🌞
Dua hari berlalu dan Mentari masih menjalani rutinitasnya di toko baju dan pelayan cafe seperti biasa. Hanya saja sekarang jadwalnya untuk bekerja di toko baju hanya pada hari minggu dari pagi sampai sore karena saat ini ia menjadi murid sekolahan.
Masih sulit dipercaya, ia terus mengucap rasa syukur pada Sang Khalik karena telah kembali memberinya kesempatan untuk bisa bersekolah. Meski sudah semester akhir dan sebentar lagi ujian kenaikan sekolah tapi Mentari tak pernah mengeluh dan memanfaatkan waktu istirahatnya untuk sekedar membaca buku di perpustakaan dan berlatih soal. Mentari tergolong pintar dalam memahami materi pelajaran, ia tak kesulitan sedikitpun meski telah ketinggalan jauh. Setidaknya meskipun ia tak punya apa-apa, otak cerdasnya ini masih berfungsi dan lagi-lagi Mentari bersyukur akan hal itu.
Dan, jangan ditanyakan lagi. Langit masih saja terus mengganggu nya sampai saat ini.Pagi hari, di rumah Bintang.
"Ma, Bintang berangkat sekolah dulu ya!" Teriak Bintang setelah selesai memakai sepatu sekolahnya.
"Bintang! Tunggu dulu" Bintang menoleh, mendapati sang ibu tengah berjalan menghampirinya dengan langkah tergesa.
"Selamat ulang tahun sayang" Ucap Fara seraya mengecup kening Bintang penuh kasih sayang. Bintang tersenyum dan memegangi tangan mama nya.
"Makasih ma" Ucap Bintang lembuy lalu memeluk perempuan yang disayanginya itu.
"Oh iya, nih. Bagiin ke temen-temen kamu" Fara menyerahkan tumpukan undangan pesta ulang tahun Bintang yang telah dibuatnya jauh-jauh hari.
Bintang menerima undangan itu dan mengernyit bingung.
"Undangan pesta ulang tahun? Mama mau ngerayain ulang tahun Bintang?" Tanyanya dengan wajah terkejut. Pasalnya, ini pertama kalinya Fara mengadakan acara ulang tahun untuk Bintang. Biasanya hanya ia dan keluarga serta dua sohibnya Raffi dan Ali saja yang ikut merayakan, dan itupun tidak di mewah-mewahkan.
"Iya sayang, sekali-kali. Masa Angel aja yang kalo ulang tahun diadain pesta" Bintang menggeleng pelan seolah mengatakan ia tidak mau.
"Tapi Ma, Bintang udah gede. Lagian biasanya juga cuma Mama,Angel,Ali sama Raffi aja yang rayain" Protes Bintang pada Fara.
"Ya gak papa dong, udah sekarang kamu berangkat nanti kesiangan loh. Jangan lupa bagiin undangannya ke temen-temen kamu, mama juga ngundang beberapa temen arisan Mama. Gak papa ya?"
"Iya-"
"Terus khusus hari ini Mama juga mau cuti, mau nyiapin kue, ngedekor dan lain-lain. Jadi awas ya kalo nanti gak ada yang dateng" Bintang terkekeh. Mama nya ini selalu saja rempong begini. Meskipun sedikit kesal karena Fara tidak lebih dahulu meminta persetujuannya, Bintang tetap mengangguk karena merasa Fara sudah repot-repot sampai harus cuti segala.
"Eee- tapi Ma, gak usah pake undangan ya. Nanti aja Bintang bilang ke temen-temen" Mendapat jawaban seperti itu dari sang putra, Fara menggeleng untuk memberi ungkapan tidak setuju dengan ucapan Bintang.
"Ya bagiin dong, Mama udah cape-cape bikin undangan itu dari desain nya segala macem. Lagian mubadzir kalo gak dipake udah terlanjur dibuatin"
"Yaudah iya iya Mama ku yang cantik, makasih ya udah repot-repot"
Fara tersenyum, ia mengelus pucuk kepala Bintang dengan lembut.
"Apasi yang nggak buat anak Mama ini" Lalu Fara beralih menurunkan tangannya dan mencubit pipi Bintang gemas yang membuat mereka sama-sama terkekeh pelan.
"Yaudah Mama mau kedalam dulu bangunin Angel, sana gih berangkat" Angel hari ini memang tidak sekolah karena guru-guru nya ada rapat jadi jam segini belum bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Star
Teen FictionHIATUS Ada apa dengan masa lalu Mentari? sampai ia memutuskan menjauh dari kerumunan orang-orang dan tak ingin siapapun masuk dan melihat warna hidupnya. Ia juga membenci hujan. Karena memori tentang hujan, mengingatkannya pada masa lalu nya yang ke...