" Flora mempercepat beberapa langkahnya agar sejajar dengan temnnya itu.

"Kita pergi tanggal 14 Desember. Bayarnya tiga juta" ucapnya tanpa melihat lawan bicara disampingnya.

"Hah? Berarti 4 hari lagi dong? Uangnya kapan terakhir" Flora menatap wajah perempuan disebelahnya untuk berdialog walau tidak dapat balas tatapan.

"Ya. Lo khawatir banget ya kalo masalah uang, langsung manteng" Nazifa kali ini menatapnya sekilas lalu melihat lurus ke depan kembali.

"Gue harus beli perlengkapan daleman dong, sempak sama kutang gue pada jelek, nanti kalo jatuh terus ditemuin sama orang kan malu." Flora membayangkan kejadian tersebut jika terjadi padanya.

Beauty End The BusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang