Puti sudah bersama mas-mas yang membantunya menata barang-barang. Ada empat orang, Puti hanya tinggal tunjuk saja di mana mereka harus menempatkan barang. Akhirnya selesai pukul 11 siang. Ia tadi belum memasak sarapan karena ikut CFD. Puti memesan makanan dengan aplikasi online. Hari ini Wisnu tidak bisa diganggu tadi subuh lelaki itu sudah mengirim pesan karena kegiatan hari ini padat. Dirinya sedang ingin meminum segelas kopi. Entah ada angin dari mana. Ia bukanlah pecinta kopi. Kopi hitam dengan campuran susu kental. Puti mencicipinya masih pahit, ia menambahkan lebih banyak susu kental. Belum sampai ia meminum habis kepalanya sudah pusing. Gelas yang ia letakkan di ujung meja tumpah. Kopi membasahi meja dan lantai.
" Aih menyebalkan, " Puti mengambil dan kain pel. Gelasnya tidak jatuh ke lantai jadi tidak pecah. Sekalian saja ia mengepel seluruh ruangan. Rasanya sangat melelahkan. Keringat membuat kaos panjang yang dikenakannya terasa basah. Begitu pula rambut yang ia ikat asal sudah lepek. Membuat jus pasti segar. Namun itu bisa dilakukan nanti sekarang ia ingin membersihkan badannya yang lengket.
*
Puti berjalan keluar dari halaman rumah. Sore ini ia akan berjalan-jalan di sekitar kompleks perumahannya. Ia baru tahu ada sebuah taman di ujung kompleks. Taman ini sudah ramai oleh pengunjung. Ada yang bermain sepakbola juga anak-anak latihan teknik sepakbola atau keluarga yang berfoto dengan patung-patung hewan. Tidak ada yang sendiri kecuali dirinya. I duduk di kursi tribun melihat pertandingan sepakbola. Matahari yang belum tenggelam membuat udara masih panas tetapi Puti menikmati. Ia tidak membawa ponsel jadi tidak bisa mengabadikan momen lucu saat melihat mereka bermain bola.
" Hai mba? " Ada seorang lelaki yang duduk di sebelahnya. Puti hanya menoleh sekilas.
" Aku Mero, " Lelaki mengulurkan tangan.
" Puti, " Puti tak berniat membalas uluran tangannya.
" Judes banget mba, " Puti menghela napas jengah. Lebih baik ia sendiri dan tidak ada yang mengenalnya. Masa tenangnya terganggu karena Mero.
" Tolong ya, aku mau lihat mereka main aja. Jangan ganggu bisa? " Mero diam tetapi masih duduk di sampingnya. Jam tangan Puti menunjukkan waktu hampir maghrib. Ia akan pulang sekarang sebelum gelap. Tak disangka Mero mengikutinya. Entah arah rumahnya sama atau ada hal lain.
" Rumahmu ke sini juga? " Mero yang tadi jalan menunduk kini menatap Puti. Lelaki itu menggeleng.
" Mau ngapain jalan ke arah sini? "
" Nganterin kamu, " Puti berkacak pinggang. Adzan maghrib sudah terdengar. Ia terlambat pulang karena diuntit Mero.
" Aku gak butuh diantar, Mero. Kamu mau apa sih sebenarnya? "
" Aku pingin tahu rumahmu, biar bisa kenal dekat. "
" Buat apa kamu deketin aku? "
" Because love at the first sight. "
" Aku gak mau dekat kamu. Kalau mau temenan oke. Tapi lebih dari itu aku sudah nikah jadi jauh-jauh dariku, " Puti berlari sekuat tenaga. Ia tidak mau Mero menguntit sampai ke rumahnya. Napasnya ngos-ngosan saat menutup pintu rumah. Ia menuju dapur dan meneguk air mineral. Rasanya sangat segar dan melegakan. Semoga Mero tidak mengikutinya sampai rumah.
*
Senin pagi Mero sudah ada di depan rumahnya. Puti baru saja ingin mengeluarkan motor dari garasi. Wanita agak terkejut tetapi saat itu Mero berdiri membelakangi pagar. Lelaki itu baru berbalik saat mendengar suara motor Puti.
" Mba, selamat pagi, " Mero memakai setelan kemeja dan celana bahan. Rambutnya rapi model cepak. Posturnya juga seperti TNI. Atau memang TNI Puti tidak tahu.
" Pagi, " Mero tersenyum lembut.
" Mba Puti jadi temanku ya. Oh ya suami mba mana, aku mau kenalan, " Puti menutup pagar rumahnya.
" Suamiku dinas di Bali. Duluan ya Mero mau ngantor, " Puti menjalankan motornya menuju kantor Pelindo III.
