3. Berbeda

62 12 13
                                    

Saat sampai di tempat tujuan aku masih sibuk dengan lamunanku hingga suara Lila mengagetkanku,"Kak Zannaaa!! Ngga mau turun nih?apa mau bertelur disini hmm???" Seketika aku melihat sekelilingku, ternyata semua tengah menatapku menunggu jawaban.

"Eh ngga lah.. yaudah ayo turun ngapain pada liatin aku sih?" Kagetku. Jujur aku salah tingkah diperhatikan seperti itu, apalagi dia menatapku dengan tatapan yang tak dapat kuartikan.

Setelah turun kita langsung menuju ke stand pertama dari jurusan psikologi. Stand disini bertema kebudayaan India, ada banyak makanan, pakaian, bahkan tata cara upacara pernikahan disana.

Satu hal yang belum kalian ketahui tentangku, aku itu penggemar berat India, dari makanan, film, drama, bahkan baju adatnya walaupun aku ngga suka make nya ehehe.

Okee balik lagi ke cerita.

Emang nih guruku dan sahabat-sahabatku the best deh, tau aja aku suka ginian, aa jadi sayang kan.

Di stand itu kita cobain baju adatnya, pas cobain baju adat Kak Vigo ternyata masih bareng sama kita. Saking asiknya aku sampe ngga sadar kalo ada Kak Vigo, dan asal kalian tau aku sadar gara-gara ternyata kita couple an.

Dia tiba-tiba minta Shania buat fotoin kita berdua. Canggung sebenernya, tapi aku berusaha cuek toh kita ngga ada apa-apa.

Setelah dari stand India, kita melanjutkan perjalanan ke stand China jurusan tata boga. Tidak ada yang istimewa disini. Tapi, aku merasa jika kita tidak secanggung sebelumnya, kita lebih dekat dan aku merasa nyaman didekatnya.

****

Skip ishoma

Setelah mereka shalat, kami menuju ke kantin untuk sekedar mengganjal perut. Aku mendapat tempat di sebelah Kak Vigo karena sebelah Shania sudah diisi oleh guruku.

Selesai makan masih ada waktu 30 menit hingga acara kembali mulai. Kita berfoto ria, boomerang, berbincang, bahkan Meira dan Lila live instagram juga.

Entah angin apa, Kak Vigo memintaku untuk berfoto dan boomerang bersamanya,"Dek, foto yok.. eh sama boomerang juga deh yaa, kamu mau kan?"tanya nya. Awalnya aku sedikit terkejut, tapi aku terima saja,"ayo deh kak,"jawabku.

Tidak hanya satu atau dua foto, tetapi ada banyak sekali foto yang mereka ambil, entah itu candid atau tidak. Dan dengan isengnya meminta kami untuk membuat boomerang dengan pose tangan Kak Vigo membentuk setengah hati dan aku hanya mengacungkan jempol.

Entah apa maksud mereka.

Saat kita masih asik ber swafoto ada seorang wanita cantik dengan balutan hijab mendekat ke keja kami dan langsung bergelayut manja di lengan Kak Vigo,"hai Vigo.. kamu dari mana aja sih? Kok dari pagi aku cariin ngga ada dimana-mana? Aku kan kangen kamu," ucapnya dengan nada manja yang dibuat-buat. "Kamu apaan sih? Alay bener, ini tangan kenapa lagi hih ngga biasanya," ucap Kak Vigo dengan risih dan wanita itu hanya menanggapinya dengan berdecak sebal.

Aku berusaha mengalihkan pandanganku dari mereka walaupun aku merasa itu sangat sulit. Tidak lama wanita itu melihatku dan menatapku dengan tatapan tidak suka, tapi aku hanya mengalihkan pandanganku dan mengendikkan bahuku, bodo amat, pikirku.

Tidak lama ada seorang wanita--yang ku yakini teman wanita tadi--mendekat dan mengatakan bahwa wanita tadi yang ku ketahui bernama Aira dipanggil dosen.

Setelah mereka pergi, Kak Vigo seperti menjelaskan kalo mereka tidak ada hubungan apa-apa. "Aira itu sebenernya sahabatku dari kecil, dia sudah seperti adikku sendiri. Makanya kita sangat dekat. Tapi, baru kali ini dia bersikap seperti itu,"terangnya. Aku hanya menganggukkan kepala.

Ingin rasanya tidak peduli, tapi ternyata itu sulit sekali untuk melupakan pemandangan tadi. Ah sudahlah lupakan.

****

Hari ini aku merasa benar-benar menghabiskan waktuku lebih banyak bersama Kak Vigo.

Seperti saat ini kami berada di danau dekat fakultas bahasa dan seni. "Dek," aku hanya berdehem. Tapi dia memanggilku lagi, "deeek, liat sini ih" sambil sedikit merengek. Akhirnya aku memutar posisi dudukku menghadapnya, "ada apa sih kak?" Ucapku gemas sendiri.

"Aku mau cerita sama kamu, " aku hanya diam menunggunya melanjutkan kalimatnya. "Kamu inget ngga pertemuan pertama kita?" Aku mengangguk, "pas kakak ke rumahku tahun lalu kan?"

Dia tersenyum lalu menggeleng, "bukan.. sebenernya kita ketemu pertama kali waktu kamu ngelayat ke tempat Tante Arum. Waktu ayahnya Tante Arum meninggal, kan rumah kami deket tuh, jadi aku, ibu, bapak, sama nenek disana. Kalian sampe di rumah Tante Arum sekitar jam sembilan, Aku lihat kamu kayak ngantuuk banget, terus kamu tidur di pangkuan Tante Anna sampe dengkulmu kebentur pintu, disitu aku geli banget liatnya. Tapi gemes juga, kamu lucu waktu tidur. Ayah kamu, mama kamu, Tante Arum, sampe ibu aku juga berusaha ngangkat kamu mau mindahin kamu ke kamar ngga ada yang berhasil," jelasnya.

"Emang iya? Kalo ke tempat Tante Arum aku inget, aku tidur di pangkuan mama juga inget dibujuk pindah kamar juga inget tapi ngga inget kalo sampe sebanyak itu yang bujukin aku," ucapku sambil menggaruk kepalaku yang berbalut hijab~walaupun ngga gatal sama sekali.

Dia kemudian tertawa, "iya dan yang paling bikin aku inget dan gemes banget sama kamu sampe sekarang itu kamu jawab dengan polosnya kamu ngga mau pindah takut ditinggal pulang, terus dijadiin anak Tante Arum sambil melukin pinggang Tante Anna erat banget sampe semua gemes sendiri liat tingkah kamu itu," ucapnya sambil terbahak.

Aku merasakan wajahku memanas, entah karena ceritanya atau karena terpesona melihat tawanya. Yang pasti aku malu, sangat malu.

Tapi entah mengapa perasaanku menghangat saat dia tersenyum lembut ke arahku sambil mengatakan, "sejak saat itu aku selalu berharap bisa ketemu sama gadis kecil manis itu lagi, dan akhirnya terwujud," "iih apaan sih,, udah ah ayok pulang, udah sore hampir maghrib malah.. apa kakak mau disini??ntar di temenin sama yang ngga keliatan loh,, hii aku mah ogah," ucapku sambil bangkit dari posisiku.

Sebenernya aku cuma ngga mau dia lihat pipi merahku yang udah mirip kepiting rebus. "Aduh duuh yang blushing, buru-buru amat neng," ucapnya sambil tersenyum menggoda. Aku langsung berlalu meninggalkannya lebih dulu.

Aah Ya Allah perasaan apa ini? Kenapa rasanya sangat membahagiakan? Aku merasakan perasaan yang berbeda dengannya. Ku harap ini bukan hal yang salah.

***

Hai readers!!
Gimana part ini? Gaje ya, ga nyambung yaa? Maafkan aku klo kurang sesuai sama kalian.
Daaaaaan disini murni imajinasiku yaaa,,
Jangan lupa vote and comment, kritik dan saran juga jangan lupa, inget jangan kasar.. typo kasi tau aku yaa..
Okee cukup deh cuap cuapnya, ngantuk nih aku, udah mulai ngelantur ehehe... Okee deh good night, sleep tight and bubayyyy

Author amatir:)

Inattendu (R E V I S I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang