Ia menghampiriku dengan wajah yang sendu dan tatapan yang gundah. Aku turun dari mobil dan menghampirinya.
"Ada apa?"
"Gue mau ngomong sesuatu."
"Yaudah ngomong aja." Ucapku dengan malas, pasti sesuatu yang tidak penting.
Ia menatap mataku dalam dalam, seperti menerawang bagaimana nantinya reaksiku jika mendengar perkataanya nanti.
"Udah ngomong aja, gue buru buru nih, ada kerjaan." Aku menengok arloji di tangan kanan.
Ia nampak kikuk, takut dan khawatir disaat yang bersamaan, aku semakin bingung ada apa sebenarnya. Tatapannya terlihat was was, ia menggigit bibirnya sendiri.
"Heh, kalo lu diem aja, gue tinggal ya, gue sibuk."
"Sini...."
Ia menarik bahuku, seraya memintaku untuk menunduk agar ia dapat berbisik langsung ke telingaku. Aku pun melakukan yang ia mau. Ia berjinjit dan ia mulai membisikkan kata kata di telingaku.
Deggg
Aku terkejut bukan kepalang mendengar kata kata yang ia bisikkan itu. Jiwaku tersentak, mataku melotot, dan bibirku menganga.
"Eh seriusan? Jangan becanda gitu dong, ngga lucu tau." Aku menampik ucapannya.
Ia pun menangis lirih, air matanya mulai merembes dan membasahi pipinya, aku reflek memegang bahu nya.
"Eh kok malah nangis sih. Jangan becanda gini dong, gue takut beneran loh." Aku mulai panik.
Ia pun menangis semakin keras, air matanya deras, nafasnya sesenggukan. Kemudian ia memberikan sebuah benda kecil kepadaku, setelah itu ia langsung berlari begitu saja meninggalkanku sendiri dengan kepanikan ini. Aku melihat benda yang ada di genggamanku, dan ternyata benda itu adalah...
Testpack...
Dan hasilnya...
Positif...