𝐃 𝐄 𝐀 𝐋 ©𝓐𝓽𝓱𝓮𝓷𝓪𝓲𝓼𝓰𝓸𝓭 |2019
📌Jangan jadi pembaca gelap dan sempatkan baca author note.
Sepasang mata teduh layaknya hutan rindang yang baru saja diguyur hujan menatap bingung pada selembar kertas di atas meja. "Apa ini?"
Haruno Sakura menatap awas wanita yang memiliki ciri fisik hampir sama dengannya. Well, tidak terlalu sama karena rambut wanita itu lebih gelap dan mereka memiliki bola mata yang berbeda. Mereka hanya sama-sama cantik dan memiliki sesuatu yang akan membuat para pria di luar sana mengerang karena nikmat—kalian mengerti maksudnya, bukan?
Karin menghela nafasnya berkali-kali. Menatap kertas di atas meja dan mata Sakura secara bergantian. Keduanya tampak menyeramkan. "Maaf, sepertinya aku baru saja membuat kesalahan." Cicit Karin sangat pelan. Sakura nyaris berpikir ada masalah dengan pendengarannya karena tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang baru saja dikatakan wanita di hadapannya.
"Bicara yang jelas Karin. Apa maksud semua ini?!"
Surat pengunduran diri adalah hal pertama yang terlintas dibenak Karin setelah ini. Dia mengeluarkan sesuatu di dalam tas yang dipangkunya sejak awal. Mengeluarkan sebuah kontrak kerja yang belum pernah Sakura baca melihat dari warna sampul dan ketebalannya, benda itu terlihat asing. "Playboy ingin kau menjadi sampul untuk edisi musim panas." Lirih Karin meletakkan kontrak dipangkuannya di atas meja kaca di ruang tengah apartemen Sakura.
"Lalu apa masalahnya? Aku mau-mau saja." Sakura berbinar sekaligus heran. Tidak ada yang salah menurutnya, dia seorang model. Menghiasi sampul majalah bukan masalah besar, Sakura menyukainya, seperti hobi. Terlebih dirinya masih baru, Playboy akan menjadi batu loncatan besar untuk karirnya dimasa depan.
"Tapi, harus telanjang... tanpa sensor."
"WHAT?!"
"Ini kesalahanku. Aku tidak membaca kontraknya karena uang yang mereka tawarkan cukup besar. Kau tau itu akan sangat menguntungkan kita. Tapi ya, aku sudah membatalkannya. Dan itu," Karin menunjuk selembar kertas di hadapan Sakura setelah menjelaskan seluruh kesalahannya dalam satu tarikan nafas. Dia bebicara lebih cepat dari Nicki Minaj saat bernyanyi. Mungkin setelah ini Karin bisa mengikuti audisi penyanyi rap, tentu saja jika Sakura ingin mencari manajer baru.
"Karin aku tiba-tiba menjadi buta huruf. Mungkin kau bisa membaca kertas ini untukku." Sakura menggeser kertas itu dan mengubah posisinya agar Karin bisa dengan mudah membacanya. Jangan lupakan ekspresi ingin membunuhnya. Dia membuat Karin menelan air ludah berkali-kali karena tenggorokannya menjadi sangat kering.
"Pihak yang melanggar kontrak wajib membayar denda sebesar... aku tidak bisa berhitung Sakura." Karin menjatuhkan tubuhnya di atas lantai berlapis karpet tebal berbulu cokelat dengan sangat cepat. Menempelkan kedua telapak tangannya dan menunduk seperti sedang menyembah patung dewa.
"Aku mohon maafkan aku, Sakura."
***
Suara hiruk pikuk bar yang remang-remang itu semakin memekakkan telinga ketika waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam, Sakura mencoba mempertahankan kesadarannya setelah meneguk bersloki-sloki vodka.
Jumlah uang yang harus dikeluarkannya untuk membayar ganti rugi sangat besar. Dia tidak punya uang sebanyak itu. Mereka bisa membayar setengahnya karena Karin belum menggunakan sepersen pun setelah menyetujui kontrak tanpa sepengetahuan Sakura dan agensi. Mereka bersahabat, Sakura tidak ingin menyalahkan Karin, walau sepenuhnya memang kesalahan Karin.
Entah apa yang sedang dilakukan Karin malam ini karena tidak mengangkat satupun panggilan Sakura. Wanita itu mungkin saja menangis di pojok kamar karena perasaan bersalah, meski Sakura tidak terlalu mempersalahkannya. Tetapi agensi pasti akan menegur Karin karena kelalaiannya. Semua sudah terjadi, penyesalan itu memang selalu datang kemudian.
"Bank mana yang akan memberi pinjaman tanpa sebuah jaminan?! Aku tidak mungkin menjual apartemen dan berakhir menjadi gelandangan!" Sakura berteriak. Yakin tidak ada yang akan mempedulikan keberadaannya. Mereka semua yang berakhir di tempat ini pasti memiliki banyak masalah, jadi tidak ada waktu memikirkan masalah orang lain.
Tetapi pria asing di samping Sakura terus menatapnya. Mereka hanya berjarak tigapuluh senti, terpisah oleh satu kursi. Dan teriakan Sakura sebentar ini berhasil membuatnya tertawa geli. Cute.
"Kau dari tadi memperhatikannya tuan," bartender itu menyeringai sambil mengeringkan gelas-gelas di tangannya. Hal yang biasa dilakukannya setelah membuat pesanan pengunjung.
Pria tampan itu mengangguk setuju. Dia tidak ingin menyangkal bahwa sejak awal dirinya memang memperhatikan si wanita dengan rambut mencolok, merah muda. Wanita itu bersinar dengan pakaian sederhananya. Celana jeans ketat dan crop top bewarna hitam, kontras dengan kulit putih berserinya.
"Namanya Haruno Sakura. Model dari agensi kecil. Tidak terkenal tapi punya aura yang memikat." Pria itu menolah jengkel pada si bartender dengan sebelah alis terangkat. Mulut besarnya sangat berisik.
"Aku tidak bermaksud apapun tuan, aku hanya ingin memberitahumu." Bartender itu berujar takut. Aura pria di depannya sangat mengerikan. Dia tidak ingin mencari masalah dengan orang-orang sepertinya lalu kehilangan pekerjaan.
"Hoy, mate." Seseorang menepuk pundaknya. Pria itu menolah dan menemukan Naruto, sahabatnya yang juga memiliki warna rambut mencolok, kuning.
"Siapa yang kau perhatikan sejak tadi, Teme?" Naruto ikut menoleh pada wanita merah muda yang sudah membenamkan wajahnya di atas meja. Tubuhnya meringkuk seperti janin dalam kandungan.
Pria yang dipanggil Teme itu menyeringai. "Haruno Sakura."
***
to be continued
A/n; salam kenal semuanya!!! Saya penulis baru yang hobi baca, terutama cerita Sasusaku (saya ini Sasuke x Sakura garis keras) hehe
Jangan lupa pencet tombol bintang dan tinggalkan komentarnya. Kritik dan saran akan sangat berguna bagi penulis :)
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | sasusaku
Romance[mature] Kau tidak seharusnya marah Sakura. Sejak awal pernikahan kalian karena sebuah kesepakatan. Jika pada akhirnya Sasuke menemukan wanita yang dia cintai. Itu bukan kesalahannya, tapi kesalahanmu karena mencintainya.