Hari minggu adalah hari yang menyenangkan bagi sebagian orang. Termasuk Key, tapi bukan berarti Key pemalas dan masih rebahan. Pagi ini Key sudah selesai melakukan salah satu rutinitasnya setiap minggu, jogging. Key berhenti dipinggir jalan, menatap sang mentari pagi lalu menghela nafasnya. Ingatannya kembali ke Bulan, apa benar dia harus melakukannya?
Bahkan sebelum jogging, Bulan sudah mengingatkannya untuk jangan telat menemui Bintang. Terlalu sibuk memikirkannya hingga Key tersadar sudah berada didepan gerbang rumahnya.
"Key, ayo buruan! Jam 10 harus udah disana loh." Bulan teriak dari jendela kamarnya, dasar tidak tahu malu, teriak seenaknya, rutuk Key sambil memutarkan bola matanya.
Tak berapa lama,Key sudah siap dengan kaos putih pendek, rok floral bunga diatas lutut dan jaket denim. Dia tersenyum dan memuji dirinya sendiri dalam hati.
Drrt... Drrt...
Soni
Kak, bisa dateng ngga? Papa sakit
Key yang sedang memoles bibirnya dengan liptint pun terkejut dan segera keluar kamarnya.
"Lan! Ayah sakit, gue ga bisa ketemu Bintang. Ok?" Ujar Key sambil memakai sepatunya.
"Tapi udah janji sama Bintang, Key."
"Lo aja ketemu sama dia, ya! Gue duluan." Key beranjak dan pergi menuju rumahnya yang berada di Bekasi.
***
Key memandang pria paruh baya dengan wajah pucat yang sedang tertidur diranjang, Ayahnya terlihat begitu lelah. Ya, Key baru saja menyuruh Ayahnya istirahat setelah makan dan minum obat. Key mengambil sling bag miliknya dan keluar kamar dari kamar Ayahnya.
"Makasih ya kak, untung ada kakak. Soni bingung tadi harus gimana." Ucap Soni yang sedari tadi berdiri didepan pintu kamar.
Key hanya diam, memandang Soni.
"Mama tadi pergi keluar, kak. Katanya biarin Ayah istirahat aja, nanti juga sembuh."Sambung Soni seolah paham maksud dari tatapan Key.
"Gue balik, kalo ada apa apa sama Ayah, kabarin gue. Oh ya, jangan lupa buburnya diangetin lagi." Ucap Key kemudian pergi menuruni tangga, namun langkahnya terhenti melihat seorang wanita dengan teman-temannya baru saja tiba dan tertawa.
"Itu anak tiri kamu ya San?" Tanya wanita berambut pendek dengan bibir merah merekah.
"Hm, ya. Mungkin jenguk Papa nya."
Key hanya menatap datar dan pergi ke dapur. Jujur, dia sudah muak dengan kelakuan Ibu tirinya itu.
"Kamu kesini ngapain? Mau minta uang? Ck. Buatkan teman-teman saya minuman ya." Kata Santi, Ibu tirinya.
Key membalikkan badannya, "Punya tangan kan? Bikin sendiri kan bisa, gue kesini ngurus Ayah gue yang sakit, bukan mau jadi babu wanita ga tau diri."
"Lancang ya kamu! Ini yang kamu dapetin setelah kuliah? Ga punya sopan santun." Jawab Santi.
"Haha, ngaca. Apa yang harus gue sopanin dari lo?" Key melangkah melewati Santi yang menahan amarahnya, "dan satu lagi, gue kasian sama Soni, ngurus bokapnya sendiri. Udah kayak ngga punya Ibu."
"Jaga ya omongan kamu, Key!"
"Ngapain gue harus jaga omongan sama orang yang udah bikin keluarga gue ancur? Hah?" Key berbalik, ikut menaikkan suaranya. Dia benar-benar sudah tidak peduli, "Kalo lo ada waktu, coba ngaca. Ngaca buat diri lo, ngaca buat tindakan lo. Dan satu lagi, ngaca buat hati lo. Kalo lo masih punya hati."
Key pergi dengan amarah yang tertahan, melajukan mobilnya dan berhenti dipinggir jalan. Dia menangis, mengeluarkan semua amarahnya, tangannya memukul-mukul stir. Ingatannya kembali pada 3 tahun lalu ketika wanita itu datang dengan senyum manisnya, mendekati Key sekeluarga hingga akhirnya mampu merebut hati Ayahnya.
***
Pukul 18.30
Key baru saja menginjakkan kakiknya dirumahnya, dia mencium bau masakandan dia bias menebaknya. Bulan sedang memasak Ayam rica-rica. Key melihat punggung Bulan dan berhambur memeluknya dari belakang, dia mengingat Ibunya dulu juga sering membuatkannya ayam rica-rica. Bulan berusaha melepas pelukan Key, dan Key malah terisak.
"Lo kenapa Key? Berantem lagi?" Tanya Bulan, Bulan paham betul bahwa Key akan selalu menangis jika pergi kerumah Ayahnya.
"Sini duduk, minum dulu." Bulan memberikan minum dan Key meneguknya sekali. "Mending lo mandi, terus makan ya. Abis itu cerita sama gue." Key mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
Setelah menyelesaikan acara bersih – bersih dirinya, Key keluar kamar untuk makan. Mereka makan dengan hening, hingga akhirnya Key mulai menceritakan kejadiannya tadi.
"Key, gimanapun. Dia ibu lo. Suka atau engga nya lo, lo harus tetep hormat." Bulan menatap Key. Tapi Key hanya diam.
Drrt... Drrt...
Key melihat layar hp-nya. Alisnya mengerut. Tanpa nama? Siapa?
"Halo" Sapa Key
"Hai Bulan, ini aku Bintang. Tadi aku dikasih note sama anak kecil." Jawab orang disebrang sana.
"Hah?" Key terkejut dan memandang Bulan.
"Iya, maaf ya. Aku ga tau kalo kamu lembur di hari minggu. Kata anak kecil tadi, kamu ke taman dan nunggu lama."
"O-oh iyaa."
"Bulan-"
"Ehm, Bintang... Aku capek, mau istirahat dulu. Bye!" Key segera mematikan hp-nya.
"Bulan. Jelasin sekarang juga, kenapa Bintang bisa tau nomor gue dan kenapa Bintang manggil gue dengan sebutan 'Bulan'?" Key berkata tanpa ekspresi datarnya. Memandang Bulan yang bergedik ngeri di hadapannya.
"Ja-jadi..."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
He Was Ugly
Romance"Kita lah yang membuat cerita kita sendiri, dengan ekspektasi tinggi dan imajinasi spektakuler. Melupakan realita dan konsekuensi yang akan terjadi di hidup ini."