02

23 3 0
                                    

XII MIPA 1

Kringgg...

"Oke anak-anak kita akhiri pembelajaran fisika hari ini, jangan lupa kerjakan tugas nya. Minggu depan kita ada ulangan harian, permisi" Ujar Bu Dekka.

Amora menghela nafas pasrah, sudah di pastikan ulang fisika minggu depan akan sangat membosankan. Jika kalian berfikir Amora adalah gadis dengan kecerdasan di atas rata-rata kalian salah besar. Bahkan sekarang ia sedang berfikir bagaimana cara nya mencari bocoran soal dari kelas lain.

"Lo tanya anak MIPA 4 deh Mor siapa tau mereka udah ulangan duluan" Ujar Fanya.

"Lo juga tanya anak MIPA 5 gih sana," Ucap Meysha pada Fanya.

"Bel," Panggil Shena.

"Apa? Lo semua minta gue tanya Justin kan? Ogah!" Ketus Abela.

"Marahan lo sama dia?" Tanya Amora.

Abela memutar bola mata malas, iya enggan menjawab.

Amora terkekeh. Jika sudah seperti ini berarti memang benar Kedua remaja bucin ini memang sedang tidak baik-baik saja.

"Yaudah biar gue aja yang tanya. Tapi lo hati-hati aja siapa tau si Justin naksir gue nanti nya" Ujar Amora sembari tersenyum puas.

"Temen kalian tuh!" Cibir Abela sembari pergi meninggalkan keempat teman menyebalkan nya.

Amora, Fanya, Shena, dan Meysha tertawa melihat Abela yang ngambek. Lalu mereka segera menyusul si gadis setengah tomboy itu.

***

"Sorry, kak Amora bisa ngomong bentar?" Ujar adik tingkat nya.

Amora kenal betul siapa adik tingkat nya ini. Dia Dinta, teman lama nya sekaligus sepupu dari- ah sudah lah.

Amora mengangguk lalu meminta izin kepada teman-teman nya untuk pergi sebentar.

"Kenapa Din? Tumben lo nyamperin gue," Ujar Amora.

"Gini kak, gue cuma mau sampein salam dari dia. Kemaren dia baru pulang dari Mesir dan nanya-nanya banyak tentang lo" Jawab Dinta.

Amora terdiam, ia cukup terkejut mendengar fakta ini. Sudah lama sekali Amora tidak mendengar kabar lelaki itu. Bukan hanya soal kepulangan nya saja, tapi soal dia yang masih mempertanyakan kabar Amora.

"Lo pasti kaget, gue tau banget kalian gimana. Gue harap kalian bisa beresin masalah itu baik-baik ya." Ujar Dinta sembari tersenyum manis.

"Thank's ya, kalo gitu gue pergi dulu kasian temen-temen takutnya nunggu kelamaan" Pamit Amora.

"Sebentar kak,"

Dinta mengeluarkan secarik kertas berwarna biru, lalu memberikan nya kepada Amora.

"Itu nomor baru dia, lo boleh hubungin dia kapan pun lo siap." Sambung Dinta.

Amora mengambil kertas itu lalu tersenyum manis. Ia pun segera bangkit dari tempat nya.

"Thank's sekali lagi, gue pergi" Pamit Amora.

Dinta menggelengkan kepala nya, ia sudah bingung dengan kisah antara gadis SMA dengan santri Mesir itu.

***

Selama jam pelajaran terakhir Amora benar-benar tidak bisa konsentrasi padahal pelajaran kali ini adalah mata pelajaran favorit nya, Sejarah. Aneh kan? Memang begitu. Siswi jurusan MIPA tapi senang pembelajaran Sejarah.

"Mora," Bisik Fanya.

Amora menoleh lalu mengangkat sebelah alis nya.

"Lo kenapa? Tumben banget gak semangat di jam sejarah." Ujar Fanya.

Amora hanya menggelengkan kepala nya, ia sedang malas berbicara.

Fanya mendengus pasrah, sudah ia pastikan mood gadis menyebalkan itu pasti sedang tidak baik-baik saja.

Abela dan Shena yang duduk tepat di depan mereka pun cukup paham dengan keadaan Amora sekarang, jika gadis itu sudah diam artinya dia sedang ada masalah.

***

"Lo mau langsung balik kan hari ini Mor?" Tanya Meysha.

"Iya."

"Lo kenapa si? Abis ngobrol sama Dinta tiba-tiba jadi gini" Ujar Abela.

Amora terdiam, sebenarnya ia belum ingin menceritakan apapun kepada teman-teman nya ini.

"Lo bisa cerita apapun sama kita Mor" Ujar Fanya

"Gue bakal cerita tapi gak sekarang. Lo semua tau gue kan? Gue balik ya" Ujar Amora lalu pergi meninggalkan keempat teman nya.

Abela, Fanya, Meysha, dan Shena, mereka menatap Amora lekat. Sahabat nya itu memang susah di tebak. Ia jarang sekali bercerita tentang masalah nya.

"Kita harus temuin Dinta sore ini juga," Ujar Abela.

Ketiga nya mengangguk setuju lalu pergi menuju parkiran.

***

"Dinta!"

Gadis berparas cantik itu menghela nafas, ia sudah tau apa maksud dari si pemilik suara bariton itu memanggilnya.

"Lo udah kasih tau dia?"

"Udah. Lain kali lo gak usah nyuruh gue deh, serem gue harus ketemu temen-temen nya. Kalo lo mau semua balik kaya dulu lo bisa hubungin dia sendiri, biar gue kasih kontak nya." Papar Dinta.

Laki-laki bertubuh jangkung itu duduk di atas kap mobil Dinta lalu mengeluarkan ponsel nya.

"Lo tau sendiri kan Din, selemah apa gue kalo ketemu dia. Itu jadi alasan kenapa selama ini gue gak mau balik ke Indonesia bertahun-tahun. Gue gak yakin kalo dia masih kaya dulu. Cuma lo yang bisa bantu gue Din." Suara lelaki itu melemah, ia benar-benar tidak tau apa yang akan ia lakukan jika tidak ada adik sepupu nya itu.

Dinta memijat kening nya, pusing sekali ternyata menjadi penengah antara kedua remaja ini.

"Kalo lo gak mau berjuang sendiri lo harus siap kehilangan kak Amora lagi." Ujar Dinta.

"Oiya, kak Amora punya banyak sahabat cowok, lo tau sendiri sahabatan cowok cewek gak ada yang pure. Lo harus siap-siap kalo suatu saat harus bersaing sama salah satu sahabat nya." Sambung Dinta.

Usai mengatakan itu Dinta pergi meninggalkan sepupunya.

"Jadi saingan gue banyak?" Ujar Ravan pada dirinya sendiri.

***

Sorry lama banget update nya huhu. Aku sedikit kesusahan buat ngetik revisian nya, jadi maaf kalo cerita ini ga sesuai ekspetasi kalian.
See u!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang