Bagian 1

125 2 2
                                    

"Nona, tolong berhenti", menggigit bibirnya Valentina terus berjalan tanpa menoleh bahkan berniat untuk berhenti sedikitpun.

"Hey, Nona. Apa kau mendengarku?", teriak seorang pria di belakangnya tampaknya juga mempercepat langkahnya.

"Hey, hey, apa kau sedang mendengarkan musik? Hey, kau tidak mendengarku? Tolong berhenti!"

Di tengah langkah kaki jenjangnya yang semakin ia percepat, sebuah tangan kokoh baru saja merangkul punggung bawahnya, membimbingnya untuk terus berjalan.

"Jangan lepaskan tanganku, jangan berbalik ataupun berhenti. Teruslah berjalan" seseorang yang asing berbisik di telinganya pelan. Valentina terlunjak menoleh menatap pria itu dengan mata melotot, apakah pria ini adalah komplotan dari petugas restaurant yang mengejarnya itu? Tapi sepertinya tidak, pria ini menyuruhnya untuk berjalan bukannya berhenti.

Mereka terus berjalan bersama dan si pria di belakang mereka, sepertinya dia sudah menyerah mengikuti wanita ini dan seseorang yang asing yang baru saja merangkulnya.

"Di pertigaan di sana, kita berbelok ke arah kanan" dan Valentina mengangguk kecil mengikuti arahannya.

Di pertigaan mereka berbelok ke arah kanan, sedikit berjalan beberapa blok dan Valentina melepaskan diri dari pria itu.

"Kau aman sekarang" katanya.

Menoleh ke arah belakang, Valentina tidak melihat tanda-tanda pria yang meneriakinya sejak di restaurant tadi masih mengejarnya. Ya, sepertinya sudah aman sekarang batinnya lega.

"Hey, kau mau kemana?" teriak pria itu mengikuti Valentina yang berjalan meninggalkannya.

"Apa, tak ada ucapan terimakasih untukku?" ujarnya.

Menghentikan langkahnya, Valentina bergumam "Terimakasih"

"Um, Ok. Sama-sama" pria itu menyeringai senang.

Valentina berhenti di sebuah halte beserta pria asing yang masih setia mengikut di belakangnya. Sekarang dia kebingungan pasalnya ini pertama kalinya dia berada di kota ini, dia bahkan tidak tahu nama kota ini dan transportasi apa yang bisa membawanya menuju New York. Wanita ini benar-benar gusar, apalagi tidak ada orang yang dia kenal di sini kecuali seorang pria asing tampan yang masih berada di sisinya ini.

"Aku tahu tempat terbaik di kota ini di mana kau bisa menjual cincin itu, jika kau mau aku bisa membawamu ke sana" ujar pria itu di tengah keheningan mereka.

Valentina membelalakkan matanya terkejut karena pria ini tahu bahwa dia baru saja mencuri sebuah cincin dari pengunjung di restaurant tadi. Tangannya menggenggam erat cincin yang dia simpan di saku jaket denimnya. Valentina menoleh menatap pria itu. Jika dia tahu bahwa Valentina baru saja mencuri sebuah cincin? Lantas mengapa pria ini malah membantunya melarikan diri?

"Ayo" pria itu menaikkan alis tebalnya seakan meyakinkan wanita ini untuk mengikutinya. Dan ya, Valentina mengikutinya ke tempat di mana menurut pria itu dia bisa menjual cincin curiannya itu.

Something In New York [C o m p l e t e d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang