Kau dan pesonamu...
Terlalu sulit untuk dilupakan.
--CdAL--***
Pagi-pagi sekali Rindu sudah siap dengan seragam sekolah dan tas selempangnya. Ia berjalan menuruni tangga, ke dapur untuk ikut sarapan bersama keluarganya. Belum sempat menyapa ayah dan ibunya, Rindu dikagetkan kembali dengan kehadiran cowok jangkung semalam.
"Sayang, sarapan bareng!" Tawar Marlina.
Mengabaikan rasa terkejutnya, Rindu lalu duduk di samping mamanya. Mulai mengolesi roti dengan selai kacang kesukaannya. Sepertinya mulai hari ini, Rindu harus terbiasa dengan kehadiran Reza di tengah-tengah keluarganya.
"Kamu berangkat bareng Alva, yah pagi ini!" Ucap Marlina memecah keheningan.
"Hah? Kenapa?" Spontan Rindu menutup mulut karena terlalu keras berteriak.
Reza terkekeh di sebrang meja, membuat Rindu mengulum bibir, malu.
"Papa kamu gak bisa nganter" jawab Marlina.
"Iya, papa harus meeting pagi-pagi. jadi kamu gak papa kan, berangkat bareng Alva?" Jelas ayahnya.
Rindu mengangguk, "iya" ucapnya.
Reza meminum susunya, berdiri, lalu berkata "om, tante, aku duluan yah. Rin, gue tunggu di luar" cowok itu berlalu setelah mendengar Rindu berucap, iya.
Rindu buru-buru menghabiskan roti, dan meminum susu miliknya. Tak enak membuat kakak kelasnya itu menunggu terlalu lama.
"Loh, kok udah selesai aja?" Tanya Marlina saat Rindu berpamitan padanya dan Arya.
"Gak enak sama kak Reza, nunggu aku lama" jawabnya, berlari ke ruang tamu untuk menemui cowok itu.
Rindu tidak melihat keberadaan Reza di ruang tamu, karena itu ia lanjut berjalan keluar rumah. Reza disana, bersandar pada pintu mobil ferrari berwarna merah sembari sibuk dengan ponselnya. Rindu mendekati cowok itu. Reza lansung mengantongi ponsel saat melihat kedatangan Rindu.
"Berangkat?" Reza menaikkan alisnya.
"Iya, kak" jawab Rindu singkat.
Mereka lalu berangkat menggunakan ferrari merah milik Reza. Cowok itu fokus menyetir, sementara Rindu sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Kenapa kakak pake mobil, bukan motor yang tadi malam?" Tanya Rindu, memecah keheningan yang sempat mendominasi mereka.
"Kenapa lo pake rok pendek, bukan yang panjang?"
Rindu menoleh mendapati Reza yang masih setia fokus ke arah jalan. Rindu memilih diam, tidak tahu harus menjawab dengan apa pertanyaan barusan.
"Gue tau, rok lo pendek. Kalau kita naik motor, bukannya ngerasa nyaman, lo bakal sibuk nahan rok karena ketiup angin. Jadi gue rasa lebih cocok kalau kita naik mobil" lanjut Reza.
Rindu hanya menunduk, ia bahkan tidak terpikir akan hal itu. Untuk pertama kalinya Rindu mendapat teguran keras akan penampilannya. Dan itu teguran dari cowok yang baru ia temui kemarin.
"Aku cuma punya tiga rok yang panjangnya sama, kayak gini kak" lirih Rindu.
"Panjangnya sama, atau pendeknya yang sama? Pulang sekolah, ikut gue, kita ke mall!" Putus Reza.
"Iya kak"
Entah kenapa Rindu merasa, Reza agak berbeda dengan cowok yang tadi malam menemaninya di warung sate. Pagi ini cowok itu bersikap sangat serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Luka
Teen Fiction#Karya buatan sendiri😎 #Don't copas!!☠️👊 ****** Ternyata benar, mencintai itu konsekuensinya harus siap terjatuh. Bahwa perjuangan tak pernah menjanjikan kebahagiaan. Setidaknya itulah yang kini tengah dirasakan Rindu. Rindu pernah begitu antusias...