comma

4.2K 394 45
                                    



//

Apa yang akan terjadi jika dua tahun lalu, Lisa tidak memilih untuk pergi?

Untuk melangkah ke depan, untuk memantapkan hati, untuk melumpuhkan semua rasa yang seharusnya dirasakan manusia?

Apa yang teradi, jika Lisa tinggal, dengan kebohongan, dengan kehampaan, juga dengan keputusasaan?

Akankah semuanya berbeda?

Ataukah memang Lisa ditakdirkan untuk seperti ini?

Saat itu, Lisa tak tahu benar-benar bagaimana rasanya. Karena pemuda yang sebelumnya menyuruh dirinya untuk melompat dari atas tebing, kini justru berdiri berdampingan bersamanya, di depan banyak orang yang memberikan tepuk tangan meriah.

Bagaimana caranya pemuda tersebut memeluk pinggangnya, mengusapnya, kemudian membuatnya mendekat.

Bagaimana caranya pemuda tersebut bicara sama seperti tahulu, terkesan dingin dan tak berperasaan, tetapi terasa lebih menghangat.

Bagaimana caranya pemuda tersebut membuatnya tahu, bahwa dunia ini menyakitkan, dan satu-satunya cara adalah untuk nekat.

Ya, nekat untuk mengambil keputusan akhir ini.

Setidaknya, Lisa bahagia. Sungguh, setelah semua kekacauan itu, Lisa mendapatkan kebahagiaan.

Hidup bersama karir, juga seseorang yang membuatnya sampai ke titik ini.

Lisa terkesiap, melihatnya mengedikkan dagu, sembari memegang pegangan koper besar miliknya. Lisa pun mendekat, membawa koper miliknya sendiri, lalu mendekat. Membuat pemuda tersebut memeluk pinggulnya, lalu mengatakan sesuatu yang membuat Lisa merasa waktu kembali terulang.

"Ayo kita pulang, Lalisa."

Tapi Lisa tidak ingin pulang.

Takutkan semua kebahagiaan yang ia miliki akan terenggut kembali dalam sekejap mata.






the edge of the cliff
.:.

why does truth never bring happiness?





season 2

the edge of the cliff (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang