6 bulan kemudian. Walsall, West Midlands-Inggris
Pagi yang cerah tanpa awan sedikitpun menghalangi matahari dan langit yang biru. Di jalan burung-burung saling bersautan beterbangan begitu riang. Dari jendela kamar Valentina, seekor burung bertengger manis di sana. Bersiul-siul seakan ingin mengajak si pemilik kamar untuk keluar dan menikmati hari yang cerah ini. Namun si pemilik kamar masih bermalas-malasan untuk bangun dan memilih tetap berbaring di kasurnya.
"Bangun!" teriak Juli, gadis kecil yang baru saja memasuki kamar Valentina dan melompat-lompat di atas kasurnya.
"Juli, stop! Aku masih ingin tidur" kata Valentina menarik kembali selimutnya yang sudah berada di atas kakinya.
"Mom bilang, ibu hamil jangan tidur hingga siang hari nanti Dino akan menjadi pemalas"
"Siapa itu Dino?" gerutu Valentina masih menenggelamkan dirinya di balik selimut.
"Bayi dalam perutmu" lalu Juli kecil memukul-mukul pelan perutnya.
"Stop, itu nama yang jelek"
"Aku suka, aku suka"
"Val, bangunlah! Pergilah berjalan-jalan bersama adikmu dan Little Dino. Pagi adalah waktu yang baik untuk ibu hamil beraktivitas" ujar Ibunya yang lewat di depan kamar Valentina sembari membawa keranjang pakaian kotor.
"Mom, stop! Aku belum memberinya nama, Dino adalah nama yang jelek" teriak Valentina.
"Ayo, aku ingin jalan-jalan" Juli kembali melompat-lompat, membuat Valentina menjadi pusing saja.
"Baik-baik, tunggu aku di luar. Aku akan bersiap-siap dulu" dan akhirnya dia menyerah.
"Ok"
Valentina menghembuskan nafas berat sebelum bangun dari tidurnya. Dia menyingkap selimutnya dan mejulurkan kakinya ke lantai. Dinginnya ubin lantai saat dia menjulurkan kakinya turun, merayap hingga menyadarkannya dari perasaan kantuknya. Dia menghembuskan nafas berat sekali lagi dan beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.
Di ruang tamu Juli sudah siap dengan dress selutut berwarna biru muda dan tak lupa dia akan membawa French kucing kesayangannya untuk ikut berjalan-jalan bersama mereka.
"Mom apa kau tidak melihat cardiganku?" tanya Valentina yang baru keluar dari kamarnya dengan terburu-buru.
"Tidak" sahut Ibunya sedang sibuk merapikan meja makan.
"Itu di sana" ayahnya yang sedang duduk menikmati kopinya di meja makan, menunjuk ke arah sofa di ruang tengah.
"Thanks, Dad"
"Apa kau baik-baik saja?" tanya ayahnya kemudian.
"Ya"
"Bagaimana dengan kandunganmu?"
Valentina menunduk sejenak menatap perutnya yang sudah mulai membesar. "Baik. Kemarin aku pergi memeriksakannya dan dokter bilang kandunganku baik-baik saja"
Ayahnya menatap cangkir kopinya, lalu berkata "Jika kau memerlukan sesuatu katakan pada ayah. Ayah akan selalu ada untukmu, Nak" hatinya serasa ingin luruh mendengar kata Ayahnya itu.
Untuk pertama kalinya dia mendengar Ayahnya berkata demikian. Di awal kehamilannya, Ayahnya yang seorang tentara sedang pergi bertugas ke luar kota. Saat dia kembali dan mengetahui anaknya sedang mengandung, Ayahnya tak pernah mengajaknya berbicara barang sekalipun. Valentina mengerti betapa kecewanya Ayahnya dan sedihnya dia. Valentina setelah tamat dari sekolahnya akan melanjutkan kuliahnya di kampus ternama di Inggris dan masuk ke jurusan Seni sesuai keinginannya dan ayahnya sangat mendukungnya.
Tapi setelah pengumuman kelulusan, dia malah mendapatkan "hadiah" yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Di tengah renggangnya hubungannya bersama Glen, Valentina hamil. Dunianya seakan berhenti berputar, Glenn dan dia baru saja putus lalu pendaftaran untuk kampus yang diinginkannya 2 hari lagi dan Valentina menjadi seperti bukan dirinya. Dia kacau. Sangat kacau. Saat pendaftaran akan dibuka, dia meminta sejumlah uang pada Ibunya dan mengatakan dia akan mengambil kursus tapi dia membatalkannya dan memilih menggunakan uangnya untuk pergi ke New York menemui Glenn. Dan kesisiaan juga yang akhirnya dia dapatkan.
Tapi sepulang dari New York pun dia tak pernah sekalipun berfikir untuk menggugurkan kandungannya itu. Tak pernah sekalipun. Dia menginginkan anak itu lebih dari segalanya dalam hidupnya. Dan Ibunya, dia mendukung apapun keputusan anaknya, meski pada awalnya dia merasa kecewa namun segalanya sudah terjadi dan menyesali yang lalu adalah kesia-siaan saja. Dan kalimat Ayahnya tadi seperti sebuah penerimaan dirinya dan anak dalam kandungannya ini ke dalam keluarga mereka.
"Terimakasih, Dad" Valentina tak bisa menahan dirinya untuk menangis, entah karena hormonnya atau perasaan leganya akhirnya terluapkan juga. Ayahnya bangkit dari kursinya dan memeluk putrinya itu erat.
"Ayo, Vale! French sudah ingin berjalan-jalan" teriak Juli yang sudah tak sabar dan malas melihat drama pagi ini.
"Oke, wait" sahut Valentina menyeka air matanya sembari tertawa kecil.
"Hati-hati, jaga kakakmu dengan baik Juls" teriak Ayahnya saat mereka di ambang pintu.
Saat mereka berjalan di sekitar taman, sebuah mobil berhenti dan hampir menabrak Juli.
"Juli, apa kau baik-baik saja?" teriak Valentina mendekati adiknya dengan wajah pucat pasih karena terkejut melihat adiknya terjatuh setelah mobil itu berhenti.
"Ya, aku hanya kaget tadi" Juli berusaha bangkit dari tempatnya terjatuh.
Seseorang turun dari mobil dan itu Nina. Valentina terkejut dengan kedatangan wanita itu.
"Hey, Val. Aku meminta maaf, apa kau baik-baik saja sayang?" ujar Nina membantu Juli berdiri dengan wajah merasa bersalah.
"Ya, dia baik-baik saja. Dia hanya terkejut tadi"
"Maafkan aku, ya" kata Nina berjongkok di hadapan Juli sembari membantunya membersihkan pasir-pasir yang menempel di kakinya.
"Terimakasih" kata Juli.
"Maaf jika tadi supir bodohku itu hampir saja menabrakmu" kata Nina merasa sangat bersalah.
"Ya, tidak apa-apa Nina. Tapi, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Valentina.
"Oh, band kami akan melakukan tur konser di Inggris bulan ini. Dan kami akan berkeliling ke beberapa kota" jelas Nina.
"Oh, begitu"
"Ini permintaan Jess"
"Oh"
"Val, dia meminta maaf padamu"
"Itu adalah malam yang sulit, Nina jadi lupakan saja" ujar Valentina.
Tiba-tiba ponsel di saku Nina berdering, ada pesan panggilan yang masuk. Dan dia harus mengakhiri pertemuannya ini. "Aku sangat ingin berbincang denganmu, Val tapi aku harus pergi, semoga kau dan ..."
"Dino, namanya Dino" sahut Juli dengan girang di samping Valentina.
"Oh, semoga kau dan Dino baik-baik saja" Valentina hanya mengangguk dan tersenyum. "Terimkasih Nina"
Mata Valentina menatap tajam Juli setelah Nina pergi.
"Apa?" gadis kecil itu lalu tersenyum lebar.
"Aku akan melarang French masuk ke rumah jika kau memanggilnya Dino sekali lagi" ancam Valentina dengan tatapan tajam yang membuat Juli kecil ketakutan.
"Dan aku akan memakan semua donat dan coklatku, SENDIRIAN!!!! Aku tidak akan membaginya denganmu" Juli menatap Valentina dengan sedih.
"Aku... aku berjanji, tidak akan memanggilnya Dino lagi. Tapi, Val, Dino nama yang lucu"
"No"
"Mom memanggilnya, Little Dino"
"No! Aku akan melarang Mom juga"
"Yesss, Mom akan kena marah juga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Something In New York [C o m p l e t e d]
RomanceNew York, kota dengan segudang cerita di dalamnya. Begitu pula yang dirasakan Valentina, ada sesuatu di New York yang membuatnya tak akan melupakan kota itu. Perjalanan yang salah justru membuatnya bertemu seorang pria asing, mantan pacarnya hingga...