2

19 3 0
                                    

Keesokan harinya, Rena merasa tak enak badan. Suhu tubuhnya panas, namun ia tak menghiraukannya karena jam sudah menunjukkan pukul 06.15 dan ia baru bangun tidur.

Ia pun bergegas mandi dan mengenakan seragam, tidak lupa dengan sarapan paginya.

Saat sarapan, Rena merasa aneh terhadap makanannya.

"Mah, yang masak ini siapa?" Tanya Rena.

"Ya mamah lah, bi Ijah kan datengnya jam 7." Jawab mama.

"Mamah ngasih garem ke udang ga si? Kok hambar banget rasanya?" Tanya Rena dengan wajah sedikit bingung.

"Papah ngerasain asin loh, kamu sakit ya Ren?" Tanya papanya.

Mama Rena pun memegang keningnya,

"Eh iya pah kayanya, badannya panas loh. Kamu gausah masuk sekolah dulu gimana?" Tanya mama.

"Gak gak mah, aku gapapa. Pengen masuk sekolah, nanti ada ulangan hariannya bu Sinta, mapel IPA." Jawab Rena.

"Yaudah, mama bawain obat paracetamol ya. Nanti kalo istirahat diminum, kalo udah ngga kuat telpon pak Bino aja, biar dijemput." Ucap mama.

"Iyaya maahh, Rena udah gedee. Eh udah mau jam 7 pah, berangkat yuk." Ucap Rena.

"Ayo. Mah, papa berangkat ya." Ucap papa.

"Rena jugaa." Ucapnya sambil memeluk mamanya.

Sesampainya di sekolah, Vano sudah menunggunya seperti biasa. Kali ini Vano membuat Rena sedikit terkejut,

"Pagi sayaang, coba tebak aku bawa apa?" Tanyanya.

"Kodok kali." Jawab Rena.

"Nggak tau, liat deh. Aku bawa White Chocolate kesukaan kamu 3." Ucap Vano.

"Ini beneran buat aku? Aku kamu suruh makan white chocolate 3 gitu? Udah gila apa?" Tanya Rena.

"Nggak lah, kamu hari ini makan satu, besok makan satu, lusa makan satu." Jawab Vano.

"Yaudah, makasih ya Van!" Jawab Rena.

Akhir-akhir ini, Rena merasakan keanehan terhadap perasaannya, entah kenapa, Rena merasa bahwa Vano benar-benar menyukainya. Ia merasa sangat kasihan, karena Vano sering tidak diperlakukan sebagai pacar oleh Rena. Mungkin Rena sempat berpikir bahwa ia kejam. Itulah mengapa mungkin mulai hari ini Rena akan menerima Vano - sebagai kekasihnya.

Jam pelajaran Bu Sinta pun dimulai, Bu Sinta pun membagikan kertas ulangan. Saat Bu Sinta membagikan kertas, Rena merasa pusing, namun ia masih menahannya. Demi ulangan harian.

Bel istirahat pun berbunyi, itu adalah tanda bahwa waktu ulangan harian mereka telah selesai. Rena pun mengumpulkan kertas ulangan harian tersebut, namun saat ia berdiri, ia pusing tak karuan, lalu tiba-tiba matanya menghitam. Ya, Rena pingsan.

Ara pun langsung terkaget, ia berteriak memanggil Bu Sinta,

"BU SINTA!! RENA PINGSAN BU!" Teriaknya.

Karena ini waktu istirahat, seperti biasa Vano sudah menanti Rena di depan kelasnya, kelas mereka bersebelahan, jadi Vano tak perlu lari jauh-jauh.

Ketika Vano mendengar teriakan Ara, ia pun masuk kelas tanpa izin.

" Permisi bu, biar saya gendong Rena ke UKS, saya pacar Rena." Ucap Vano dengan wajah serius.

Seisi kelas sudah terbiasa dengan sikap bucin Vano, jadi mereka semua merasa itu tak apa.

Vano pun berlari melintasi koridor kelas yang panjang menuju UKS.

Sesampainya disana, dokter di UKS langsung memberikan pertolongan pertama.
Selang beberapa menit, Rena pun terbangun.
Saat ia membuka matanya, ia melihat Vano sedang duduk di sebelahnya dengan wajah cemas sedang menggenggam erat tangannya.

Moonbin; Always YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang