08

171 13 10
                                    


.pasutri kondang.

-akaayuki-

⬇️

“you're everything i cared about.”

───────

Deru napas tidak terkendali. Meski begitu, lega perlahan menyusupi. Tiga meter darinya, keberadaan sang istri berhasil menghapus kepanikan yang ia dera selama beberapa menit belakangan.

Ia sempat mengira hal buruk terjadi karena tidak menemukan wanita itu di dalam rumah. Tidak pula meninggalkan pesan singkat di kulkas seperti biasanya, bahkan tidak menyajikan sesuatu untuk makan malam.

Akan tetapi, mendapati Akira di halaman belakang rumah, terduduk diam di depan gundukan tanah, berhasil menghapus berbagai spekulasinya buruknya.

Penasaran apa yang sedang dilakukannya, pria itu pun mendekat.

“Akira?”

Keiji mengerutkan alis. Ditatapi gundukan tanah kecil dengan pandangan keheranan. Ingin bertanya, namun urung melihat mata sang istri yang sembab.

Setelah beberapa menit ia mengamati, pada gundukan tanah tersebut, terdapat batu oval yang difungsikan sebagai nisan. Grey. Begitulah tulisannya.

“Dokter gagal menyembuhkan penyakitnya,” ujarnya pelan.

Keiji paham, kucing abu itu telah menemani Akira lebih dari sepuluh tahun. Pemberian dari sang ayah sebelum sosoknya pergi ke Frankurt untuk waktu yang lama.

Singkat cerita, Grey mengingatkan Akira akan ayahnya. Tentu ia merasa sangat kehilangan.

Pria itu menghela napas pelan. Tidak memiliki kata-kata penghiburan untuk diucapkan. Akhirnya, hanya usapan ringan yang dapat ia lakukan.

Tangisnya pecah, lagi. Membuat Keiji tak tega, lantas menariknya pelan. Berharap dengan sandaran yang ia berikan, dapat membuat istrinya sedikit tenang.

-

Butuh beberapa menit untuknya tertampar dengan kenyataan, bahwa mulai hari ini tidak ada lagi kucing abu yang mengeong dari bawah ranjang.

Delima itu menyipit mendapati cahaya silau dari gorden yang tersingkap lebar. Lantas melirik ke samping, yang ternyata bagian sisi ranjangnya sudah tak berpenghuni.

Dan begitu netra ruby kembali menjelajah ruang untuk menemukan jam weker di atas nakas, ia mendecih pelan. Jam sebelas siang. Lelap sekali ia tertidur di akhir pekan.

Setelah kesadaran berhasil ia kumpulkan sepenuhnya, ia pun bergegas menuju ruang tengah untuk mencari keberadaan suaminya.

Tetapi, nihil.

Rumah dalam keadaan sepi. Wastafel masih bersih tanpa sisa gelas dan piring. Dia juga tidak bilang apapun tadi malam. Akira jadi mengira-ngira, kemana perginya sang suami?

CKLEK

Baru saja ia akan melangkahkan kaki menuju kitchen bar, seseorang sedang membuka pintu depan. Membuat Akira gamang apabila ada tamu tak diundang.

Namun, kepanikan itu lantas hilang begitu Keiji memasuki ruangan. “Oh, ternyata kau,” ujarnya lega.

Dibalik pintu, muncul kenampakan seorang Akaashi Keiji. Kaus navy dan celana training ia kenakan, botol air digenggam pada tangan kanannya. Tidak lupa, cucuran keringat yang memenuhi dahi melengkapinya.

Itu memang pemandangan yang wajar. Sampai suara khas kucing menginterupsi keheningan.

“Apa yang berada di belakangmu?” tanya wanita itu ragu.

Seekor kucing berbulu lebat dwiwarna—putih dan oranye—Keiji dekatkan. Otomatis membuat Akira turut mendekat dan tidak sabar untuk mengelus bulu lembutnya.

“Tidak sulit untuk menemukan pet shop di pagi hari. Tetapi, karena pilihannya terbatas, aku tidak dapat menemukan kucing yang mirip dengan kepunyaanmu.”

Tidak ada timbal balik percakapan.  Akaashi Keiji terabaikan. Sang istri, nyatanya sudah sibuk bergelung dengan kucing oranye di sofa. Sama sekali tidak berniat mengeluarkan satu patah kata.

Cukup lama hening mendera, Akira berkata ringan. “Shinji. Baiklah sudah kuputuskan. Tidak apa 'kan nama dia mirip seperti pemberinya?”

Langkah Keiji terhenti mendengar suara dari sang istri. Ia tertawa pelan. Lantas berdecak ringan. “Dasar. Masih banyak nama yang keren di luar sana, tahu.”

Meskipun belum sepenuhnya, setidaknya ia telah berusaha mengembalikan warna pada istrinya yang hampir hilang sejak kejadian satu minggu ke belakang.

[]

pasutri kondang.Where stories live. Discover now