4.

4.6K 314 64
                                    

"Entah aku ini memang bodoh atau apa, bagaimana bisa aku mengatakan kalau aku keluar istana untuk menemui kekasihku, jangankan kekasih mengenal seorang pria saja aku tidak pernah. Bodoh. Bodoh, aku memang bodoh."

Putri Yue Min berbicara mengenai dirinya sendiri panjang perjalan kembali dari aula istana dan mungkin pelayan Ma yang sudah agak muak mendengar omongan tuannya itupun berkata.

"Putri, menurut saya tidak apa-apa jika putri berkata demikian, apabila nanti putri berkata jujur kalau putri keluar istana untuk membuat panah, pastinya putri tidak diperbolehkan keluar istana selamanya."

"Benar apa yang kau katakan pelayan Ma, aku hanya membutuhkan kebebasan dalam hidupku saat ini bukan yang lain."

Beberapa saat setelah mereka berbicang tibalah mereka dalam kamar putri Yue Min. Sembari masuk ke kamar putri Yue Min melihat sekitar dan masuk untuk membicarakan sesuatu pada pelayan Ma.

"Untuk kali ini aku membutuhkanmu lagi pelayan Ma, jika aku harus berada dalam kamar ini selama 5 hari bagaimana dengan pesanan panahku." Putri Yue Min berbicara dengan sedikit mengecilkan suara.

Karena sudah dipastikan kalau penjagaan istana utara terutama sekitar kamar putri Yue Min sudah diperketat.

"Iya putri bagaimana ini, apalagi tadi sudah ditentukan jika 2 hari lagi kita akan kembali untuk mengambil panah."

Setelah diam beberapa saat putri Yue Min berkata sambil mengingat.

"Tunggu bukankah tadi aku sudah memberi pembuat senjata itu alamatku, kenapa aku lupa ya?" Mereka berdua lantas tertawa karena mereka lupa akan hal yang baru saja mereka lakukan.

"Putri bagaimana bisa kita lupa di usia semuda ini, mungkin kalau sudah tua kita tidak tiba mengingat nama kita nanti."

"Kau benar pelayan Ma."
Mereka pun kembali tertawa.

***

Ruang belajar istana

Seorang pria paruh baya sedang duduk dengan segala keagungannya dengan ditemani beberapa buku dan kue-kue kesukaan kaisar Fu.

Setelah kejadian di aula tadi, kaisar Fu ingin beristirahat sejenak dengan membaca buku di ruang belajar, karena hanya ini yang bisa meringankan beban pikiran yang biasa tanggung sendiri.

Tak berselang beberapa saat seorang kasim mengumumkan bahwa permaisuri tiba.

"Yang Mulia, permaisuri Rong ingin bertemu."

Sedikit memberi waktu kaisar Fu lalu menjawab.
"Suruh dia masuk."
"Baik Yang Mulia."

Sambil sedikit menunduk permaisuri Rong memberi salam. "Salam Yang Mulia."

"Apa yang membawamu kemari malam-malam begini permaisuri?" Tanpa basa-basi kaisar Fu bertanya dengan mata yang masih tertuju pada buku yang sedang ia pegang.

"Saya mau berbicara mengenai pernikahan yang Yang Mulia tadi bicarakan ketika di aula." Permaisuri Rong menjawab sembari duduk di hadapan kaisar Fu.

"Ada apa, apakah kamu sudah mempunyai seorang pilihan untuk putri Yue Min?" Dengan tangan dan mata yang masih berfokus pada sebuah buku itupun lanjut bertanya.

"Bukan seperti itu Yang Mulia, saya mau mengatakan, bukankah terlalu cepat untuk menikahkan putri Yue Min untuk saat ini?"
Pertanyaan itupun langsung membuat kaisar Fu mengalihkan perhatiannya pada permaisuri Rong yang sedari tadi setia berbicara seakan berbicara sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rebirth:The Cruelest WangfeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang