Part 1 : sore yang indah

38 8 6
                                        

"Si gue cantik ga sih? "

Pertanyaan Zahra membuat Sasi langsung menoleh ke arahnya. Ia bingung kenapa tiba-tiba Zahra menanyakan seperti itu, tidak biasanya.

"Cantik lah, kenapa nanya gitu?" Sasi kemudian menatap ke arah lapangan kembali.

Sasi adalah sahabat Zahra sejak mereka kelas satu SMA hingga sekarang mereka berada di kelas tiga SMA. Sasikirana Arundati namanya, gadis cantik dan ramah. Wajar saja jika banyak yang menyukainya.

Sebenarnya Zahra mempunya satu sahabat lagi selain Sasi yaitu Ady Alana hanya saja hari ini Ady tidak masuk sekolah karena sakit.

Zahra menggeleng pelan kepalanya yang diiringi helahan nafas panjang "Gapapa cuma nanya aja".

Sasi yang mendengar itu langsung memutar badannya menghadap ke arah Zahra.

"Ra, lo tu cantik serius. Coba gue tanya siapa yang ga kenal seorang Zahra Adora Putri? Semua orang kenal lo kali. Lo itu kurang apa gue tanya hm..? Lo cantik, pinter, baik, sopan sama semua orang, prestasi lo dimana-mana , sekretaris OSIS pula. Apa lagi coba kurangnya lo?" ujar Sasi panjang lebar.

Benar saja, siapa yang tidak mengenal Zahra Adora Putri gadis cantik, pintar, baik, sopan, dan sekretaris OSIS itu.

Zahra memang sudah terkenal sejak dia menjabat sebagai anggota OSIS kelas satu dulu. Mulai dari kakak angkatannya hingga adik kelasnya mengenal sosok Zahra. Sifatnya yang ramah dan murah tersenyum membuatnya disegani banyak orang.

Zahra memajukan bibirnya lalu menghadap ke arah Sasi, dan jadilah posisi mereka saling berhadapan.

"Kalo gue cantik, pinter, baik, dan sopan kenapa Abyan ga suka sama gue?" rengek Zahra sambil menunjuk ke arah Abyan.

Sasi menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Ini adalah pertanyaan susah baginya.

"Gini loh ya Ra, mungkin Abyan emang belom suka sama lo sekarang tapi kan kita ga tau gimana kedepannya siapa tau besok Abyan jadi suka sama lo ya kan?" sungguh Sasi tidak tega melihat sahabatnya seperti ini.

Zahra mengehela nafasnya untuk kesekian kalinya.

"Udah deh lo gitu kayak ibu ibu anak sepuluh tau, beban hidupnya banyak banget hahaha...." Sasi mencoba untuk mencairkan suasana agar Zahra tidak bersedih lagi.

Tiba-tiba Zahra merasakan handphone nya yang berada di saku roknya bergetar. Dan benar saja ada yang menelfonnya, Zahra langsung tersenyum melihat siapa orang yang menelfonnya.

"Siapa?" tanya Sasi kepo.

"Abyan" ya, nama itulah yang membuat Zahra tersenyum.

"Angkat"

Tidak butuh waktu lama Zahra langsung mangangkat telfon dari Abyan.

"Halo Assalamualaikum Aby"

"Halo Waalaikumsalam, Zah?" ujar Abyan di sebrang sana.

"iya" Senyuman di bibir Zahra sama sekali belum pudar.

"Lo dimana? Bisa kelapangan sekarang ga? Bantuin gue buat ngatur meja tamu ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang