Bagian II: Dia yang Mencurigakan

168 25 9
                                    

Luna sedang dalam mode perang dingin dengan teman sebangkunya. Sejak kemarin, setelah upacara hingga kelas dibubarkan, Jihee mendiami gadis itu. Luna sudah hapal tabiat buruk Jihee yang sering kali marah hanya karena masalah sepele. Mungkin Jihee belum dewasa saja.

Luna membereskan alat tulisnya karena bel istirahat pertama yang berbunyi. Sedangkan, sang sahabat malah meninggalkan gadis itu bersama teman lain untuk diajak ke kantin bersama. Luna tersenyum sedih, mengasihani nasibnya yang selalu dibuang saat berupaya mengungkapkan kata hati terdalamnya. Menjadi dirinya sendiri membuat gadis itu tidak disayangi seperti kemarin-kemarin, itu sebabnya dia kerap kali berpura-pura ceria dan menjadi seseorang yang selalu tampak baik-baik saja. Meskipun begitu, ada beberapa waktu dimana Luna tak sanggup menahan kesedihan dalam hatinya karena keegoisan manusia yang ingin dimengerti, tapi tak mau mengerti orang lain.

Luna akan menangis keras di atap sekolah yang tak pernah didatangi orang lain. Menumpahkan semua sesak dan kesedihan yang mengendap dalam lubuk hatinya. Dia ingin seseorang yang bisa perasaanya sandari dengan seutuhnya. Bukan seseorang yang hanya ingin kesenangannya sendiri, mengabaikan Luna yang juga ingin diperhatikan sebanyak gadis itu memberi.

Butuh lima menit agar Luna bisa meredam perasaan sedih dan marah yang berkecamuk dalam dadanya. Kelas sudah sangat sepi. Hanya ada dia dan Kim Taehyung yang tertidur sejak tadi. Gadis itu kelaparan, tapi dia sungguh malas untuk beranjak ke kantin dan bersusah payah memasang topeng baik-baik saja di depan orang lain.

Dengan itu, Luna memutuskan untuk tak pergi ke kantin. Menikmati kesunyian dan detik jam yang terdengar sayup-sayup memasuki rungunya. Kepala gadis itu diletakkan pada meja, kedua kelopak mata memejam rapat. Luna ingin beristirahat sejenak dari dunia yang selalu berat tiap harinya tanpa menyadari suara perutnya yang keroncongan sejak tadi.

Tiba-tiba, suara benda keras yang ditumpukan pada meja terdengar. Luna mengangkat kepalanya dan mendapati Kim Taehyung yang duduk di tempat Jihee. Ada sebungkus roti cokelat dan sekotak susu stroberi di meja Luna.

Gadis itu mengerutkan alisnya karena heran. Bukannya sejak tadi Taehyung tertidur? Lalu, kenapa wajah pria itu tak menunjukkan tanda-tanda baru bangun tidur?

Melihat Luna yang tak segera meraih roti dan susu yang Taehyung berikan, pemuda itu berucap, "Kalau kau tak segera memakan itu, aku akan mengambilnya kembali."

"Tak masalah. Aku tak meminta diberi makanan gratis juga," balas Luna dengan netra yang beradu dengan milik Kim Taehyung.

Sorot mata pemuda itu menajam. Taehyung melempar satu embusan napas lelah dan mengambil roti yang ia letakkan baru saja, membukanya dengan cepat dan menyodorkannya pada Luna yang diam.

"Ini! Cepat makan sebelum kelas dipenuhi anak-anak."

Karena tak mendapat respon dari Luna, Taehyung segera meraih satu tangan gadis itu dan meletakkannya di sana. Luna terdiam, menatap roti yang sudah berada di tangannya.

"Kenapa kau memberiku makanan gratis? Kau mau membodohiku dan membuatku jadi kekasih kesekianmu, kan?"

Pertanyaan bernada satire itu membuat Taehyung melotot terkejut. Di detik ketiga setelah keterkejutannya, tawa keras membahana mengisi kelas. Pemuda itu memegangi perutnya yang kesakitan karena banyak tertawa, menepuk kepala Luna sekali dengan senyuman kecil yang menghiasi.

"Aku hanya ingin memberi gadis kelaparan ini makanan. Tidak ada maksud apapun," ucapnya sembari beranjak dari duduk dan kembali ke bangku asal.

Luna menengok ke belakang, mengamati Taehyung yang berpura-pura seolah mereka tak pernah terlibat dalam konversasi konyol barusan. Namun, gadis itu menyadari bahwa Taehyung sengaja tampak tak peduli sebab ada beberapa murid yang kembali dari kantin dan memasuki kelas.

Gadis itu menangkap maksud Taehyung. Pria itu ingin bersikap seolah mereka orang asing yang saling canggung satu sama lain. Entah apa yang membuat Taehyung ingin bersikap begitu padanya, Luna pun tak begitu memedulikannya.

Memilih mengabaikan sikap aneh Taehyung, Luna melahap satu gigitan besar pada roti di tangannya. Menikmati rasa cokelat yang manis dan sedikit mengurangi kekesalan di hatinya. Gadis itu menghabiskan pemberian Taehyung dengan senang hati, berjanji pada diri sendiri akan mengucapkan terima kasih nanti.

Namun, tanpa Luna sadari, Taehyung mengawasi tiap gerak-gerik gadis itu sejak tadi. Senyum tipis terbit di ranum Taehyung yang merasa puas karena melihat Luna yang tampak baikan setelah tadi kelihatan sangat menderita. Taehyung memang bukan ahlinya membaca mimik wajah, tapi Taehyung peka pada perasaan orang lain.

Pemuda itu tahu bahwa Luna yang asli selalu bersembunyi dalam bayang-bayang dan julukan 'Luna si gadis ceria' miliknya. Semua orang mengenal Luna sebagai sosok yang tak pernah marah, tapi Taehyung sangat mengerti bahwa sebaik apapun seseorang di depan orang lain, akan ada saat dimana mereka bersusah payah tampak baik-baik saja.

Dan dalam kasus Moon Luna, Taehyung sadar bahwa gadis itu bersusah payah menyembunyikan segalanya. Bahkan, selama Taehyung mengawasi Luna diam-diam, tak pernah Taehyung lihat senyuman tulus dari bibir gadis itu. Semua senyuman yang Luna lempar hanya senyuman palsu agar orang mengira dia baik-baik saja meskipun perasaan Luna diporak-porandakan tak bersisa.

Taehyung bertanya-tanya dalam hati, seberapa berat hari-hari yang Luna jalani selama ini? Sejak kapan gadis itu membohongi diri sendiri hanya untuk orang lain?

Dia tahu tak seharusnya dia ikut campur masalah orang lain. Namun, melihat sorot penuh luka dan sinar mata yang meredup itu, Taehyung tak kuasa untuk diam saja. Ada bagian dalam dirinya yang ingin merangkul gadis itu bersama seluruh perasaan Luna yang sudah tak terbentuk. Mungkin dengan menemani gadis itu dari balik punggung orang-orang, dia bisa memahami Luna seutuhnya.

Taehyung percaya bahwa dia bisa membuat gadis itu menjadi dirinya sendiri. Dia berharap Luna akan bisa melawan perkataan orang lain agar hatinya tak terluka lagi, agar gadis itu bisa bertindak sesuai keinginan hati. Taehyung akan menjadi orang yang menerima semua hal dalam diri gadis itu meskipun dia tahu takkan ada hal baik dari masalah yang coba Luna sembunyikan melalui sorot mata yang diisi kekecewaan itu.

Taehyung tak menyadari bel pelajaran keempat sudah berbunyi karena terlalu larut dalam khayalannya sendiri. Kelas nyaris diisi seluruh penghuninya. Taehyung menangkap sosok Jihee yang masuk dengan kekehan bahagia bersama Ahrin di sisinya, mengikuti tingkah gadis itu yang dengan seenak hati menggelayut manja di lengan Luna sehabis menempatkan diri di bangku.

"Aku minta maaf karena mengatakan hal yang buruk padamu kemarin, Luna. Aku janji takkan membuatmu marah lagi. Aku dimaafkan, kan?"

Tangan Taehyung mengepal menyadari Jihee yang menganggap enteng masalah kemarin padahal jelas-jelas Luna sangat tersakiti oleh tingkah masa bodoh milik Park Jihee. Meskipun bukan Taehyung yang diremehkan seperti itu, dia bisa merasakan kekesalan yang meluap-luap dalam dadanya.

"Iya, dimaafkan. Jangan meninggalkan aku ke kantin duluan, Jihee," gumam Luna yang melempar tatapan sendu.

"Okey-dokey, Luna!"

Dan senyuman berkedok kepura-puraan yang Luna lempar pada Jihee sanggup membuat dada Taehyung ikut merasakan kesakitannya.[]

Tristful. [ Kim Taehyung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang