Dua minggu lalu— kondisi apartemen Gevarel tidak baik-baik saja, semuanya berantakan persis seperti kapal pecah. Beling berserakan, kursi jungkir balik, semua tidak ada yang utuh di tempatnya.
"GEVAREL!" seruan Haikal terdengar memekik di telinga, dia baru saja tiba setelah memaksa supir taksi mengejar mobil yang dikendarai Gevarel dengan kecepatan tinggi.
"Batalin kontrak gue sama agensi sialan itu!" Gevarel menunjuk lurus Haikal, manajernya di dunia entertaiment.
"Gak bisa, kontrak lo masih 2 tahun lagi."
"GUE GA PEDULI!" nada suara Gevarel meninggi, seluruh wajahnya merah dan urat-urat wajahnya mencuat keluar.
Haikal menghela napas. "Lo ganti agensi sekalipun, permintaan om Gideon ga akan berubah."
Gevarel membeku, ucapan Haikal seratus persen benar. Gideon, papanya adalah sosok keras kepala yang tidak akan menerima bantahan apapun atas keinginannya.
"Udah terima aja, om Gideon tau apa yang terbaik buat anaknya."
Napas Gevarel makin memburu, dari dulu papanya tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukannya. Kenapa disaat karirnya sedang berada di puncak, papanya justru muncul dan memaksakan kehendaknya.
Gevarel tidak mau sekolah. Baginya industri musik sudah cukup jadi dunianya. Dia tidak perlu memahami matematika, fisika, ataupun kimia untuk bertahan hidup!
***
Gevarel Alastair.
Siapa yang tidak mengenal dia?
Artis ibu kota dengan tinggi 180 cm, alis tebal, hidung mancung dan kulit putih bersinar layaknya kesuksesan karir yang berhasil dia raih. Bakatnya dalam menciptakan lagu dengan harmoniasi melodi yang indah diakui oleh khalayak luas, sehingga dia diberi julukan 'prince of music'.
Di usianya yang baru genap 17 tahun, Gevarel berhasil meraih berbagai prestasi membanggakan, salah satunya adalah penghargaan artis pria terpopuler selama dua tahun berturut-turut.
Kepopuleran Gevarel terbukti meluas di semua kalangan, buktinya sekarang dia jadi pusat perhatian saat memasuki koridor Malvern High School.
Dengan sneakers hitam dari brand ternama, dia melangkah penuh percaya diri. Rambutnya pagi ini ditata rapi dengan style comma hair dan kacamata hitam kotak yang bertengger maskulin di hidung mancungnya.
Respon siswa MHS memang tidak seheboh sekolah-sekolah yang pernah dia kunjungi sebelumnya. Semua siswa hanya diam di tempat sambil memperhatikan dari kejauhan dengan tatapan kagum yang tidak bisa tersembunyi dengan sempurna.
Ruang kepala sekolah.
Haikal mengantarnya sampai depan ruangan itu, lalu izin pulang karena harus mengurus hal lain.
Saat masuk, Gevarel diberi berbagai informasi tentang sekolah ini. Mulai dari aturan sampai ekstrakulikuler ter-favorit disini.
Hingga akhirnya suara ketukan pintu menjeda penjelasan kepala sekolah.
Tok tok tok...
Kemudian disusul suara kenop pintu yang dibuka.
Gevarel pun menoleh penasaran namun, ekspresi datar yang sejak tadi dia tunjukan seketika berubah tajam saat matanya tidak sengaja bertubrukan dengan iris coklat terang milik seorang gadis yang dia temui dua minggu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD AT
Teen FictionGood at mathematics Good at sports Good at playing music Setidaknya, remaja dituntut HARUS memiliki satu keahlian untuk bertahan. Karena dengan keahlian, mereka punya mimpi. Dengan mimpi, mereka terpacu belajar untuk disiplin dan kerja keras. Namun...