Porfiria

32 5 0
                                    

17.00 
Sunyi. Senyap. Hening. Koridor sekolah mulai gelap, tak ada langkah kaki lagi yang terdengar. Beberapa detik, terdengar tawa ria dari segerombolan gadis yang berjalan menuju koridor tempat loker mereka berdiri.

"Kalian mau denger gak, cerita aneh tapi mistis?" Portala mengganti topik yang berbeda dari topik sebelumnya. "Apa? Biasanya kan lu yang paling jayus," ledek Ganta. "Tapi ini serius. Sebenarnya gue juga gak terlalu percaya sih sama nih cerita, tapi kalian harus tau." Semua menatap Portala seakan mempersilahkan ia bercerita.

"Ada leluhur mengatakan, ada dua keluarga yang saling bertengkar kemudian membenci satu sama lain. Pada suatu hari, salah satu dari mereka memiliki istri yang sedang hamil. Katanya, suatu malam seorang tabib datang kerumah keluarga yang istrinya sedang hamil. Tabib itu memberikan ramuan untuk diminumkan ke sang istri keluarga itu. Setelah malam itu, tabib itu menghilang dari pemungkiman warga desa itu. Berbulan-bulan wanita itu mengandung, hingga pada saatnya melahirkan. Kalian tau gak, apa yang dikatakan tabib yang membantu wanita itu melahirkan?" ucap Portala membuat penasaran.

"Apa?" tanya Oriza penasaran. "Wanita itu melahirkan bayi pengidap porfiria!!!" lanjut Portala mengejutkan. "Hah? Kok bisa?" tanya Ganta. "Kata tabibnya sih, semasa wanita itu hamil, ada zat cairan yang tercampur sama porfiria gitu. Tapi si wanita itu gak sadar." "Tapi bukannya penyakit itu gak ada ya?" tanya Oriza mematahkan cerita. "Nah, itu juga yang bikin gue berfikir itu Cuma cerita fiktif." Sahut Portala.

Azura yang hanya diam dan melamun membuat ketiga temannya menatap dia. "Zura! Lu kenapa? Kok dari tadi diam terus sih, something wrong?" tanya Portala yang membubarkan lamunan Azura. Azura tersadar dan menjawab, "It's ok guys. Hmm gimana kalo kita pulang sekarang? Eskul kan udah selesai, lagian udah terlalu sore banget, takutnya sampai rumah kemalaman."

"Oh iya, gue lupa, gue mau ngajar dance sekarang, aduh udah telat nihhh!! Duluan ya guys, bye~" Ganta melambaikan tangan meninggalkan ketiga temannya. "Hmm gue juga duluan ya, mau jalan sama doi, hehe." Ucap Oriza tersipu malu. "Yehh lu kalo soal pacar nomor satu," ledek Portala. "Sorry guys, duluan ya. Dadah~" "Hati-hati lu!" pekik Portala yang dibalas lambaian tangan dari Oriza. "Lu gimana Zur?" tanya Portala kepada Azura. Azura mengedikan bahu dan menggunakan kepalanya menandakan 'ayok'. Akhirnya mereka berjalan beriringan menuju halte bis Transjakarta.

~

Gelap. Satu persatu lilin yang menerangi suatu tempat redup, bahkan mati. Hentakan kaki berjalan perlahan terdengar jelas karena suasana hening. Mata merah menyala, memancarkan aura sosok tersebut. "Kalian sudah menemukannya?" dengan suara serak dan berat, seseorang dari balik jubah hitam bersuara demikian. "Sesegera mungkin!" serentak para sosok lainnya mengatakan hal yang sama. "Kenapa lama sekali?" tanya sosok dibalik jubah hitam itu lagi. "Ingat! Kalian sudah menjadi yang terakhir, jika belum juga ditemukan, akan ada bencana besar yang menimpa!" tegas sosok itu lagi. "Kami sudah berusaha sebaik mungkin, namun memang belum terlihat akan wujudnya." Jawab salah satu dari 3 sosok yang menjadi lawan bicara sosok jubah itu. "Hanya sampai bulan purnama!" sekali lagi, sosok dibalik jubah itu mengingatkan dan menegaskan dengan lantang. Seketika mata mereka semua menyala, yang awalnya berwarna merah menjadi warna ungu.

Ketika 3 sosok lain berbalik ingin meninggalkan tempat tersebut, "Tunggu," sosok jubah yang terkenal dengan sebutan hoejang dalam bahasa Korea. "Selain Neor boleh pergi." Lanjut hoenjang dengan nada datar. Sosok yang merasa bernama Neor hanya mematung sebelum berbalik badan. "Neor, kamu tau kan posisi kamu sudah yang paling terakhir? Kamu adalah harapan terakhir." Setelah kalimat itu berakhir, Neor berbalik dan menatap hoejang dengan tatapan serius. "Ini buku legenda yang mungkin kamu belum tau sepenuhnya. Kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan?" hoejang memberikan buku setebal buku kamus yang terlihat kusam dan berdebu. "Baca dan fahami isi dari buku ini" Neor hanya diam tak menjawab sepatah kata pun. Neor menatap buku yang sudah berada ditangannya. Dan sedetik kemudian Neor pergi meninggalkan ruangan tersebut.

PASTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang