"Ada apa, sih?" tanya Syafira pada Hana--temannya--yang sedang mendongakkan kepala ke kanan dan kiri, kakinya berjinjit karena jendela kelas yang terlalu tinggi.
"Katanya ada cowok ganteng di parkiran."
"Terus?"
"Hey, Sya ... elu normal gak sih? Gak suka cowok ganteng?" Hana melirik Syafira sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Sukalah, dan satu-satunya cowok terganteng di dunia ini hanya Kak Didit seorang," jawab Syafira. Dia memejamkan kedua mata sambil membayangkan Didit, kakak kelas yang sudah mencuri hatinya sejak pertama kali kedua matanya melihat pemuda hitam manis itu.
"Haishh ...." Sisi kanan hidung Hana bergerak-gerak, kedua matanya menatap Syafira aneh.
"Ayo ...!" Syafira tidak mempedulikannya, ditariknya tangan Hana keluar kelas.
"Kemana?"
"Parkiran ...."
"Katanya gak tertarik lihat cowok ganteng itu ...."
"Emang enggak."
"Terus, ngapain kita ke sana?"
"Papa bawain buku matematika gue yang ketinggalan."
"Oohh ...." Mulut Hana membulat.
Sampai di lapang basket yang bersebelahan dengan parkiran, Syafira dan Hana menatap ke kanan dan kiri. Tampak beberapa temannya sedang memusatkan pandangan ke satu titik. Syafira dan Hana mengikuti arah pandangan mereka.
"Aahhh ... Sya, itu ... itu ...!" seru Hana. Kedua matanya seketika berbinar, tangan kiri memegang pipi yang tiba-tiba merona. Sedangkan tangan yang satunya menunjuk lurus ke arah kanan dari mereka.
"Apaan?" Bola mata Syafira pun membelalak. Tampak seorang laki-laki jangkung sedang berdiri sambil menyenderkan punggungnya ke pintu jeep yang tertutup. Laki-laki itu memakai jins dan kaos lengan panjang yang digulung sampai siku. Kedua matanya yang tertutup kaca mata hitam, tertuju ke layar ponsel di genggaman.
Syafira melangkah panjang-panjang menghampiri laki-laki yang menjadi pusat perhatian para ABG di sekolahnya itu. Setelah sampai, Syafira meraih tangan laki-laki itu yang sedikit terkejut. Namun, dia menurut saja ketika Syafira menariknya ke sisi lain dari jeepnya.
Hana tersadar, cepat-cepat dia menyusul Syafira. Dalam hatinya menggerutu, "Katanya gak tertarik, tapi dia lebih agresif dibanding yang lain." Bibir Hana maju satu senti meter.
"Kok, yang ini? Gimana, sih?" Terdengar suara Syafira.
"Ya, maaf. Lagian kamu gak bilang dengan jelas," jawab laki-laki itu.
"Udahlah. Siap-siap aja aku dihukum Bu Mini." Terlihat wajah Syafira ditekuk. Dia berjalan melewati Hana begitu saja. Namun, kemudian dia membalikkan tubuhnya, dan kembali ke sisi jeep yang tadi. "Cepet pulang, jangan tebar pesona mulu."
Syafira kembali melewati Hana, dengan langkah yang dihentak-hentakkan.
Belum sempat Hana menyusul Syafira, laki-laki tadi muncul. Pandangan mereka beradu. Laki-laki itu mengangguk kepada Hana. Sedangkan gadis itu hanya mampu melongo. Kedua matanya membulat, dan mulutnya terbuka, untung saja ilernya tidak menetes.
"Hana, ayo!" Terdengar teriakan Syafira.
"I-iya ...!" Ragu, Hana pun menyusul Syafira dan meninggalkan laki-laki itu yang sudah masuk jeepnya. "Sya, lu kenal?" Hana mensejajarkan langkahnya dengan Syafira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Papaku Ganteng
RomanceSyafira--gadis berusia enam belas tahun--merasa tidak suka karena Restu--papanya--yang seorang 'duren' disukai banyak perempuan. Selain itu, Syafira pun masih merasa kesal karena keputusan yang pernah Restu ambil ketika mamanya baru meninggal dunia...