01

901 27 24
                                    


.pasutri kondang.

-akaayuki-

⬇️

"I am grateful to be sharing
love and life with a wonderful
man like you."

───────

Dahulu, wanita itu memiliki kekhawatiran yang begitu jelas.

Masih melekat dalam ingatan kala prosesi pernikahan tengah berjalan. Sewaktu mereka berdua berdiri berdampingan di altar untuk saling mengucap janji setia.

Dari sekian banyak anggota keluarganya yang turut berbahagia, wanita itu justru tenggelam dalam kegelisahan.

Spekulasi buruk lantas berdatangan. Membuat ia benci pada dirinya yang sulit untuk melihat sisi positif dari segala kejadian dan benci pada dirinya yang kalut dalam pengendalian.

Ia khawatir tidak dapat bertahan karena keinginan egoisnya. Ia khawatir gagal menjaga komitmen yang sudah dibangunnya. Rupanya hal semacam itu yang terus menggerayangi pemikirannya.

Dibanding menikmati segala keindahan dibalik kata pernikahan, wanita itu lebih tidak siap untuk menghadapi segala kemungkinan buruk yang terancang sempurna dalam kepala.

Menyedihkan.

Akan tetapi, Tuhan menunjukkan kuasanya. Tidak sedikitpun membiarkan kecacatan menghiasi hari bahagia mereka.

Maka, melalui sosok pria yang akan menjadi teman hidupnya, Tuhan menyisipkan dua patah kata agar ketenangan senantiasa ia rasa.

"Aku tahu ini memang berat," ucapnya. "Oleh karena itu kita ada di sini untuk menghadapinya bersama. Begitu 'kan?"

Akaashi Keiji mengucapkannya. Dengan nada ketegasan yang jelas terpancar.

Demi Tuhan. Belum pernah ia mendapatkan ketenangan yang begitu dalam hanya dari perkataan seseorang.

Oleh sebab itu, wanita itu selalu yakin akan satu hal dalam hidupnya.

Bahwa melalui jutaan sebab akibat kejadian yang terangkai dalam benang kehidupan, semua itu akan bermuara pada simpul bernama kebahagiaan.

Dan Tuhan menjawab kebahagiaan yang ia pinta melalui sosok yang paling ia idamkan.

"Selamat pagi, Keiji," sapanya begitu merasakan dekapan erat dari belakang. Kegiatan melamuni mesin pembuat kopi berhenti. Berganti dengan senyuman tipis untuk melengkapi sapa di pagi hari.

Akaashi Keiji setia memangku dagu pada bahu sang istri. Mempersempit jarak dengan mengeratkan dekapan yang sedari tadi menemani.

"Selamat pagi."

Didapatinya pria itu sudah dalam setelan jas abu gelap, dengan bingkai kacamata yang setia menghiasi manik biru keabuannya.

Ia membalikkan badan. Dengan pelan, dekapan ia uraikan. Akira bertanya, "nah, bisakah kita memulai sarapannya sekarang?"

Dua cangkir berisikan kopi panas dibawa menuju kitchen bar. Tidak lupa empat potong sandwich sederhana yang telah ia buat beberapa menit belakangan.

Rutinitas pagi berjalan tanpa kendala berarti. Mereka yang menikmati sarapannya dengan tenang. Keiji yang melahap serta berita terbaru dalam surat kabar. Juga konversasi ringan untuk mencairkan suasana.

Seperti Keiji yang menyampaikan informasi bahwa nanti akan pulang lebih lambat lagi;

"Aku pulang sedikit terlambat," tutur Keiji.

"Oh ya? kalau begitu, aku ingin mengunjungi restoran nanti."

"Jangan terlalu memaksakan diri."

"Hey, kita sudah sering membahasnya, kau tahu?"

"Barangkali kau lupa?"

Ataupun Akira yang memilih mengalah di pagi hari ketika mendebat sang suami.

"Baiklah baiklah, Yang Mulia Berwajah Datar Akaashi Keiji."

Dan tawa ringan menguar.

Kemudian, sampailah Akaashi Keiji untuk pamit padanya. Mengelus pelan rambut salju kepunyaan wanita itu lalu menyempatkan untuk mengecupnya sekilas.

Pesan singkat tak lupa ia sematkan. "Jaga diri baik-baik."

Dan wanita itu, tentu membalasnya dengan hal serupa. "Baiklah. Semoga harimu menyenangkan." Ia melanjutkan. "Dan ... selamat menghadapi kemacetan ibukota."

Maka, dari keseluruhan monolog panjang yang sedari pagi saling menyahut dalam benak, Akira sampai pada keputusan yang sejak dulu terdoktrin dalam pemikiran.

"Aku sangat beruntung karena dapat berbagi cinta dan kehidupan bersamanya."

Kali ini saja ia memohon dengan sangat, semoga akhir dari mereka hanyalah maut yang memisahkan.

[]

selamat malam!

selamat datang di chapter pertama! hahaha, seperti yang kalian tahu, saya bakalan sulit banget buat narasi humor-terutama dua karakter diatas yang lebih memancarkan aura kelam dibanding aura haha hihihi.

nah, kemudian, untuk substansi dari buku ini, saya ingin menyeimbangkan antara berat dan ringan; baik dan buruknya; suatu pernikahan.

biar orang ngga melihat pernikahan sesimple yang ia kira; juga ga semenyenangkan yang ia bayangkan. karena pernikahan merupakan janji sehidup semati dimana komitmen kita benar-benar diuji.

tapi semoga apa yang saya rencanakan berhasil terealisasi. dan semoga saja, apa yang saya tulis pada buku ini dapat tersampaikan kepada sanak saudari,

oh ya, jangan ragu untuk memberikan kritik dan sarannya, dengan tangan terbuka saya menerimanya!

terimakasih sudah membaca, sampai jumpa di chapter selanjutnya!

terimakasih sudah membaca, sampai jumpa di chapter selanjutnya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
pasutri kondang.Where stories live. Discover now