Bagian 2 (Kak Kevin)

59 5 2
                                    


"Ra.."
Aku membuyarkan lamunanku. Menoleh ke belakang. Kak Kevin melangkahkan kaki membawa secangkir gelas dan roti bakar.

"Nih buat kamu"
"Tumben baik"
"Tadinya mau aku kasih Mumu tapi liat dia tidurnya pulas. Aku kasihkan ke kamu
aja"
"Perhatian sama adeknya sendiri ngga usah pake gengsi juga kalee"
aku memutarkan bola mata.
*Mumu adalah kucing kesayanganku yang super malas hobi rebahan dan menggemaskan.

"gimana kerjaan kamu ?"
"Hmm cukup menyenangkan"
"gak pengen pindah di sini saja?"
"Tidak kak"
"Mama kemaren bilang. Kamu suruh kerja di deket-deket sini aja"
"Terlanjur nyaman kerja di sana kak."
"Tapi kamu perempuan ra. Kamu nggak tau khawatirnya mama tiap kamu nggak ngabarin rumah. Kamu selalu sibuk dengan kerjaanmu sendiri"
"Lebih tepatnya khawatir soal umurku yang mulai tua tapi belum ada calon begitu?"
"Mama khawatir. Karna kamu jarang di rumah, kamu selalu sibuk dengan kerjaan kamu apalagi mama belum pernah liat kamu bawa pasangan. Takutnya mama.. ah sudahlah kamu pasti tau"
aku diam tak menanggapi perkataan kak Kevin.

"Hahaha. Dasar mama pilih kasih. Aku yang pertama aja belom ada target. Malah bingung nyariin buat kamu yang kedua"
lanjutnya setelah terjeda beberapa saat.

"Maklum kak. Aku perempuan."
Aku menyesap mug yg berisi susu coklat pemberian kak kevin. Untuk beberapa saat perbincangan kami menjadi hening dan terjeda.
"Tapi emang kamu belum pengen nikah ra?"
"Belum. Nyari sesuai angan-anganku belum ada kak."
"Kamu mau cari yang seperti apa?"
"Yang sederhana"
"Jangan memprioritaskan kata 'cari' sesuaikan dirimu atas apa yang kamu inginkan. Kalau kamu cari yang sederhana. Kurangi postinganmu dengan teman-teman elitmu di tempat-tempat mewah"
"Itu kan namanya eksistensi remaja perempuan. Suatu saat jika aku telah menikah aku akan memutuskan silaturahimku dengan mereka. Dan aku akan fokus dengan keluarga suamiku kelak. Untuk sementara aku ingin menikmati diriku bersama mereka"
"Kamu perempuan beda ra. Kamu selalu berfikir beda diantara yang lain . Tapi ingat tidak semua orang mengerti jalan fikiranmu. Jika kamu tetap kekeh jangan harap kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan jika kamu tak menuruti kata ku"
"Aishhh.. kau mematikan angan-anganku"
"Sekarang gini aja deh.. ketika kamu mencari buku yang kamu butuhkan tetapi uangmu hanya pas untuk membeli satu buku usang pake diskonan lagi. contoh sederhananya kamu membeli sebuah novel. Sebelum membuka lembaran novel. Kamu pasti melihat sampul buku tersebutkan? Dan kamu memprioritaskan uangmu bukan? Mana mungkin kamu memilih buku keluaran terbaru dan menarik yang jelas-jelas kamu tak mampu membelinya. Semua itu sama seperti ketika laki-laki sederhana mencari pasangan untuk menikah. Mereka pasti mundur ra melihat kamu yang serba sempurna. Mereka memprediksikan jika kamu wanita yang suka kehidupan mewah. Mereka khawatir tidak cukup membahagiakanmu. Itu prediksi umum banget ra."
Penjelasannya selalu rinci dan mudah di cerna. Ia tergolong laki-laki dingin tapi tidak ketika berhadapan denganku. Sikapnya yang seperti ini hanya ditemukan oleh beberapa orang saja. Dan aku termasuk kedaftar orang terdekatnya.
" aku nggak tau harus gimana kak. Aku masih enjoy dengan diriku sendiri"
"Aku kenalin sama temenku mau?"
"Yang sederhana, gak banyak bicara seperti kakak, berwibawa, sopan, yang beradab lah pokoknya kak"
"Fachri maksud kamu?"
Ia membalikan badan, langkahnya menjauhi tempatku untuk kembali masuk kedalam rumah.

"Bu.. bukan dia" ucapku lirih.
Ia berhenti melangkah sejenak, kepalanya sedikit menoleh kearahku.
"Kalimatmu terbata. Mengatakan kalau kamu masih suka sama dia."
Aishh kelemahanku selalu terlihat di depan kak Kevin. Aku selalu terlihat meski aku menutupi rapat-rapat.

Fachri?
Aishh aku jadi mengingatnya.

Don't Touch My HeartWhere stories live. Discover now