*
Resmi sudah Puti resign dari kantor. Sudah dua hari ia menempati rumah dinas bersama Wisnu. Ia jadi bisa mengikuti kegiatan jalasenasti. Biasanya saat ada acara ia hanya pernah satu kali ikut. Setelah itu waktunya pasti bertabrakan dengan jadwal kerja sehingga ia tidak ikut kegiatan. Puti tidak banyak memiliki kegiatan. Ia hanya membantu usaha barber shop Wisnu dari jauh. Dirinya tidak bisa hanya berdiam diri di rumah.
" Anzilfaku, sayangku jangan capai capailah kamu kerja gitu, " Puti segera mematikan laptopnya. Malam ini mereka akan jalan-jalan. Wisnu sudah rapi memakai baju kasual. Puti yang belum berganti pakaian. Ia masih memakai pakaian rumahan. Puti segera bersiap secepat kilat ia masuk ke kamar dan berganti pakaian. Mereka menuju ke pantai. Puti ingin memakan hidangan seafood di tepi pantai. Puti memang sangat anti mengolah seafood. Enggan mengolah dengan cara menggoreng. Minyaknya dapat meledak ke mana-mana. Wisnu juga lebih sering memintanya untuk memasak sayuran. Kalau sedang ingin makan daging mereka baru makan di luar.
Gazebo dekat pantai menjadi pilihan. Langit gelap dengan banyak bintang. Puti tersenyum melihatnya. Mereka menikmati makanan dengan nyaman. Wisnu kerap kali menyuapkan ke mulut Puti. Ia menerima dengan senang hati. Wajah Puti sudah berubah merah karena hidangan pedas. Gelas minum Puti yang pertama sudah tandas. Tadi ia memesan tiga gelas minum. Puas makan dan menikmati pemandangan pantai saat malam mereka mencari bioskop. Sudah lama sekali Puti tidak nonton film di bioskop.
Malam ini antrian di depan loket penjualan tiket cukup panjang. Puti memilih film aksi, sedangkan Wisnu membeli minuman. Tak menunggu lama setelah mendapat tiket dan minum mereka masuk ke bioskop. Lampu bioskop masih terang. Mereka menuju ke tempat duduk sesuai yang tertera pada tiket.
" Itu ada film yang jodoh kan yah? " Wisnu mengamati spoiler film yang ditayangkan pada layar bioskop. Puti juga sedang melihatnya.
" Iya. Kamu pingin nonton itu? " Puti meminum milo coklatnya. Layar yang terlihat di depan terhalang karena ada pengunjung yang lewat di depan mereka dan jatuh tapi tidak menimpa Puti. Hanya tutup minuman pengunjung itu lepas serta minumannya tumpah ke jaket Puti. Puti cepat melepas jaketnya. Ia masih mengenakan kaos panjang.
" Maaf maaf maaf. "
" Iya gak papa, " puti mengelap jaket dengan tisu agar tidak membasahi yang lain. Wisnu mengambil alih untuk membersihkan jaket Puti dan melipatnya. Lampu bioskop mati berganti dengan tayangan film. Mereka pulang hampir pukul 11 malam.
*
Suasana dapur riuh. Wisnu diberi ikan segar oleh Alfara. Ikan itu sudah bersih karena Wisnu membersihkan isi perutnya tadi. Puti menyiapkan bumbu untuk menggoreng ikan. Rencananya mereka akan membuat balado ikan. Cekatan Wisnu memasukkan ikan ke dalam minyak panas. Puti berlindung di balik kusen pintu. Ia takut minyaknya meledak ke mana-mana. Wisnu sudah mengatasi dengan melumuri ikan menggunakan perasan lemon.
" Ini gak meledak, Zi, " Tidak meledak katanya. Tapi ada suara pletak pletuk. Minyaknya tidak menyipat karena Wisnu menutupnya dengan tutup panci.
" Gak mau dekat-dekat itu bumbunya juga udah jadi ko, " Puti masih saja tidak mau mendekat. Ia menunjuk bumbu halus yang tadi sudah diuleg menggunakan cobek. Wisnu membalik ikan dengan hati-hati. Dirinya memang lebih suka hidangan ikan yang digoreng terlebih dahulu. Saat gorengan ikan terakhir sudah diangkat barulah Puti keluar dari persembunyian. Ia bernapas lega. Wisnu akan mengacak rambut Puti, tetapi wanita itu segera menghindar karena tahu tangan Wisnu masih amis bau ikan.
" Wo kalem, masih bau itu tangan jangan pegang baru keramas ini, " Rambut Puti memang masih basah membuat baju di sekitar lehernya agak basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaras Gaung Seiring Jalan (Tamat)
Romance" Nanti pukul 13.00 meeting. Datanya jadi ya Pu? " Arupadatu memandang layar laptop Puti yang membuka halaman excel produktivitas Rubber Tyred Gantry. " Ko mendadak? " Puti menyelesaikan kegiatan mengunduh data. Saat ini Rubber Tyred Gantry yang dig...