Flora meninggalkan parkiran. Ia sengaja memarkirkan motornya di tempat parkiran biasa di sekitar mall, tidak diparkiran yang disediakan mall. Ia tidak mau jika harus menambah ongkos parkir hanya karna ia lama memutuskan celana dalam mana yang cocok dan akan ia bawa pulang. Ia pasti akan mencoba satu persatu daleman yang cocok untuknya.
Flora menaiki lift sendirian, orang orang mungkin banyak yang lebih memilih menaiki 'tangga berjalan' karena banyak saja dari mereka yang melihat dan membeli barang menarik di perjalanan sebelum mereka sampai ke tempat barang yang akan mereka dibeli, alhasil uang mereka sudah habis ketika sampai pada barang tujuan. Flora menyebut eskalator dengan sebutan 'tangga berjalan' karna Yatha yang mengajarkannya.
Glora menekan tombol yang tertera angka 3 dipermukaannya. Tak butuh waktu lama lift pun segera bergerak mengangkat Flora menuju lantai yang dituju. Flora melihat ke kiri dan kekanan dengan was was.
"Anjayy serem juga ni lift. Kalo tiba tiba disini ada silinderman gimana? Kan kasihan kepalanya ga muat. Soalnya atap di liftnya pendek." Ujar Flora dalam hati.
Lift berhenti bergerak, pintunya secara otomatis terbuka. Flora berjalan keluar dari lift dan mencari toko perlengkapan daleman dilantai ini.
Tak perlu waktu lama, Flora mendapati toko yang memajang manekin seksi tanpa baju. Hanya memakai celana dalam dan kutang saja. Flora memasuki toko itu dan matanya mulai menjalar kemana mana.
Flora terlebih dahulu mencari kutang untuk dirinya, ia menghampiri deretan yang memajang kacamata kuda di dindingnya. Flora mencari ukuran yang sesuai dengannya.
"Gue kan tepos. Susah nih nyarinya. Masa gue harus pake mingset?" Ujar Flora mengetuk dagunya menggunakan jari telunjuk dengan bingung.
Flora melihat berbagai macam bentuk, mulai dari kutang tali yang suka dipakai bule untuk berjemur sampai dengan kutang yang tak lazim diciptakan. Flora memandang kutang tak lazim diciptakan itu lalu mengambilnya agar terlihat lebih jelas dimatanya.
"Busett... gila banget, siapa yang mau make kutang kaya gini? Ini sih buat kutang anak rock berduri kayak durian. Cocok nih buat kaum adam yang brengsek"
Flora meletakkan kembali kutang yang bewarna hitam dengan aksesoris duri disekitar cup kutangnya.
Flora kembali ketujuannya. Yaitu mencari daleman atas dengan ukuran cup yang hanya sebesar jeruk. Terbilang cukup mungil bukan? Lupakan.
Akhirnya setelah pencarian yang melelahkan Flora mendapatkan daleman atas yang sesuai dengannya. Saatnya ia mencari daleman bawah untuk ia bawa pulang.
Flora kali ini berpindah tempat. Banyak sekali model celana dalam disini ada yang hanya seutas tali, yang kainnya transparan, yang ada sakunya, bahkan gambar kartun sekalipun.
Flora tidak tertarik dengam model yang mencolok itu. Ia hanya mengambil beberapa celana dalam bewarna hitam yang sesuai dengan tubuhnya. Ia segera membayar belanjaannya dan kembali keluar toko pakaian dalam tersebut.
"Gue langsung pulang aja gitu? Atau beli makanan buat pergi nanti?" Flora bingung dengan tujuan selanjutnya. "Yaudah nanti ajalah itumah mama aja yang beli sekalian sama perlengkapan mandi" ujuarnya mengibaskan tangan tak peduli.
Flora tak ingin berlama lama ditempat yang ramai ini. Walau pada kenyataannya ia telah memakan waktu yang cukup lama hanya untuk memilih pakaian dalam yang sesuai dengannya. Akhinya Flora memutuskan untuk pulang saja.
Flora akan menggunakan eskalator saja untuk menuju parkiran. Ia melihat banyak orang mengantre menunggu pintu lift terbuka. Lebih baik Flora ke lantai bawah menggunakan tangga berjalan saja supaya tidak repot repot berdesakan dengan banyak orang. Sekalian ia akan melihat barang yang mungkin dibutuhkan untuk nanti.
Flora sampai ke lantai dua. Ia berjalan menelusuri lantai mall melihat ke kiri dan ke kanan menyapu pandangan sekitar. Sebelum sosoknya menangkap orang yang tidak asing lagi dimatanya.
Mata Flora memanas hendak mengeluarkan cairan bening dari kelopak matanya, dadanya sesak, dan jantungnya berdetak tak beraturan. Entah kenapa matanya menangkap pemandangan yang menyesakkan dada ini. Bibirnya bergetar tapi tidak ada sepatah katapun terlontar dari mulutnya. Padahal dalam hati dan pikirannya banyak kalimat kalimat yang muncul sebab pemandangan itu.
