Jangan Lagi

5 0 0
                                    


Ruangan besar itu adalah sebuah kantin. Ramai. Sulit sekali mendapatkan kursi dan meja kosong meski jumlahnya banyak jika makan siang tiba. Itu sebabnya Miko, Yolie serta Lena selalu keluar lebih awal. Selain agar menghindari antrian di lift yang sangat ramai.

"Si ko Micha itu apa sih? Lama-lama nyebelin deh!" komen Yolie begitu tiba dimeja dengan nasi ayam campur Bali.

"Iya, sok-sok-an tahu enggak sih. Padahal cuma ditunjuk jadi kordinator. Itu juga cuma kordinator mobile. Bukan kordinator testingan kita lagi," komen Miko sambil mengunyah oseng bunga pepaya dari warung Manado.

"Mungkin latihan buat jadi lead kita berikutnya," kata Lena enteng sambil menikmati nasi, sayur dan lauk yang dibekali ibunya.

"WHAT?!" Miko dan Yolie kaget.

"Denger-denger sih gitu ya. Bener atau enggak, kurang tahu. Itu alasannya dia dipindah dari bussines di depan terus di tempati di IT yang sementara ini jadi kordinator mobile. Apalagi bu Mimi sebentar lagi akan resign."

Miko seketika meletakan sendoknya dipiring, "Aku keluar kerja dari kantor lama biar dapat boss yang enak. Kenapa bakal dapat yang enggak enak lagi sih?!"

"Sama, aku juga dulu begitu," sahut Yolie, "Alamat siap-siap cari kerjaan baru lagi kalau begini."

"Kalian enak bisa cari kerjaan baru, aku gimana? Cicilan mobilku masih lama," sahut Lena.

"Ya, sabarlah. Itung-itung bertahan buat dapetin bonusnya yang gede. Kita kan outsource, beda sama situ yang pegawai asli. Bonus enggak ada. Gaji juga seadaanya. Kerjaan aja yang sama. Kalau dapat boss enggak enak. Buat kita enggak ada alasan apapun buat bertahan," jawab Miko.

Miko, Yolie dan Lena pun jadi berhenti menyantap makan siang mereka. Saling pandang tanpa ada selera lagi.

"Hai-hai, kok ngelamun sih?" Mia datang tiba-tiba dengan keceriaan yang dipaksakan. "Udah, jangan pada sedih gitu. Be happy dong. Gue aja yang tiap minggu dipanggil gara-gara bikin ancur production masih bisa seneng-seneng. Apalagi tadi baru aja ditelpon kantor outsource ku, kayanya bakal di cut dari sini," kata Mia lirih.

"Hah, maksudnya?" Miko kaget.

"Iya, di cut." Mia menarik kursi kusung dan duduk menopang dagu. "Gara-gara selalu bikin ancur production, aku enggak akan kerja lagi disini. Tinggal nunggu tanggal resmi. Terus cari kerja lagi deh. Ya, nasib outsource. Begitu client, cut ya cut juga nasib kita," suara Mia mulai basah.

"Sabar ya Mia," Yolie mengusap-usap bahu Mia lembut.

"It's ok, I'm fine kok...but not Ok!" Mia mulai terisak.

Sedih. Miko memandangi Mia. Hal sama bisa saja terjadi dengan dirinya karena kontrak kerja dengan kantor outsourcing-nya sama dengan kantor outsourcing Mia. Jika client memutuskan kerja sama dikarenakan tidak menyukai pekerjaannya maka akan dihentikan kontrak dengan kantor penyedia outsourcing. Itu artinya siap menjadi pengangguran. Tanpa pesangon apapun. Harus mencari kerja lagi.

Semoga tidak terjadi hal yang sama.

Pliss, God! Jangan!

Getaran pun kembali muncul, perut Miko seketika bergejolak menimbulkan bunyi-bunyian yang bergemuruh. Perlahan-lahan makanan yang sudah meluncur dilambung kembali naik, terus naik hingga ke saluran dikrongkongan. "Aku ke toilet dulu!" kata Miko tidak jelas sambil menutupi mulutnya, berlari menuju pintu keluar dimana toilet berada cukup jauh dari kantin itu.

JOBSEEKERWhere stories live. Discover now