𝑜𝒻𝓁:𝓉𝒾𝑔𝒶

30 7 0
                                    

"Farren Aleeza!"

"Farren Yuhu!"

Farren semakin menarik selimutnya, tak menghiraukan teriakan teman-temannya. Ia tetap memaksakan matanya agar terpejam, walaupun sebenarnya suara-suara bising itu sangat mengganggunya. Farren sangat lelah, ia baru saja tertidur, karena ia menghabiskan malamnya untuk mengetik di depan laptop hingga pukul tiga pagi.

Farren terusik ketika mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka, dilanjutkan dengan langkah kaki yang mendekat dan kasur yang bergoyang pelan. Ia mendengus, seakan tahu kejadian apa selanjutnya, ia menghitung mundur dalam hati. satu, dua, ti---

"Farren ban--"

"Sakit woi!"

Sebelum kedua sahabatnya menyelesaikan ucapan mereka, Farren segera melempar keduanya dengan bantal yang ada di kasurnya, yang membuat keduanya berteriak.

"Berisik," ucap Farren kemudian tertidur lagi. Ia terlalu lelah untuk berdebat.

Belum benar-benar memejamkan matanya, tiba-tiba saja Farren merasa ada tangan yang mengguncang tubuhnya, mendesaknya agar segera kembali ke dunia nyata. Merasa kalah, Farren akhirnya membuka kedua matanya dan menatap tajam kedua temannya yang sudah mengganggu waktu tidur berharganya, berbalik dengan sang pelaku yang hanya memasang senyum tak bersalahnya.

"Kalian ngapain ke sini?" Tanya Farren tanpa basa-basi.

"Main"

"Ya ga harus sepagi ini juga"

"Ren, jam sebelas gini lo bilang masih pagi?" ucap Anna sambil menunjukan aplikasi jam di ponsel pintarnya.

Farren terdiam sebentar, membaringkan tubuhnya kembali, hendak melanjutkan tidur nya yang sempat tertunda.

Atha berdecak kesal, ia menarik selimut Farren hingga terjatuh, lalu membuka gorden kamar Farren agar cahaya matahari bisa masuk ke kamar itu. Dilain sisi Anna meraih jam weker Farren, menaruh jam weker itu di samping Farren, lalu tersenyum misterius.

Suara bantingan benda terdengar beberapa menit kemudian, Atha dan Anna tertawa sambil bertos ria karena rencana mereka untuk membangunkan Farren berhasil. Sedangkan Farren menatap kedua sahabatnya dengan tajam.

"Tenang dulu Ren, calm, chill, stay cool. Kami ke sini mau baik-baik kok," ucap Anna memulai pembicaaran.

Farren menaikan sebelah alisnya, "Jadi?"

"Gua sama Anna mau ngajak lo liburan," lanjut Atha diangguki Anna.

Farren mendengkus pelan,

"Liburan? Sama lo berdua? Gua ga yakin bakal baik-baik aja"

"Kali ini gua pastiin liburan kita menyenangkan!" balas Atha dengan percaya dirinya.

"Berangkat kapan?"

"Sekarang"

Farren mendelik, tak habis pikir dengan kedua sahabatnya. Bisa-bisanya mereka mengajaknya liburan mendadak, bahkan ia sama sekali belum menyiapkan perlengkapannya.

"Lo gila!"

"Karena gua gawaras makanya ngajak sekarang," balas Anna dengan tampang menyebalkannya.

"Gua kasi waktu 30 menit buat lo berkemas. Gausah bawa baju banyak-banyak, kita di sana cuma tiga hari," lanjut Anna beranjak pergi dengan Atha.

Mendengar jawaban Anna, membuat Farren tak bisa berkata apa-apa dan menatap tidak percaya.

"Bocah gendeng"

***

"Akhirnya sampai juga!" histeris Atha ketika mereka bertiga baru saja menginjakan kaki di villa yang akan mereka tinggali selama tiga hari kedepan.

Anna yang berjalan di belakangnya pun terkikik pelan, sangat kontras dengan wajah Farren sekarang, tanpa ekspresi.

"Gua duluan ke kamar ya!" ucap Atha meninggalkan Farren dan Anna yang masih duduk berhadapan.

Anna dan Farren mengangguk sebagai jawaban kemudian melanjutkan kegiatan masing-masing. Tatapan Farren sedang fokus ke arah ponsel pintarnya dan jari-jari lentiknya sedang menari diatas layar yang menampilkan sebuah permainan virtual, sedangkan Anna sedang memantau perkembangan bisnis makanannya yang baru Ia jalankan.

"Tau darimana?"

Anna langsung mengalihkan pandangan ketika mendengar pertanyaan Farren.

"Apanya?" Anna mengernyit bingung dengan pertanyaan Farren yang tiba-tiba.

"Kalo gua libur ?"

Anna terdiam sebentar, berpikir sejenak, "Kakak lo"

Farren terdiam, ada perasaan sedikit menyesal ketika salah satu sahabatnya menjalin hubungan dengan Kakaknya. "Pantes aja lo tahu password apartemen gua"

Anna mengedikan bahunya, membenarkan spekulasi Farren.

"Ren"

Farren yang merasa di panggil pun menghentikan aktivitas bermain ponsel pintarnya kemudian menatap sang empu, lalu menaikan sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"Gua mau ngomong sesuatu sama lo"

Farren diam, sedikit terhenyak. Tumben sekali Anna mengajaknya untuk berbincang serius.

"Lo harus hati-hati"

"Kenapa sih pada ingetin gua suruh hati-hati?" protes Farren jengah.

Anna diam sejenak. Berarti ini bukan pertama kalinya Farren diingatkan, ada seseorang yang sudah memperingatinya lebih dahulu.

"Dengerin aja ucapan gua"

Farren memincing. Pikirannya sedang menerka-nerka apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu. Ia heran, Apakah itu sangat berbahaya?

"Seenggaknya gua harus tahu alasannya kenapa"

Anna bingung mau memulai cerita darimana. Untuk saat ini lebih baik Ia memperingati Farren terlebih dahulu, selagi Ia mencari apa maksud dari semua ini. Ia harus pastikan itu.

"Intinya lo harus lebih hati-hati. Ini bukan tentang dalam diri lo, tapi sesuatu yang harus lo jaga, diluar diri lo"

Alis Farren bertautan, masih menunggu Anna melanjutkan ucapannya.

"Ini ada hubungannya dengan lo, masa depan lo," jeda Anna.

"Dan masa lalu lo"

𝓸𝓷𝓮 𝓯𝓻𝓸𝓶 𝓵𝓪𝓼𝓽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang