31. Jalan Tuhan

1.9K 143 26
                                    

"Ada apa, Sila?"
Tanya Sean yang baru saja sampai dirumah dan ia mendapati Sila menghampirinya dengan raut wajah khawatirnya.

"Tuan, Maafkan saya dan yang lain. Kami sebisa mungkin menghentikan Nona, tapi Nona malah berbalik memarahi kami saat kami mendekatinya."
Ucap Sila menunduk.

Sean mengkerutkan dahinya, bingung.
Apa lagi yang dilakukan istrinya itu?

"Ada apa dengan Alya?" Tanya Sean sambil berjalan mengikuti Sila ke arah dapur.

"Sejak pulang sore tadi, Nona mengerjakan semua pekerjaan rumah. Mencuci semua pakaian di pantry, menjemur, menyapu seluruh isi rumah, memasak. Dan sekarang baru selesai mengepel isi rumah."

Sean terkejut. Rumah sebesar ini?

"Dari sore?"

Sila menunduk ketakutan. "Maaf, Tuan."

"Dimana dia sekarang?"

"Nona masih mengepel bagian belakang."

"Ruang kamar pelayan?"

"Iya, Tuan." Jawab Sila.

Sean menarik dasi dari kerahnya dan melepas jas nya yang terasa panas. Padahal ruangan penuh dengan suhu AC.

Apa yang terjadi?
Ada apa dengan Alya-nya?
Sungguh, ia tidak bisa menebak isi pikiran wanita itu.

Sekarang bahkan sudah jam 10 malam. Jadi, wanita itu malah bekerja bersih-bersih dirumah sebesar ini? Ini sih, gila!

Saat Sean melihat Alya yang masih sibuk mengepel membelakanginya dengan baju belakang yang terlihat basah itu, Sean mengambil pel-an itu dengan kasar dan melemparkannya begitu saja ke lantai.

Alya terkejut mendapati Sean berada diruangan ini. Wajahnya terlihat menahan semua emosi.

"Kakak? Kenapa di lempar?" Tanya Alya sambil menunduk mencoba mengambil pel-an itu kembali.

Alya melihat Sila dan beberapa pelayan berdiri berjajar tak jauh dari mereka. Wajah mereka menunduk penuh dengan ketakutan.
Karena mereka tahu, majikan besar mereka sedang marah.

Sean memegang tangan Alya dengan kuat dan menarik Alya dari tempat itu.

"Kakak! Lepas! Sakit!"

Sean tidak mendengarnya. Ia terus menarik Alya bahkan sampai menaiki tangga dan menuju kamarnya.

Sean membawa Alya masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan satu gebrakan membuat Alya sedikit terkejut.

"Kamu pikir Kakak suka ngeliat kamu begini?"
Geram Sean emosi.

Alya hanya meringis mengelus bekas genggaman kuat Sean pada pergelangan tangannya. Ini kali pertamanya Sean menyakitinya secara fisik.

Namun, lagi-lagi Alya hanya mengingat perkataan Tania. Harusnya, ia tidak bertingkah layaknya korban. Kali ini, Alya akan merubah sudut pandangnya.

Ia tidak mau dikatain sebagai anak jalang yang manja dan menyusahkan. Alya bisa mandiri dan melakukan segalanya. Buktinya, ia bisa membersihkan isi rumah ini dalam waktu singkat.

Singkat?
Alya melihat jam didinding. Ternyata sudah lewat jam 10 malam. Kenapa waktu cepat sekali berlalu?

"Hhmm, maaf. Alya cuma bingung mau ngapain habis kerja tadi." Ucap Alya dengan suara pelannya. Tangan Alya masih mengusap pergelangan tangan Alya yang memerah.

Sean diam menatap tingkah Alya.

Lalu, tiba-tiba Alya tersenyum riang. "Ah ya! Alya tadi udah masak juga. Alya masak buat kita makan malam. Kakak harus makan masakan Alya, ya." Ucap Alya riang seakan tidak terjadi apapun.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang