CHAPTER 002

38 6 0
                                    

"Makasih"

Laki-laki itu mengangguk, menerima kembali helm pemberian Archa

"Ini jaket lo"

"Bawa aja dulu" Archa menghentikan gerakan tangannya yang hendah membuka jaket berwarna hitam dengan lambang kepala rusa bertanduk itu, ketika mendengar jawaban dari laki laki di depannya.

"Kenapa?"

"Males bawa"

Archa mengangguk saja "Besok gue kembaliin di sekolah" dan deheman dari laki laki itu terdengar beberapa detik kemudian.

Merasa tak ada lagi yang peru dibicarakan. Archa membalik badan, membuka pagar besi yang melindungi rumahnya, ia lalu berjalan melewati taman bunga di halam rumah besar bercat putih krem itu.

Sebelum ia membuka pintu, Archa menyempatkan diri melirik kebelakang. Laki-laki itu masih disana, duduk di atas motor ninjanya dengan handphone di genggamannya. Entah apa yang ia lakukan padahal hari sudah mulai malam.

Tiba-tiba kening Archa mengernyit, kenapa pula ia peduli? AH! Sepertinya kepala berdarah membuat otaknya sedikit konslet. Archa menutup pintu rumah, diikuti dengan suara deruman mesin motor yang menjauh.

"Archa pulang" Ucapnya sembari melepas sepatu.

Dan tak perlu menunggu jawaban, Archa langsung memasuki kamarnya di alantai dua. Untuk apa ditunggu? Kalau memang tak akan pernah ada yang menjawabnya.

Sudah jelas, itu karna hanya dirinya yang meninggali rumah besar ini. Kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing di negara dengan pusat Fashion itu. Sedangkan kakak Laki-lakinya sibuk menyelesaikan sekolah bisnis di london sana.

Archa keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih segar. Ia mendudukan dirinya di kursi depan meja rias, mulai mengeringkan rambutnya yang basah.

Tak sengaja netranya malah menangkap jaket dengan bahan kulit itu tergeletak di atas kasur Queen sizenya. Pikirannya jadi tak fokus, berkelana ke beberapa jam lalu.

"ngapain?"

Archa yang saat itu tengah duduk di halte pemberhentian pun mendongak kala sebuah motor ninja beserta pengendaranya berhenti tepat di hadapannya.

"Pertanyaan Retoris, lo udah tau jawabannya" Jawab Archa sekenanya.

Laki-laki itu terdiam sejenak, sebelum kembali mengajukan pertanyaan yang sukses membuat alisnya berkerut. "Mau gue anter?"

Archa tak tau siapa laki-laki didepannya ini. Seingatnya ia baru bertemu tadi ketika dirinya dan Aldi berjalan dikoridor menuju gerbang utama sekolah.

Laki-laki ini sempat menyapa Aldi sembari mengingatkan akan perayaan kemenangan basket mereka nanti malam. Archa tambah mengerutkan kening, kenalannya Aldi? Tapi bagaimana kalau ternyata dia orang jahat?

Archa akhirnya menggeleng "Gak usah, gue tung-"

"Gak bakal ada kendaraan lewat di jam segini, batrai hp lo juga habis kan?" ucap laki-laki itu memotong penolakan Archa.

Archa bungkam, dalam hati ia merutuki harinya yang bisa dibilang sial ini. Pagi hari dipaksa nonton basket yang ia benci itu, pagi menjelang siang kepalanya berdarah, siang menjelang sore di uks, belum lagi ia yang menolak ajakan untuk pulang bersama Aldi yang berakibat dirinya terlantar di halte seperti ini.

AH! Salahkan juga ingatan jangka pendeknya tentang supir pribadinya yang sedang pulang kampung dan baru akan kembali esok hari. Egonya juga terlalu tinggi untuk menarik kembali penolakannya pada ajakan Aldi, mau taruh dimana mukanya nanti?

fate DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang