Prolog

32 2 0
                                    

Cowok itu menatap sejenak bangunan rumah bergaya moderen yang didominasi warna putih tersebut dengan kerutan samar di dahinya sebelum turun dari Jeep yang ia kendarai untuk sampai di sini. Malam semakin larut namun lampu kamar yang ada di lantai dua—lantai paling atas—itu masih menyala yang menandakan jika si penghuni kamar belum terlelap walau pukul sudah menunjukkan angka setengah satu pagi.

Sean Aditama memperhatikan kamar itu lamat-lamat, dari sini bisa dilihatnya balkon kamar dengan penerangan cahaya kekuningan tersebut penuh dengan beberapa variasi tanaman yang tampaknya dirawat dengan sangat baik oleh si pemilik. Ia juga bisa melihat ada hanging chair di sebelah pot tanaman palem yang tampak rimbun di sana.

Nyatanya, jika dalam kondisi normal, Sean akan berpikir ribuan kali mengendarai mobilnya untuk sampai di sini.

Atau seharusnya ia tidak boleh terlalu banyak berpikir. Maka dari itu, Sean mengambil ponselnya yang ada di saku celana jins yang tengah ia kenakan. Benar, terlalu banyak berpikir membuat segalanya menjadi lebih sulit.

*

Malam di penghujung Februari yang terasa sejuk itu, Seara Larasati sengaja tidur lebih larut dari biasanya. Mungkin karena besok adalah hari Sabtu, di mana ia bisa tidur sepuasnya tanpa was-was dengan jadwal kuliah yang membuatnya kadang ingin berhenti kuliah saja saking mumetnya. Cewek itu baru saja keluar dari kamar mandi dan mengikat rambutnya dengan asal ke atas, melirik jam yang ada di nakas samping tempat tidurnya sebelum beralih menatap kedua anjingnya—Kuga dan Maru—yang tidur bersebelahan di bagian karpet tempat tidur Seara.

Lagu Habitual dari Justin Bieber masih mengalun dengan suara rendah memenuhi kamar Seara. Well, kalau boleh jujur, Seara bukanlah penggemar Justin Bieber, hanya saja lagu-lagu dari album Changes-nya yang dirilis tanggal 14 Februari itu benar-benar bagus dan Seara adalah seseorang yang menikmati lagu yang berkualitas.

Cewek itu lantas mengambil ponselnya, berniat memutuskan sambungan ponselnya dengan bluetooth speaker yang sedaritadi tersambung sebelum sebuah notifikasi mampu membuat otot-otot lehernya tegang seketika.

Sean
Keluar.
Gue tau lo belum tidur.

Seara memandang layar ponselnya lamat-lamat. Apakah Sean baru saja mengirimi Seara sebuah pesan?

Maksudnya, Seara hanya tidak yakin jika cowok yang ditaksirnya selama dua tahun terakhir ini mengiriminya pesan untuk kali pertamanya setelah berbagai cara yang ia lakukan untuk menarik perhatian cowok itu. Seara tidak salah lihat 'kan? Cewek itu memang sedikit mengantuk sekarang, namun dia yakin masih bisa membaca pop up notifikasi ponselnya dengan benar.

Dan tunggu, apa maksudnya pesan Sean? Keluar? Dan cowok itu tahu jika Seara belum tidur? Apakah artinya...

Dengan cepat, Seara berjalan menuju jendela kamarnya, menyibak gorden dengan tidak sabar dan mengintip keluar. Dentuman jantungnya mendadak semakin kencang. Seara tentu hafal dengan pemilik Jeep hitam yang kini terparkir di depan gerbang rumahnya itu.

Seara membuka gerbang rumahnya setelah turun berlari untuk sampai ke lantai bawah. Saking semangat dan speechless-nya, dia bahkan tidak sempat memperhatikan penampilannya saat ini yang jauh dari kata layak untuk bertemu dengan cowok yang berhasil menarik perhatiannya selama dua tahun. Cewek itu baru sadar jika dia masih mengenakkan piyama kotak-kotaknya dengan rambut yang digulung awut-awutan setelah gerbang rumahnya terbuka dan menampilkan sosok Sean yang kini tengah bersandar di kap mobilnya memandang Seara tanpa ekspresi—seperti biasa.

"Sean?" Seara menghentikan langkah ketika tubuh keduanya berjarak tidak lebih dari satu meter. Binar penasaran itu tidak berusaha dia tutupi. "Kamu ngapain di sini?"

Sean tidak menjawab sekitar satu menit lamanya, namun matanya terus memandang Seara yang berdiri kikuk karena suasana yang hening seperti ini. Setelah membersihkan tenggorokkannya pelan, Seara membuka mulut untuk bertanya lagi. "Kamu—"

"Jadi pacar gue." Adalah suara berat Sean yang menyela kata-kata yang belum sempat ia lontarkan dan kini sukses membuatnya tercengang.

Pandangan cowok tinggi itu tidak lepas dari mata Seara yang membuatnya dilanda kebingungan. Apa yang Sean katakan barusan? Menjadi pacarnya? Seara tidak sedang bermimpi 'kan?

Demi Tuhan, ini Sean Aditama. Cowok super dingin yang tidak tersentuh walau Seara mengerahkan seluruh tenaga untuk mencairkan hatinya yang sedingin es itu kini tengah meminta Seara untuk menjadi pacarnya.

Hanya satu hal yang bisa Seara pikirkan saat ini. Dia tidak sedang berada di alam mimpi 'kan? Karena rasanya ini seperti mimpi indah yang akan cepat berakhir ketika cewek itu membuka matanya barang sedetik.

*

Into You - ft. Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang