[BUDAYAKAN VOTE DAN COMENT SEBELUM MEMBACA KARENA ITU SANGAT MENGHARGAI AUTHOR.
SELAMAT MEMBACA♥😘]***
"Woy,kusut banget tuh muka" komentar Cakra ketika melihat datanganya Elvano dari arah pintu kamarnya.Memang sudah biasa bagi mereka bertiga jika bertamu pasti main nyelonong saja tanpa mengetuk pintu.
"Lo kenapa El?Ada masalah sama Bianca atau sama bokap lo?" tanya Fathan ikut berkomentar.Kedua sahabatnya memang tau apa masalah Elvano.Jika tidak masalah percintaan ya masalah keluarga.Cakra dan Fathan selalu menjadi pendengar yang baik ketika Elvano bercerita.
Elvano bersyukur kepada tuhan karena ia dipertemukan oleh sahabat yang baik seperti mereka berdua."Gue udah putus"
"Hah?" Cakra dan Fathan membuka mulutnya lebar-lebar.Padahal selama ini yang ia tahu Elvano dan Bianca adalah couple goals yang selalu ceria dan tidak ada masalah apapun.
Yang satunya cantik yang satunya tampan."Kenapa El?udah lama putusnya?"
"Tadi sore" jawab Elvano datar sambil memakan kacang tanah yang dihidangkan Cakra.
"Kok bisa sih?Tadi pagi aja masih ketawa bareng"
"Udah jangan dibahas gue males bahas dia"
Cakra dan Fathan hanya mangut-mangut tanpa bertanya apapun lagi pada Elvano.Dari raut wajah Elvano mereka sudah tahu bahwa Elvano nampak sangat kesal ketika diintrogasi soal Bianca.
"Kuylah mabar ps" ajak Fathan dan langsung diangguki oleh Elvano.
Bagi laki-laki pengalih kesedihan dan kegalauan hanya bermain game.***
Kedua mata seorang gadis yang sedang terbaring lemah itu terbuka walaupun masih sayu.Padangan pertama yang ia lihat adalah kakak angkatnya.Bau obat-obatan menyeruak ke indera penciuman Nadine membuat gadis itu ingin muntah.
"Bang Arfa" rintih Nadine.
Arfa yang sedang bermain ponsel langsung menoleh ke arah Nadine.Ia langsung menghampiri adiknya dengan wajah yang sumringah.
"Udah sadar Nad?Gimana keadaan kamu? bang Arfa khawatir sama kamu" kata Arfa senang melihat Nadine sudah sadar.
"Bang Arfa,Nadine mau ketemu papah" rengek Nadine matanya mulai berkaca-kaca.
"Papah kamu bukannya lagi di singapura?"
Nadine langsung diam seketika.Ia lupa bahwa Dito—Papahnya sedang menjalankan tugas di singapura.
Ketika Dito sedang bertugas Nadine lebih sering bermain ke rumah Arfa.
Tapi Nadine tidak mau merepotkan Dito karena selama ini papahnya selalu baik pada Nadine dan melindungi Nadine."Ibu mana kak?" tanya Nadine kali ini bertanya tentang keberadaan Ibunya Arfa.
"Ibu lagi sakit Nad.Bang Arfa belum kabarin Ibu.Takutnya ibu kaget pas denger kamu dirawat.kamu tahu kan Ibu sayang banget sama kamu" ujar Arfa.
Nadine hanya mengangguk saja.Ia jadi merasa bersalah kepada Arfa karena selalu merepotkan keluarganya.
Fyi,Dulu waktu smp Nadine pernah menolong Rita—Ibunya Arfa ketika sedang kesusahan membawa barang belanjaan.Nadinepun menawarkan Rita bantuan dan langsung disambut baik oleh Rita.Semenjak saat itu hubungan Rita dan Nadine menjadi semakin dekat bak ibu dan anak.
Ketika Arfa selesai kuliah Ia diperkenalkan oleh Nadine.Ia menyayangi Nadine sebagai adiknya sendiri.Ia berterima kasih pada Nadine karena selalu menemani ibunya selama ia kuliah.
