1 (Ampar Ampar pisang)

11 3 0
                                    

Rivano Ferdinantara, berlari kecil dari rumahnya menuju rumah Taran dan Taya. Apalagi kalau bukan untuk bermain? Anak umur 8 tahun memang masih sering bermain.

Rivan mendorong pagar rumah Taran kemudian masuk tanpa permisi. Bocah 8 tahun itu tersenyum cerah, diantara seluruh teman bermain dia paling akrab dengan Taran.

"TARAN!" Teriak Rivan dari teras rumah Taran.

Tak lama, seorang gadis kecil dengan rambut dikepang satu keluar. Gadis kecil itu tidak lain dan tidak bukan adalah Taransyah Zahara, dengan senyum manisnya.

"Hai Rivan. Mau main yah?" Tanya Taran sambil menarik tangan Rivan menuju kursi di teras rumahnya. Rivan hanya mengangguk semangat.

"Hari ini Taya juga mau ikutan main, bentar yah Rivan. Taran panggil Taya dulu" Kemudian Taran berdiri dan kembali masuk.

Rivan duduk dikursi sambil menggoyangkan kedua kaki pendeknya.

Tak lama. Taran kembali dengan seorang anak laki laki berumur 6 tahun. Atthaya Dzulkifli, adik Taran.

Rivan reflek melompat dari kursi. Ia sangat bersemangat entah kenapa.

"Sekarang ayo kita main!" Seru Taya berapi api semangat.

"tunggu dulu, Akis kan belum datang" Taran menatap sendu kearah rumah di sebrang rumahnya.

Rivan dan Taya ikut menoleh. "Taran, sebenarnya Rivan udah jemput Akis. Cuman Akisnya bilang main duluan aja, soalnya Akis masih bantu Mamanya".

Taran lesu.

"Gak apa apa, sekarang kan ada Taya sama kak Rivan. Jadi kak Taran jangan sedih lagi. AYOK KITA MAIN!" Seru Taya semangat dan gerakan yang lucu, membuat Taya dan Rivan tersenyum.

"Tapi kita main apa?" Tanya Taran.

Rivan mengeluarkan bekel dari sakunya yang sedari tadi Ia bawa.






***

"Mah, Akis udah boleh main gak?" Tanya Alikah Balqis Hajar yang biasa di sapa Akis setelah selesai mencuci tangannya.

"Akis. Bisa gak hari ini kamu jangan main dulu? Bantu Mama bikin kue yah" Jelas Mama Akis atau Aikah.

Menghela napas berat, Akis berujar. "Mah, hari ini minggu dan Akis masih gak bisa main juga? Senin sampai Jum'at sekolah dan pulang dari sekolah bantu Mama bikin kue sampai malam. Sabtu libur tapi Akis gak bisa istirahat atau main, soalnya bantu Mama bikin kue lagi. Sekarang minggu dan masih gak bisa main, soalnya bantu Mama bikin kue lagi. Mah Akis kapan bisa main?" Mata Akis sudah berkaca kaca.

Aikah menatap putrinya sedih. Putrinya yang malang. Seharusnya Akis bahagia dengan keluarga yang lengkap. Akisnya yang malang.

Jadi, Ayah Akis itu orang kaya dan memenuhi kebutuhan keluarga hanya saja BELIAU YTH punya istri lain. Yaudah jan dibahas.

"Yaudah Akis main aja. Untuk masalah kue, nanti Mama yang selesaikan. Kan tinggal dikit aja nih" Aikah seringkali menangis ketika malam karena merasa bersalah pada putrinya yang dipaksa mengerti keadaan.

"Beneran! Makasih Mamah!" Seru Akis kemudian berlari keluar rumah menuju ke teman temannya.






***

Taran cemberut. Dia bosan, tanpa Akis rasanya agak sedikit hampa.

"Taran kenapa?" Tanya Rivan melihat sang pujaan (Ciah) cemberut dan murung.

"Akis bakal datang gak ya?" Tanya Taran sedih. Taya dan Rivan saling lirik.

"Datang kok, InsyaAllah" Ujar Taya sambil terus melempar kasti dan batu bersamaan kemudian ditangkap.

"Taran bosan yah?" Tanya Rivan sambil mengelus kepala Taran sayang. Mereka selalu duduk bersampingan.

Taran mengangguk sambil menunjukan wajah memalesnya. Membuat Rivan mencubit kedua pipi Taran.

"Taya, ganti permainan yuk" Ajak Rivan. Taya menoleh.

"Permainan apa?" Tanya Taya.

"hmmm apa yah?" Pikir Rivan sambil melirik ke atas seolah berpikir.

"kak Taran ada saran gak?" Tanya Taya pada kakaknya yang hanya melongo.

"Kok kakak sih?! Kamu dong, kan kamu laki laki!" Kesal Taran. Bisa bisanya dia.

"Kan Taya cuma nanya! Lagian tuaan kakak dimana mana!" Taya ngegas.

"Heh STOP STOP! KITA MAIN AbC aja!" Seru Akis semangat yang tiba tiba datang.

"Akis!" Taran tersenyum melihat Akis.

Rivan mengernyit. "ABC? Permainan apa tuh?"

"Adalah pokoknya. Nah sekarang Taran ikutin aku yah" Akis menempelkan telapak tangan kanan dan kirinya kemudian membuat gestur seperti seseorang akan berenang.

Taran mengikuti gestur Akis. Kemudian Akis bernyanyi sambil menggerakan tangannya.

"Abcd! Ampar ampar pisang...pisangku belum masak...masak sabigi di hurung bari bari....masak sabigi di hurung bari bari...mangga lepak mangga lepok, patah kayu bengkok, bengkok dimakan api, apinya cangcurupan......"

"STOP STOP!" Taya berdiri sambil berteriak kencang.

Taran, Akis, dan Rivan menatap heran Taya yang heboh sendiri.

"apasih Taya?!" Tanya Taran nyolot.

Taya menatap Taran dan Akis bergantian.

"itu permainan namanya bukan ABC tapi Tampar Tampar pisang!" Seru Taya emosi.

"Bukan Tampar tampar pisang! Gila kamu?! Namanya ABC!" Emosi Akis, tak mau kalah.

"Tampar tampar pisang!"

"Abc!"

"tampar tampar pisang!"

"ABCcccccc!"

"STOP!" Taran stress. Rivan kaget, Taya dan Akis diam.

"Nama permainannya bukan Abc apalagi tampar tampar pisang! Namanya tuh ampar ampar pisang!" Akhirnya Taran gak mau kalah.

"ihhh Taran sok tahu deh!" Ejek Akis.

"iya kok. Aku lihat dari sepupu aku namanya..."




Chup





Taya dan Akis terkejoed! Taran? Apalagi. Si pelaku--Rivan--tersenyum cerah setelah mencuri kecupan dari pipi gembil Taran.

"iya nama permainannya ampar ampar pisang kok. Sekarang ayo kita main lagi" Rivan sambil menggenggam tangan mungil Taran.






***

Enggas bos? :v

Voment kek!

MY JIRAN?!?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang