Januari, 2018
.
"Emhhh... ehmmm.... mmhhhh...."
Aku mencium bibirnya sambil menutup pintu toilet. Kami masuk ke bilik toilet dengan tergesa gesa, sampai punggungnya membentur dinding bilik toilet.
"Ehmmm.... hhmmm.... Rio... hmmm..." Viny menghindari ciumanku.
"Rio.... emmhhh.... kelasku bentar lagi mulai... ehmmmm..."
Aku terus menyerang bibirnya tanpa ampun, sementara tangannya mencengkram bahuku mencoba mendorongku menjauh darinya. Viny memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri berusaha menghindari ciumanku.
"....Rio.... kamu udah gila ya.... emmmhhhh!"
Viny kewalahan, kemanapun ia menghindar, aku selalu berhasil mencium bibirnya. Tubuhnya terpojok dan tak bisa kemana mana.
"Viny... Viny.... hei dengerin aku.... sebentar aja oke..." Aku menatap matanya. "....Aku tau kamu juga pasti lagi horny kan.... ehhmmm...." Aku menciumnya lagi.
"Kamu.... ngga kapok apa.... di gerebek orang... emmhhhh....."
Aku terus saja menyosor bibirnya dengan ganas sampai beberapa kali hidung kami berbenturan. Aku memaksanya untuk diam, birahiku sudah diujung, aku tak tahan lagi. Aku tahu Viny juga sedang horny, ia hanya malu malu melakukannya di tempat umum.
Telapak tanganku mulai menyelinap ke dalam kaosnya dan meremas nenen mungilnya, masih sambil mencium bibirnya. Aku mengangkat kaosnya lebih ke atas agar aku bisa menarik behanya turun. Akhirnya payudaranya terbuka juga.
"Ehmmmm...."
Tanpa basa basi aku langsung mengenyot putingnya. Lidahku menari nari mempermainkan puting merah mudanya dengan lihai. Semakin mengeras dan mengeras, sama halnya dengan putingnya yang sebelah kanan. Aku menyusunya secara bergantian sampai kedua putingnya benar benar basah. Viny menggigit bibirnya sendiri menahan rangsangan yang kuberikan. Pada akhirnya ia hanya pasrah dan membiarkanku melakukan apapun yang aku mau.
"Nah gitu dong sayang..."
"Emmhhh.... pintunya kebuka..." Kata Viny lirih.
Tangan kiri Viny bergerak untuk merapatkan pintu toilet yang ternyata terbuka sedikit lantaran aku lupa untuk menguncinya. Ia menepuk bahuku berkali kali mengingatkanku.
"Kunci dulu ih pintunya." Kata Viny masih menepuk bahuku.
Aku pun mengunci pintu bilik toilet tersebut dan buru buru menyosor bibir manisnya lagi, lidahku melilit lidahnya di dalam mulutnya, kepalanya terdesak ke dinding bilik toilet. Ia tak berdaya. Suasana semakin panas, birahi kami semakin memuncak, aku sudah tak sabar. Masih sambil menciuminya, aku menyibak rok panjangnya ke atas perut.
"Ehmmmm.... kamu yakin aman?" Tanya Viny dengan khawatir.
"Hmmm? Nggatau, kan ini kampus kamu..."
"Ya aku juga nggatau, kan aku masih baru disini..."
Viny pagi ini cukup cerewet. Lagi lagi aku membungkam mulutnya dengan ciuman. Aku menarik tas dari bahunya lalu menaruhnya di atas kakus. Celana dalam hitamnya pun kutarik turun ke lutut, membuatnya reflek merapatkan selangkangannya dan menutupi kemaluannya menggunakan tangan.
"Ayolah Viny, jangan malu malu gitu, kenapa sih hari ini kok tegang banget..."
Aku menyingkirkan telapak tangannya, nampaklah vagina yang bentuknya sangat menggemaskan, bibir vagina yang masih berwarna merah muda dengan jembut tipis yang menghiasinya. Hmmmm benar benar menggiurkan. Tanganku mulai menjamah liang vaginanya dengan sembarang membuatnya sedikit tertegun, aku mengusap klitorisnya dengan lembut. Naik turun, kanan kiri, memutar, secara berulang ulang dan random.