Namun tetap saja Nadine merasa bersalah karena selalu merepotkan keluarga Arfa.
Tiba-tiba pikiran Nadine mengarah ke kejadian tadi dimana Bianca membullynya."Bang Arfa hiks..hiks.."
"Nadine,kamu kenapa kok nangis?"
Nadine tidak bisa menyembunyikan tangisnya lagi.Ia menyembunyikan tubuhnya di dada bidang Arfa.
"Nadine gak mau sekolah" ucap Nadine di tengah segukan nya."Nadine.."
"Gak mau bang!!Nadine mau pindah gak mau sekolah"
"Tapi kan kamu udah kelas 12"
"Nadine gak mau ketemu bianca hiks..hiks.."
Arfa hanya diam sambil mengelus punggung Nadine.Yang terpenting ia harus membuat Nadine tenang terlebih dahulu.Nadine pasti sudah trauma dengan sikap Bianca yang sudah keterlaluan.Arfa harus memberikan pelajaran pada Bianca karena telah menyakiti adik kesayangannya.
"Bang Arfa"
"Hm"
"Tadi yang nolongin Nadine siapa?" tanya Nadine kini nafasnya mulai membaik.
"Dia—" Arfa tidak melanjutkan perkataannya karena ia lupa siapa nama lelaki tadi.
"Dia?" Nadine mengangkat satu alisnya.
"Nadine ingat gak siapa yang nolong kamu?Bang Arfa lupa hehe" ujar Arfa sambil cengegesan.
"Gak ingat bang.Tadi Nadine ngerasa dipeluk sama cowok sebelum Nadine pingsan.Rasanya nyaman banget" ujar Nadine sambil senyum-senyum sendiri.
"Tapi Nadine lupa dia siapa" tambahnya.
"Bang Arfa gak minta nomor hp nya yah?" Nadine mendongak menatap rahang Arfa dari bawah.
Arfa menepuk dahinya."Oh iya...Bang Arfa lupa tadi minta no hp nya"
"Ish..udah tua kok pikun.Makanya sampe sekarang gak punya pacar" cibir Nadine.
"Emang kamu punya?" tanya Arfa dengan nada mengejek.
"Punya lah sebentar lagi.Liat aja nanti"
"Terserah kamu deh" ujar Arfa sambil mencubit hidung adiknya gemas.
Nadine tersenyum ia memilih untuk meminta nomor ponsel seseorang yang barusan sudah menolongnya.Ia merasa tidak enak.Setelah mendapatkan nomor ponselnya Nadine tidak langsung menelepon.
karena sebentar lagi dokter yang akan memeriksanya hampir datang.***
"Anak Algero ngajak lo balapan motor El" ujar Cakra tiba-tiba.Elvano yang sedang bermain ps langsung menoleh ke arah Cakra.
"Gue males" kata Elvano singkat.
"kata anak Algero kalau lo gak dateng dia bakal nyakitin Bianca" sahut Cakra setengah teriak.
"Biarin.Bilang aja terserah lo" balas Elvano.Fathan dan Cakra yang mendengar balasan Elvano hanya tertawa.
"Jahat banget sih lo El.Gini-gini mantan lo juga pernah ngasih kebahagiaan buat lo" tambah Fathan.
"Bodoamat" desis Elvano.
Tapi memang benar sih kalau Elvano tidak terlalu peduli lagi dengan Bianca.Tapi beberapa menit yang lalu pikirannya tertuju pada Nadine.Apakah gadis itu sudah sadar atau belum?
Elvano menghela nafas berat.Lebih baik ia tidur sejenak di rumah Cakra atau mungkin ikut menginap supaya ia bisa begadang dengan para sohibnya.
***
Jangan lupa vote guys:)
Lanjut cerita Elvano terus yah😉
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvano
Teen FictionCinta memang tidak bisa dipandang dari luarnya saja.Elvano tidak mengira kalau kekasihnya adalah tukang bullying.Namun siapa sangka Elvano jatuh cinta pada korban bullying dari kekasihnya. Cinta memang tidak bisa memandang siapa orang itu. Cinta aka...