Sungguh tidak percaya, Minggu ini benar benar minggu yang buruk sepanjang hidupnya. Baru kali ini Flora tidak menyukai hari minggu. Sakit. Rasanya ia ingin terbang detik ini juga ke bulan. Karna sepertinya bumi tidak menerimanya dengan baik.
Seseorang yang bersama perempuan itu, seseorang yang tertawa bahagia pada saat memberi boneka besar kepada seseorang dihadapannya. Seseorang yang mengelus lembut puncak kepala perempuan itu. Sialnya, seseorang itu adalah Yatha Zafarani.
Flora kecewa, sedih, sakit. Pada kenyataannya selama ia pacaran dengan Yatha, Yatha tidak pernah memberinya apapun. Bahkan untuk sekedar membayar tiket bioskop berdua dibebankan padanya. Yatha hanya pernah memberinya pulpen sisa, bekas pakai Flora pada saat ia selesai mengerjakan tugas Yatha yang menumpuk. Pulpen yang Yatha berikan dengan cara dilempar kepadanya. Pulpen yang masih diabadikan oleh seorang Flora.
Dan sekarang, Seseorang yang baru saja kenal mungkin beberapa hari dengan Yatha sudah ia berikan hadiah yang istimewa, walaupun perempuan itu tidak pernah membantu Yatha mengerjakan tugasnya, tidak pernah membantu Yatha untuk mengambil upil dihidungnya, tidak pernah disakiti Yatha sebelumnya. Sudah bisa mendapatkan imbalan dari seorang Yatha.
Dunia benar benar tidak adil.
Tapi satu yang Flora pikirkan. Seseorang itu bukanlah Yumi, perempuan itu pacar barunya. Yumi hanya permainan belakangnya.
"Apakah ia sesering ini memainkan hati perempuan? Haha brengsek!" Flora membentuk senyum miring yang lebih tepat disebut senyum licik di wajahnya.
Flora membalikkan badan pergi sejauh mungkin dari pemandangan yang menyesakkan dada itu. Dengan air mata di pipi yang terus terusan diusap telapak tangannya. Berjalan dengan langkah gontai.
Flora sampai di lantai satu dengan dada yang masih sesak ia mempercepat langkahnya menuju parkiran motor. Sebelum akhirnya ia merasa menginjak sesuatu yang empuk dikakinya.
"Woy! Jangan di injek!" Teriak seseorang kepada Flora yang otomatis menjauhkan kakinya dari pijakan itu.
Mata Flora liar mencari arah sumber suara, dan ia menemukan pria berhoodie biru tua itu lagi. Lagi lagi dia bertemu dengan seseorang yang tidak ingin ia temui hari ini. Minggu damaii menjadi minggu kekacauan dalam hidupnya.
Flora mengambil benda yang tidak sengaja ia injak menepuk bagian kotor di benda tersebut. Lalu menghampiri Fahman yang sedang berdiri mematung tak jauh darinya. Sepertinya barang yang Fahman bawa tadi terjatuh karena tabrakan dengan seseorang atau apapun itu yang jelas Flora tidak tahu kenapa benda ini ada di pijakannya.
Air mata Flora sudah reda dan tidak keluar lagi. Akan tetapi menyisakan warna merah pada matanya. Flora membuka lebar benda yang ada di pegangannya, ternyata benda itu adalah sebuah jacket bewarna biru langit yang lucu. Terlihat dari barangnya, sepertinya barang ini dibeli dengan harga yang cukup menguras dompet, dari bahannya yang lembut,hangat dan tebal di genggaman tangan Flora.
Tapi Flora yakin barang ini pasti bukan untuk Fahman sendiri. Karena dilihat dari penampilannya jacket ini seperti jacket seorang perempuan. Beruntung sekali pacar Fahman, ia mendapatkan cowok yang bangga dan selalu perhatian padanya.
"Nih bang, maaf ga sengaja" Flora mengulurkan tangannya memberikan jacket biru langit itu kepadang pemiliknya.
"Ok" Fahman mengambil jacket tersebut dari genggaman Flora dan pergi meninggalkan Flora begitu saja. Tanpa melihat wajah Flora.
Flora dibuat heran dengan lelaki itu. Udah sering dijemur dilapangan selama latihan paski, tapi tetep aja dingin.
________________
Sorry kalo ada yang typo:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty End The Bus
RomanceAcara sekolah untuk mengunjungi universitas terfavorit mungkin sudah banyak dari kalian yang mengetahui kegiatan tersebut. Ya! Study campus tentunya sudah umum dilalukan oleh sekolah menengah atas di seluruh Indonesia yang peserta kegiatanya yaitu p...