Suatu pagi yang cerah di kediaman Diana Davidson, mama Diana sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Setelah suaminya dan Olivia bangun dan langsung sarapan, mama Diana heran mengapa Diana tak kunjung turun untuk sarapan. "Diana, ayo sarapan" teriak mama Diana memanggilnya. Tapi tak ada balasan dari Diana. Karena heran mengapa tak ada panggilan, mama Diana langsung menghampiri kamar Diana. Betapa kaget nya ia saat melihat kamarnya Diana. Ia melihat kamar Diana yang sangat berantakan, dan lebih mengagetkannya adalah bahwa Diana tidak ada di kamarnya itu. Dia langsung turun kebawah menemui suaminya. "Pa, Diana gak ada dikamar! Kamarnya juga berantakan!" kata mama Diana dengan paniknya. "Hah? Kok bisa?! Kemana anak itu?" tanya papa Diana yang panik dan terheran. "Aku juga gak tau. Olivia, tolong kamu telpon teman-teman Diana ya" suruh mama dengan panik. "I-iya ma" jawab Olivia dengan panik. Keluarga Davidson begitu panik ketika Diana kabur dari rumah. Iya, dia memang kabur dari rumah. Lebih tepatnya memilih untuk kabur dari rumah
.
.
.
Malam sebelumnya...Setelah tamparan mendarat di pipi kirinya, mamanya langsung meninggalkan nya sendirian di kamar tanpa memperduliakn perasaannya. Diana yang sudah tidak tahan lagi akan perbuatan mama nya dan keadaan keluarganya saat ini memutuskan untuk kabur dari rumah. Dia membawa benda-benda yang menurutnya penting untuk dibawa, ia hanya membawa beberapa baju untuk ia kenakan.
.
.
.
"Tolong pak polisi, cari anak saya." isak mama Diana pada pak polisi. Benar, keluarga Davidson sudah memanggil polisi untuk mencari anaknya yang kabur dari rumah. Olivia sudah menelpon teman-teman Diana, tapi mereka tidak tau keberadaan Diana sekarang. Dan akhirnya papa Diana menghubungi polisi untuk mencari Diana. "Baik bu, kita akan segera mencari anak ibu." kata salah satu pak polisi menenangkannya.*Diana side*
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, Diana segera bergegas menuju ke suatu tempat ternyaman baginya. Club Dream. Iya, sebuah club yang sangat nyaman baginya, disana dia bisa bersenang-senang dan melakukan apapun yang dia mau. Dia berangkat dari hotel yang ia tinggali sekarang menuju ke club malam itu. Disana ia membeli minuman yang biasa ia minum. "Tolong, biasanya ya." suruhnya pada bartender disana. "Eh, Diana? Udah lama gak kesini." sapa bartender sembari menyiapkan pesanan Diana. "Hehe, biasalah, keluarga." jawab Diana dengan ketawa pahitnya. Dia memang sering sekali kesini sendirian hanya untuk menghilangkan stress nya. "Tumben gak make barang, biasanya minum sambil make. Hahhahahah" tanya bartender sambil tertawa. Iya, biasanya dia memakai narkoba sambil meminum pesanannya. Tetapi sekarang dia tidak memakainya. "Dompet tipis nih" jawab Diana dengan muka lesunya. Setelah 5 menit minum di meja bartender, dia melihat seseorang yang ia kenal. Benar saja perkiraannya, itu adalah Mark Lee.
Seorang ketua bandar narkoba untuk para remaja di dunia, tetapi ia sepertinya sedang bersama orang lain yang tak asing lagi baginya. Benar, itu adalah Chenle. Rekan kerja dari Mark Lee.
*Mark Lee, Chenle side*
"Gimana hasil kemaren dari China?" tanya Mark Lee pada Chenle. Chenle langsung mengeluarkan sebuah amplop coklat dan memberikannya pada Mark. "Nih hyung. Cuma segini doang sih. Nih sisa barangnya." jawab Chenle sembari memberikan sisa narkoba yang ia jual di China. "Yaudah gapapa. Eh gua dapet kabar lu masuk berita sana ye?" tanya Mark. "Iya hyung, waktu mau ke sini hampir aja ketangkep" jawab Chenle. "Tapi lu gak kenapa napa kan?" tanya Mark lagi. "Iya hyung, kalo gua kenapa napa pasti lu gak liat gua disini." jawab Chenle.
*Diana side*
'Hm...ada barang tuh, tapi gua lagi gak ada duit. Hmm, apa gua....'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.TO BE CONTINUED :v
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIAS
FanfictionApa yang terjadi jika kamu sedang diincar oleh tiga kelompok besar mafia? Itulah yang terjadi pada Diana Davidson. Seorang perempuan remaja yang sedang diincar oleh tiga kelompok besar mafia yang terkenal, The 127, The Vision, dan The Dreamies. Lalu...