03 [MY NAME..]

21 7 1
                                    

Sebuah pertemuan bukannya tidak disengaja, namun ada takdir dibalik itu semua.

-Marvell Grey-
______________

Brakk...

“Sorry.. gue gak sengaja.” Marvell hanya diam, dia melihat ke arah gadis itu. Yang saat ini sedang membantunya merapikan buku-buku yang dia bawa tadi. Gadis yang saat ini memenuhi pikiran Marvell, siapa lagi kalau bukan Ana Thalita.

Ana yang sedari tadi menunduk, akhirnya menoleh keatas melihat Marvell. Dia membelalakkan matanya, dia terkejut dengan fakta dia menabrak sang ketos. Ini semua akibat teman-temannya, jika saja mereka tidak meninggalkan Ana tertawa sendiri dikantin. Mungkin saja ia tidak akan menabrak sang ketos batu es.

Hanya karena kena tipu tadi, mereka memang benar-benar merajuk. Dan meninggalkan ia sendiri di kantin, dan mendapatkan kesialan. Ana was-was, kalau setelah ia membantu merapikan buku-buku ini. Mulut tajam, seperti silet sang ketos menohok jantungnya.

Ana dan Marvell pun berdiri, “Maaf, gue serius gak sengaja,” Ana ragu-ragu mengulurkan tangannya.

Marvell menyambutnya, “Gue Marvell, dan lo Ana? Makasih.” dan melepaskan sambutannya tadi, lalu ia pergi meninggalkan Ana yang terbengong sendiri. Sempat Marvell, melirik Ana yang mematung bak patung. Ia hanya tersenyum tipis, tanpa ada orang yang menyadari bahwa dia tersenyum.

“Perasaan gue gak ngajak kenalan? Gue kan ngulurin tangan, buat minta maaf? Kok dia tau nama gue?” pertanyaan-pertanyaan yang ada dipikirannya, akhirnya keluar dan si empu sudah pergi.

“Na! Masuk udah ada bapak kang rukiyah!” panggil Bella kepada Ana, membuat Ana berjalan cepat menuju kelas.

••••

“Sekian pelajaran hari ini, oh iya pak mau tanya. Kalian udah taukan sekolah kita ngadain Study Tour sama perpisahan di Bali?” tanya Bimo kepada murid kelas XI IPA 2.

“Udah pak!” jawab mereka serentak.

“Pasti kalian ikutkan?” tanya Bimo sekali lagi. Rata-rata murid kelas ini mendengus dan mengumpat didalam hati, soal guru yang ganas banyak tanya ini.

“Iya pak!” jawab mereka serentak.

“Ok, kalau gitu bapak permisi.” ia pun lekas keluar dari kelas XI IPA 2 ini.

“Kalian masih ngambek?” tanya Ana tiba-tiba, kepada teman-temannya.

Tak ada sahutan, hanya Bella yang menggeleng. Ana menghela napas, “Monmaaf, suer gue cuma main-main aja. Kalian mah semua dibawa baper.”

“Enggak kok Na, Bel nggak ngambek.” jawab Bella polos. Sedangkan Almira memutar bola matanya malas.

Ana menghela napas sekali lagi, “Iya Bel, kalo sama lo mah mudah. Sama dua dugong ini yang ribet ck,” Ana berdecak kesal.

“Dih badak!” umpat Almira kesal. Sedangkan Ana hanya memutar bola matanya malas. Diandra pun hanya diam, dan tak menoleh kearah Ana sekalipun.

“Padahal ada yang mau gue ceritain, ah yaudah. Gue mau cerita aja sama Bella kalau gitu.” Ana langsung berdiri dari bangkunya, dan ingin menuju ke sebelah.

Brukk...

“Aaaa.. Pantat gue!” Ana meringis kesakitan. Dia ditarik Almira secara tiba-tiba, sehingga ia kembali terduduk dibangkunya.

𝐖𝐡𝐞𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫 𝐘𝐨𝐮 𝐀𝐫𝐞♕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang