3 (Tetap Rivano, bukan yang lain)

21 4 0
                                    

"Taran" panggil Tika kepada anak gadisnya yang baru pulang sekolah. Ini masih jam 10, wajar anak SD kelas 3.

"iya mah?" Taran berlari kecil menuju kearah mamanya.

Tika memberikan Taran sebuah paket yang dibungkus menggunakan kertas minyak berwarna cokelat.

Taran menatap heran. Apakah ini paket untuknya? Setahunya dia tidak memesan sesuatu lewat online.

"Taran, tolong anterin paket ini dirumah sebelah yah" Tika menjawab segala keheranan Taran.

Taran mengernyit kembali, rumah sebelah? Setahunya disebelah kanan rumahnya sudah tidak ada rumah. Kalau disebelah kiri memang ada rumah, tapi rumah itu selalu kosong dan tampak angker karena besar, dan setelah itu baru rumah Rivano.

"maksud mamah rumah Vano?" Kalau memang iya rumah Vano, kenapa paket ini bisa ada di rumahnya?

"bukan sayang, rumah di sebelah rumah kita dan rumah Rivan. Rumah yang besar itu loh yang halamannya luas"

Taran memiringkan kepalanya bingung. Memangnya ada orang?

"mah itu kan---"

"udah anterin aja. Orangnya ada kok, cuman jarang datang. Tapi tadi mamah liat udah dateng, mamah cek ada motornya" Jelas Tika sambil mendorong sedikit badan Taran.

Taran hanya menurut saja. Sebenarnya Ia antara yakin dan tidak yakin mau kerumah tersebut.

Taran keluar dari gerbang rumahnya. Berjalan pelan sambil menghembuskan napas kasar.

"Taran!"

Taran menoleh. Didapatinya Akis sedang berjalan kearahnya.

"mau kemana?" Akis bertanya sambil mengemut permen tangkai yang tinggal sekali gigit habis.

"Mau anterin paket ke rumah angker" Jawab Taran malas. Akis kaget, sudah gila Taran mau anterin paket ke rumah kosong? Angker pula! Mau uji nyali atau mau stor nyawa?

"astaga naga margasatwa! Siapa yang nyuruh?!"

"Mamah"

"kok mau aja?!"

"katanya orang yang punya rumah udah datang"

"emang ada orangnya?!"

"kata mamah ada"

"emang mama Tika lihat?!"

"iya, katanya sih lihat"

Akis tidak sanggup berkata kata lagi. Dia takut tapi khawatir dengan Taran. Ia harus menemani Taran pokoknya.

"Taran, aku temenin yah kerumah itu" Tawar Akis.

"beneran! Horeeee Taran gak perlu takut lagi" Seru Taran senang. Setidaknya jika dia mati tidak sendirian.


***

"ASSALAMUALAIKUM!" Teriak Akis kencang di depan gerbang rumah besar itu. Sengaja di kasih keras supaya setan setannya pada kabur dengar salam.

"WAALAIKUMSALAM!" Balas seseorang dari dalam.

Taran dan Akis saling pandang. Itu suara seorang laki laki dewasa. Jangan jangan setan yang tinggal di rumah ini agamanya islam.

Bagaimana caranya mengusir setan beragama islam? Apakah harus pake ritual nenek moyang?

Ckiiieeettttt

Bunyi gerbang besi yang berkarat karena umur sungguh seram.

Gemetaran tangan kanan Taran. Akis bahkan berhenti mengemut permen tangkainya.

"iya cari siapa?" kemudian seseorang muncul di hadapan Taran dan Akis.

Kedua gadis kecil itu tak berkedip.

"hello! Cari siapa?" Seorang pria dewasa pemilik rumah angker itu menyapa.

Taran mengedipkan matanya cepat. Yang tinggal di rumah ini bukan setan, tetapi malaikat. Tampan sekali.

"kakak yang punya rumah ini?" Tanya Taran. Akis akhirnya berhenti melamun.

"iya, nama kakak Jinu. Cari siapa yah? Kalian temannya Juki yah?" Tanya orang itu yang mengaku namanya adalah Jinu.

"eung Juki?" Taran berkedip lucu.

"maaf yah kakak kita gak kenal siapa itu Juki. Aku dan temen aku kesini mau anterin paketnya kakak" Akis merebut paket tersebut dari tangan Taran "Nih paketnya" kemudian Akis menyodorkan paket itu pada Jinu.

"unyu unyu tapi galak ih. Sini masuk dulu" Ajak Jinu membuka gerbangnya sedikit lebih lebar.

Taran dan Akis kembali saling tatap. Mereka penasaran tapi juga takut.

"ayok, gak apa-apa kok. Kakak gak gigit, paling cubit doang" Jinu mengedipkan sebelah matanya.

"ihhh pedo!"

"maniak"

Akis dan Taran berteriak secara bersamaan. Jinu kaget. Dia dikatai oleh dua gadis kecil yang menggemaskan.

"kakak becanda, ayok masuk" Kemudian Jinu masuk, disusul Akis dan juga Taran.

Rumah ini memang benar benar besar. Halamannya saja luas sekali, tapi banyak daun keringnya.

Bahkan setelah masuk kedalam rumah, sangat besar dan luas. Bahkan bisa main voli di dalam rumahnya. Di samping rumahnya bahkan ada kolam berenang.

"woahhh" Taran menatap takjub. Ia ingin dirumah ini terus. Didalam rumah ini bersih sekali.

"kalian duduk dulu yah, kakak mau panggilin Juki. Adek sepupu kakak, ganteng lohhh" Kemudian Jinu pergi kelantai atas. Naik ke tangga yang bersatu kemudian di tengah tengah terbelah menjadi dua bagian, kanan dan kiri.

Tak berapa lama, Jinu kembali dengan seorang anak laki laki yang seumuran dengan Akis dan Taran. Anak itu tampan dan memiliki banyak tahi lalat di beberapa bagian tubuhnya.

"Nah adek adek manis, ini adik sepupu kakak. Tampan kan? Heh Juki! Perkenalan cepat" Jinu mendorong pelan bahu anak laki laki itu.

Akis dan Taran hanya saling pandang.

"ha--hai, aku Jeffery Santoso. Panggil aja Ju--Juki. Salam kenal heheh" Anak laki laki yang bernama Juki itu tersenyum manis, memperlihatkan kedua gigi kelincinya.

Akis menghampiri anak laki laki itu, kemudian mengambil tangan kanan Juki dan mejabatnya.

"Nama aku Akis, dan ini Taran" Akis menatap Taran yang hanya berbinar polos.

"kita boleh main bareng kan?" Tanya Juki.

"Boleh, tapi bareng Taya dan Rivan" Seru Akis. Hore saja karena ada teman baru, cogan pula.

"Taya dan Rivan?" Tanya Juki heran.

"Taya itu adiknya Taran sedangkan Rivan itu saha----"

"Punyanya Taran!" Seru Taran cepat.

Akis, Juki, dan Jinu hanya menatap Taran polos.

"Taran sayang sama si Rivan Rivan itu?" Tanya Juki.

"Banget!" jawab Taran tersenyum.




***

Yuhu #stayathome gys! Jgn keluar ada korona! :v

Tahu gak siapa yang jadi Abang Jinu? Abangnya Juki?

Nih gw kasih!

Di mulmed

Gantenk kan abangnya Juki? Siapa yang mau bungkus?!

MY JIRAN?!?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang