Part 13

27 2 0
                                    

Wisnu sedang mencuci baju di kamar mandi. Puti ingin membuat jongkong. Kelapa yang sudah diparut, dicampur dengan tepung beras dan sedikit garam. Ia menguleni adonan. Adonan ini yang akan menjadi kulit jongkong. Isian jongkong yaitu gula jawa yang disisir. Puti membentuk jongkong sampai adonan habis baru mengukus sampai matang. Saat selesai menata jongkong dalam kukusan Wisnu keluar dengan handuk di pinggang dan seember cucian. Puti segera mengambil hanger untuk menjemur pakaian mereka.

Semoga saja tidak hujan agar pakaian mereka kering. Mereka hanya dua orang tapi jemurannya banyak sekali. Sampai habis hanger untuk menjemur semua pakaian. Selama ini mereka sudah memiliki tugas masing-masing. Saling membantu untuk mengurus pekerjaan rumah. Apalagi Puti sekarang baru hamil. Mereka sangat bersyukur sudah diberi kepercayaan walaupun anak mereka belum lahir.

" Besok jadi mau ke rumah mama? Yakin kamu kuat, gak usah aja kalau gak kuat. Mama pasti ngerti, " Mama mertua Puti mengadakan acara syukuran empat bulan kehamilan Puti di Surabaya. Wisnu sempat tidak setuju. Ia tidak bisa menemani istrinya ke Surabaya. Tapi jika diadakan di sini juga snagat tidak memungkinkan. Alhasil karena dokter yang memeriksa Puti mengatakan aman, Wisnu memberinya izin.

" Gak papa, si abang kuat ya sama bunda, " Puti mengelus perutnya sayang. Sejak hamil Puti sering terbangun dua kali dini hari yaitu pukul 1 dan pukul 3. Wisnu juga selalu ikut terbangun walau Puti tidak pernah membangunkannya. Mereka akhirnya selalu salat tahajud dan mengaji bersama.

" Yaudah besok diantar Alfara pokonya. Nanti papa yang jemput di Surabaya, " Puti mengangguk.

*

Puti sudah berada di rumah mertuanya. Ia tidur telentang di kamar Wisnu. Kamar Wisnu benar-benar tidak banyak barang sehingga tampak lebih longgar. Mama menyuruhnya untuk istirahat. Padahal banyak orang yang membantu untuk persiapan syukuran tetapi Puti asyik tiduran. Tadi ia sempat memotong buah untuk camilan. Beruntung banyak stok buah di kulkas ibu mertuanya. Orang tua Puti sudah tiba sejak kemarin.

" Rasanya baru kemarin lo kamu itu bayi. Sekarang malah udah mau punya bayi nduk, " Ibu Puti ikut berbaring di sebelah sang anak. Puti tersenyum menanggapi. Ia memeluk sang ibu erat.

" Maaf Puti lama gak pulang ke Magelang, buk. Mas Wisnu titip salam. Kabar saudara di rumah gimana buk? "

" Baik alhamdulillah. Oh ya Yasin sudah lamaran loh sebentar lagi nikah, " Puti tersenyum lebar. Teman-teman kantor saat di Pelindo semua hadir. Ini sebagai bentuk permintaan maaf karena dulu ia tidak mengundang mereka. Arupadatu masih sama dia tersenyum menghampiri Puti sebelum acara dimulai.

" Bang Aru, apa kabar? Kurasa baik sih. "

" Baik Pu, Wisnunya mana? " sesekali Puti menanggapi tamu yang tersenyum padanya. Puti mempersilakan Wisnu untuk duduk. Wanita itu kembali menyapa para tamu sebelum ikut duduk di kursi depan bersama orang tua dan mertuanya. Puti menahan air mata yang akan keluar. Ia tidak akan pernah menangis di depan banyak orang. Kata-kata inti dari syukuran sungguh membuatnya terharu. Ibu mengelus pundaknya hati-hati. Suara musik rebana masih terdengar. Tamu-tamu sebagian besar sudah berpamitan pulang. Namun, masih ada yang menetap untuk ngobrol termasuk Arupadatu. Puti menemani bersama Retyo. Mereka bertiga menikmati es buah dan camilan sembari ngobrol.

" Pu, abang pulang ya semoga lancar sampai persalinan, sehat soleh solehah sukses dunia akhirat. Aamiin, " Puti mengaminkan doa tulus Arupadatu.

" Aamiin makasih bang. Hati-hati ya, " Retyo juga pamit pulang. Lelaki itu merupakan tetangnya di samping rumah mertuanya.

*

Hari ini orang tuanya akan pulang ke Magelang. Rasanya baru sebentar mereka bertemu. Puti menyadari hal ini kerap terjadi juga padanya dan Wisnu. Mereka tidak tahu bisa berapa lama lagi akan bersama. Bagaimana bila tiba-tiba mereka harus berpisah lagi untuk waktu yang lama. Puti melambaikan tangan saat orang tuanya sudah akan menaiki pesawat. Puti baru ingat ia dan Wisnu memiliki perencanaan manis untuk mereka juga kedua orang tua mereka. Jika tidak halangan apapun saat Bulan Dzulhijjah ia dan Wisnu mengajak mereka ke Kota Suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Puti saat ini bersama dengan papa mertuanya. Mereka tidak langsung pulang ke rumah. Papanya mengajak untuk ke Kebun Binatang Surabaya. Puti menurut saja toh ia hanya penumpang. Suasana kebun binatang walau weekday masih lumayan ramai. Mereka berjalan sesekali berhenti untuk mengamati lebih lama. Puti gemas sekali dengan harimau putih. Ia melihatnya lama. Dirinya menggunakan ponsel untuk mengambil gambar harimau putih itu. Rasanya ia ingin mengelus bulunya yang terlihat lembut.

" Suka harimau? " Puti tersenyum melihat anak harimau bermanja dengan induknya.

" Iya mereka menggemaskan sekali, pa, " Papa tertawa.

" Kamu tidak takut? "

" Kan ada ini pa, " Puti menunjuk kaca yang menjadi penghalang pengunjung agar tidak menjadi sasaran binatang buas. Puas mengelilingi kebun binatang mereka menuju pintu keluar. Sepanjang jalan banyak pedagang menjajakan dagangan. Puti tidak tertarik untuk membeli namun papa memaksanya agar menerima yang papanya belikan. Mereka mampir untuk membeli jajanan sebelum pulang. Puti akan makan siang di rumah saja.

*

" Mama punya mesin jahit juga, " Puti mengelus mesin jahit yang terlihat terawat. Ia jadi ingin membuat sesuatu dengan menjahit. Sudah lama ia tidak menjalankan mesin jahit. Ibu di rumah juga memiliki mesin jahit namun manual. Mesin jahit mamanya lebih modern karena menggunakan listrik. Mama membentangkan baju berukuran kecil ke hadapan Puti. Wanita mengernyit apakah mamanya membuka jasa jahit baju kecil seperti itu.

" Ini buat calon cucu mama, " Puti mengerjapkan matanya. Apa ia tidak salah dengar tadi. Mama menuju ke almari di dekat mesin jahit. Ia menunjukkan beberapa baju yang sudah selesai dibuat.

" Mama sudah buat beberapa. Kalau kamu pulang bisalah dibawa, " Puti melihat tumpukan rapi berwarna-warni. Ia mengeluarkan salah satunya. Lucu sekali bentuknya imut-imut. Hanya baju saja membuatnya gemas.

" Lucu banget ma bajunya, " Mereka duduk di kursi dengan jendela terbuka lebar. Wangi dari baju menguar hingga ke penciuman Puti. Mama pasti sudah mencucinya.

" Iyalah khususon buat cucu mama. Mama juga buat yang bisa untuk anak cewek atau cowok jadi ya netral. Tapi modelnya memang lucu mama saja gemas sendiri saat lihat hasilnya, " Puti membantu menggunting pola. Mama melanjutkan untuk menjahit. Saat sibuk menggunting ponsel Puti bergetar. Panggilan video dari Wisnu.

" Assalamualaikum, mas, " Puti meletakkan ponsel ke kursi sedangkan ia duduk lesehan di bawah masih memotong pola.

" Wa'alaikumussalam, kamu lagi apa sih? " Wisnu penasaran karena tidak biasanya Puti mengabaikannya.

" Lagi motong pola baju, " Puti menunjukkan pola yang sedang dipotong beserta guntingnya. Ia juga menunjukkan baju berwarna biru agar Wisnu melihatnya.

" Mama yang buat yah? Kamu lagi sama mama? " Puti mengangguk ia mengarahlan layar ponsel ke mama yang sedang menjahit.

" Mama, ini Mas Wisnu, " Mama menghentikan kegiatan menjahitnya. Puti membiarkan sang suami dan mama mertuanya berbicara melalui ponsel. Pola baju telah selesai ia potong. Saat melihat kain perca ia ingin menyatukan dengan jahitan tangan. Ia mencari benang dan jarum jahit tangan. Bordir tarik kunci yang selalu ia gunakan dulu untuk membuat hurufpada sapu tangan.

*

Ibu suci satria pendekar bangsa

Berani teguh harapan Indonesia

Bahagialah cinta mulia abadai

Hidup setia juga rukun dan damai

Jalasenastri ibu yang berbakti

Ibu Indonesia sejati

Jalasenastri

Seragam biru tua melekat pas di tubuh Puti. Ia baru saja selesai menjadi dirigen Hymne Jalasenastri. Pertama kali ia mendapatkan tugas ini. Rasanya lebih mendebarkan daripada menjadi dirigen saat sekolah atau kuliah. Namun, senyum puas terukir di bibirnya ketika tugas berhasil ia tunaikan. 

Selaras Gaung Seiring Jalan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang