Forth.

45 11 1
                                    

Rasanya sudah berhari-hari mereka terjebak dalam segala permainan ini. Tak  ada jalan keluar selain menyelesaikan teka-teki yang selalu muncul tanpa mengenal waktu. Teka-teki itu mudah dijawab jika mereka ingat tentang masa lalu mereka.
Kini laki-laki itu tengah memakaikan jaketnya kepada gadis yang kedinginan di sampingnya. Wajahnya terlihat sangat pucat dan pakaiannya basah kuyup karena mereka gagal menjawab teka-teki kedua. Mereka sedang duduk bersandar di dinding.

"Zarkan." panggil gadis di sampingnya.

"Hm?"

"Gue daritadi mikir. Gue ngerasa pernah denger nama lo. Gak asing gitu." ucap gadis itu menggigil kedinginan.

"Dah gak usah banyak omong, Van." ucap Zarkan menggosok-gosokkan kedua tangannya lalu memegang kedua tangan Vania. Berulang kali Zarkan melakukan hal itu agar Vania merasa hangat.

"Menurut lo, teka-teki tadi jawabannya apa?" tanya Vania.

"Gue gak tau. Emang kita pernah ketemu sebelumnya?"

"Mungkin. Karena nama lo gak asing di telinga gue. Beneran."

"Iya." ucap Zarkan singkat.

Vania menatap Zarkan yang sibuk mencoba menghangatkan tubuhnya, "Makasih ya." ucap Vania yang hanya dibalas deheman oleh Zarkan.

Setelah Vania merasa tidak kedinginan, Zarkan mengajaknya berjalan lagi. Mencari teka-teki selanjutnya agar semua lelucon ini selesai. Zarkan sudah muak dan ingin cepat-cepat pergi dari sini. Andai tangannya tidak terikat dengan Vania, ia akan memanjat dinding dan mencari jalan keluar sendiri tanpa perlu berfikir keras menjawab segala teka-teki.

"Menurut lo kapan semua ini selesai?" tanya Vania sambil menodongkan senter ke segala arah.

"Entah."

"Ada orang lain gak ya disini?" tanyanya lagi.

"Entah."

"Gue heran. Botol-botol kaca itu datengnya darimana ya?"

"Entah."

"Kenapa gak ada makanan? Gue laper."

"Entah."

Vania menghentikan langkahnya, "Zarkan." panggilnya.

"Kenapa?" tanya Zarkan bingung.

"Lo kok judes banget sih? Singkat mulu jawabannya. Entah mulu jawabannya." ucap Vania kesal.

Zarkan mendekatkan dirinya kepada Vania dan semakin memojokkannya ke dinding, "Makanya lu diem gak usah banyak bacot." ucapnya lalu pergi.

"Eh, tunggu!" ucap Vania memegang lengannya yang terikat bersama Zarkan.


***


Sepasang laki-laki dan perempuan sedang mengelilingi maze. Mereka berusaha mencari jalan keluar dengan cara mengenali seluk-beluk maze. Mereka termasuk tim yang beruntung karena mendapatkan peta digital yang memperlihatkan seluruh maze. Namun mereka sebisa mungkin menghindari bertemu dengan titik berwarna lainnya. Karena Aldi mengira jika titik berwarna itu adalah petaka.

MEET UP [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang