07

186 14 11
                                    


.pasutri kondang.

-akaayuki-

⬇️

“we're a mess, sometimes.”

───────

Kepalan jari membentur kemudi untuk kesekian kali. Sisa air mata tidak berniat ia hapus dari pipi. Sedang roman muka, jauh lebih kacau dari yang Akira ketahui.

Sialan. Sialan. Sialan. Sialan.

Mengambil kesempatan sepuluh detik tersisa sebelum lampu lalu lintas berganti warna, dilemparkan kuat-kuat sebuah map cokelat lengkap dengan testpack-nya.

Apa saja, asalkan hal itu mampu mengurangi emosi yang mengerubuti hati.

Akira sadar tidak ada gunanya menganaktirikan takdir. Letak kesalahan ada pada dirinya yang mendambakan ekspektasi.

Namun, bagaimana lagi?

Belum merasa puas dalam melampiaskan emosi, pedal gas ia injak sekuat hati. Bahkan, otaknya sudah tidak memikirkan lagi bahwa warna lampu belum berganti.

Sebelum wanita itu benar-benar menyadari, guncangan keras datang dari sisi kiri. Hingga benturan terjadi antara kepala dengan kemudi mobil.

BRUG

Dan kesadaran diri gagal ia raih.

-

Akaashi Keiji menunjukkan kegelisahan yang luar biasa. Selepas mendarat di bandara Soekarno Hatta, dirinya mendapat panggilan dari sang ibunda.

“Akira berada di rumah sakit, dua hari yang lalu ia mengalami kecelakaan.”

Maka, senyuman ringan karena setelahnya ia mengira dapat bermanja dengan Akira sirna begitu saja. Keiji mengacak cepat rambut jelaga miliknya.

“Akira?” panggilnya begitu pintu kamar inap menjeblak terbuka.

Tidak ada sahutan. Akira berbaring memunggunginya. Membuat pria itu tidak mempunyai pilihan lain selain membiarkannya.

“Kau paling suka membuatku khawatir.”

Netra biru keabuan mengamati ruangan. Lantas terdiam menatap nakas. Sebuah map cokelat dan ponsel hitam terletak di atas.

Tidak membutuhkan sekian-sekian menit, map cokelat ia raih. Merogoh isinya secepat mungkin. Dan begitu sebuah testpack telah ia teliti, Keiji berhasil meluruskan benang rumit yang memenuhi daya pikir.

Seriously, Akira?”

Kecelakaan itu tentu sebuah kesengajaan. Tanpa pengakuan verbal dari istrinya, pria itu sudah menduga, mengingat ia paham betul tabiat Akira.

“Astaga, aku tidak habis pikir!” Nada suara dalam ucapannya meninggi. “Pelampiasan kekanakan begitu membuatmu puas? Kau tidak sadar apa yang sudah kau lakukan? Kemana Akira yang selalu tenang menghadapi berbagai problema?”

Menetralkan sejenak deru napas yang terlalu cepat, ia pun kembali melanjutkan. “Aku tidak ingin Akira yang dulu kembali lagi.”

Hening sejenak mengambil alih.

“Ibu tadi berpesan agar kau menemui dokterku.” Suara lirih menanggapi. Meski begitu, posisi tubuhnya tidak berganti.

Tanpa sanggahan berarti, pria itu paham sepenuh hati, Akira memintanya untuk pergi.

Kelelahan fisik dan pikiran yang mendera ia salahkan mengapa emosinya meluap-luap. Ia memijat ringan pangkal hidungnya, lalu bergerak meninggalkan ruangan.

“Maafkan aku.” Keiji menyadari, ia sudah bertindak di luar kendali.

Dan tentunya ia tidak menyadari, tetesan bening dari sang istri menangisi hening, lagi.

[]

hey, aku harap ini tidak terlalu jomplang dengan bab kemarin.

ada tanggapan?
kritik dan saran?

pasutri kondang.Where stories live. Discover now