Prolog

9.7K 355 4
                                    

Setelah pulang kuliah ia tak pernah lupa berlatih di gedung olahraga kampusnya. Becca Min, begitulah orang memanggil. Atlet panah berusia 24 tahun.

10...

"Keterampilanmu semakin hari semakin bagus Ca."

10...

"Jadi gimana kamu terima gak tawaran itu?"

Celotehan orang yang duduk agak jauh dari posisi Becca memanah itu pun tak dihiraukan sama sekali.

Tak pernah meleset dan selalu berada di lingkaran kuning. Ya benar Becca memang tak pernah mendapat point dibawah 9. Hanya sekali.

"Ca tega banget sih dari tadi aku ajak ngomong gak diperhatiin. Kamu gak denger ya"

"Denger kok Jess apa kamu gak liat aku lagi fokus membidik sasaran?" Akhirnya setelah bermonolog dari tadi Becaa pun menjawab pertanyaan temannya itu.

Jessie Lie. Teman akrab atau biasa disebut sahabat, dia lah teman Becca satu satunya. Mereka sudah mengenal satu sama lain dari sd hingga sekarang.

Pertemanan mereka semakin erat sejak kepergian orang tua Becca 7 tahun lalu akibat kecelakaan mobil. Dan betapa malang nasibnya Becca pada saat itu bertepatan ketika Becca sedang mengikuti kejuaraan tingkat nasional.

Berita itu pun disampaikan oleh sang pelatih ketika Becca sedang bertanding. Saat bermainpun ia harus menahan emosi dan tetap tenang agar bidikannya tepat sasaran.

Namun, siapa yang bisa mengendalikan perasaan jika bukan Tuhan. Ia harus mengalah di posisi 2 karena anak panah terakhirnya meleset beberapa inchi dari point rata-rata yang biasa ia peroleh.

Becca tumbuh menjadi gadis sembrono dan suka pergaulan bebas. Dimasa sekolah pun ia sering sekali membully temannya hanya karena masalah sepele.

Itu semua ia lakukan hanya untuk memenuhi kepuasan diri sendiri. Namun, itu hanya sebentar karena Jessie lah yang membuatnya sadar dan menjadi diri sendiri.

Kenapa tidak dari dulu? Karena Jessie tau kalau temannya itu hanya meluapkan emosinya saja, Jessie pun memakluminya.

"Gak tau Jess masih aku pikirkan tawarannya."
"Kenapa harus dipikirin segala sih Ca kan tawarannya bagus banget."

Ya benar sekali. Becca telah ditawari oleh salah satu club pelatihan untuk memanah terbaik di negaranya, tentu saja dengan gaji yang tinggi.

Kenapa? Karena keinginan Becca ialah menjadi pemeran utama di atas panggung bukan lakon yang bekerja di balik panggung.

Dan ini adalah salah satu keinginan orang tua Becca sebelum mereka meninggal dulu. Mereka ingin jika anak mereka menjadi pemanah terbaik di negaranya bahkan di dunia.

*****

Kantin kampus

"Mau makan apa Jess?"
"Sama aja kayak kamu."
"Oke tunggu."

Beberapa saat kemudian Becca kembali dengan 2 piring pasta dan lemon tea.

"Terima gak?" Sebuah pertanyaan dari Jessie yang tiba-tiba dan memecah kesunyian.

"Aku tolak aja deh tawarannya." Jawaban yang tak kalah mengejutkan dari Becca itupun sontak membuat Jessie syok.

"Kenapa, kok ditolak sih Ca." Masih dengan wajah kaget Jessie kembali bertanya.

"Kamu kan tau apa keinginan dan mimpi orang tuaku."
"Iya sih, tapi tawaran ini gak dateng dua kali Ca."
"Gak ah Jess aku mau fokus buat kejuaraan 2 bulan lagi."
"Ya kan kamu bisa tanda tangani kontrak setelah kejuaraan depan."
"Gak Jess aku gak mau."
"Tapi kan."
"Udah Jess kalo kamu maksa-maksa aku kayak gini terus aku bakal kecewa sama kamu yang gak mau ngehormatin keputusanku."

Suasana mereka saat ini pun menjadi canggung dan Becca pergi meninggalkan Jessie di kantin dengan perasaan bersalahnya.

Ia berjalan tanpa arah dengan perasaan marah dan kesal juga merasa bersalah pada Jessie karena telah berkata demikian.

Tanpa ia sadari telah melaju mobil SUV berwarna hitam yang melaju kencang dari arah barat.

Beberapa saat kemudian ia telah berlumuran dan bermandikan darah yang mengalir dari kepala mulut juga hidungnya akibat benturan keras dengan bagian depan mobil.

Samar-samar ia melihat orang-orang berlari mendekatinya dan berusahan membantu, namun salah satu dari mereka Becca mengenalinya dengan melihat sepatunya.

Ia adalah Jessie itu adalah sepatu yang ia belikan untuk kado ulang tahun Jessie bulan lalu. Becca melihat dan mendengar Jessie yang berteriak dan berlari mendekatinya sambil menangis.

Beberapa saat kemudian pandangan dan pendengarannya sedikit demi sedikit memudar dan ia merasakan tubuhnya semakin ringan.

Hallo semua jangan lupa vote dan comment di cerita kedua ku ini ya. Semoga kalian suka.
<gmw>
💜Afmasr

Rebirth:The Cruelest WangfeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang