3

11 2 1
                                    

Tiba-tiba ponselku berbunyi, aku mengeceknya, dan ternyata itu adalah telepon dari Vano.


"halo, dengan Renanya Vano?"

"iya pak, ini siapa ya?"

"kami dari kepolisian. Pemilik handphone ini mengalami kecelakaan tabrak lari di jalan merpati, jalan sedang dalam kondisi sepi jadi tidak banyak saksi yang tahu siapa pelakunya. Korban sudah dibawa ke UGD. Karena kontak anda disematkan oleh korban, saya kira perlu memberi informasi ini."

"oh iya pak, sekarang saya kemana ya pak aduh pusing saya masih shock lemes pak aduh"

"mbak langsung ke rumah sakit permata saja. saya di rumah sakit, sekalian handphone korban saya titipkan ke mbak."

"oh iya pak, jangan lupa telpon sekalian ibunya pak, terimakasih. Saya OTW ke RS."

"iya mbak."





"aduh mah, aku ada kerja kelompok dadakan nih. aku pergi dulu ya," ucapku sambil mencari sling bag, dan memakai sedikit lipbalm pada bibirku.

"loh yang nganter siapa? pak Bino kan udah pulang Ren. Mama anter aja ya?"

"gausah ma aku naik goj3k aja, aku udah pesen langsung ini bentar lagi juga nyampe. Aku berangkat dulu mah. Assalamualaikum." ucapku uru-buru menuruni tangga lalu memakai sepatu, saat aku keluar rumah, driver goj3k pun sampai tepat waktu, lalu aku segera menaikinya.


Sesampainya di rumah sakit, Rena langsung mencari keberadaan polisi dan mengambil handphone milik Vano.


"permisi pak, saya yang bapak telepon."

"oh iya mbak, ini handphone nya, korban sekarang udah di ruang rawat inap, letaknya di ruang mawar nomor 29." ucap Polisi tersebut.

"iya pak. Terimakasih ya." ucap Rena sambil berjalan menuu ruang tersebut.


Sesampainya disana, ternyata keluarga Vano sudah datang lebih dulu, mamanya sedang menangis, ayahnya sedang menenangkan mamanya, sedangkan adik laki-laki vano yaitu Dano sedang bermain game dengan santainya disebelah orangtuanya.

Saat Rena datang, ia dikejutkan oleh mama Vano, tiba-tiba mamanya berteriak pada Rena,

"INI PASTI GARA-GARA KAMU KAN! PANTES VANO PULANGNYA TELAT, PASTI KEMANA-MANA DULU KAN TADI SAMA KAMU!" ucap mama Vano. Rena masih terdiam tak mau menjawab karena ia tak mengira hal seperti ini akan terjadi.

"mah, tenang mah.Ini gak sepenuhnya salah Rena. Jangan terbawa emosi mah." ucap papa Vano sambil menenangkan mama Vano.

"mah, cari minum dulu yuk, biar tenang jangan tegang gini. Papa tau ini emang bikin kaget, tapi tenang mah jangan nyalahin orang yang gak bersalah. Yuk ke kantin rumah sakit dulu nyari yang anget-anget." ucap papanya Vano.

Orang-orang belum diperbolehkan masuk ke kamar vano, karena Vano belum siuman juga. Rena pun duduk disebelah Dano.

"Dan, ini HP kakak lo," ucap Rena.

" iya kak makasih ya, kakak kok bisa kesini?" tanya Dano.

"iya tadi ditelpon sama polisi." jawabku.

"ooh," ucap Dano sambil melanjutkan bermain game di ponselnya.

Rena masih shock, ia tak tau harus bagaimana, dan melakukan apa. Vano tak kunjung siuman juga, ini membuatnya merasa semakin bersalah. Ia ingin menitihkan air matanya, namun disini keadan berbeda, seharusnya keluarga Vano yang seperti ini. Akhirnya orang tua Vano datang sambil membawa kopi hangat. Rena pun izin pulang lebih dulu karena ia ingin cepat pergi dari tempat itu, tak kuat ia melihat Vano belum kunjung siuman juga.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moonbin; Always YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang