Porfiria2

9 3 0
                                    

Hari senin, Azura kembali bersekolah setelah perpindahan rumah dua hari yang lalu. Karena jarak apart dengan sekolahnya dekat, ia memutuskan bejalan kaki pergi ke sekolah. Ia menggunakan sweater dan earphone sambil memasukan tangan ke kantung sweater.

Sesampainya ia dilantai paling bawah, ia di sapa oleh beberapa karyawan yang bekeja di apart tesebut. "Pagi non Azura!" sapa seorang resepsionis yang berjalan berlawanan dengannya. Ia hanya mengangguk dan tersenyum menanggapinya. Ketika ia ingin menyetel lagu yang akan menemaninya menuju sekolah, terdengar bisik-bisik dari belakangnya, sontak membuat Azura berhenti dan mematung. "Aku dengar non Morya akan mewarisi 92% seluruh perusahaan ayahnya." "Wahhh gimana sama non Azura?" "Kayaknya dia cuma dapet sisanya deh" "Kasian banget non Azura. Walaupun dia anak kedua bukan berarti dapet perlakuan tidak adil kayak gitu." "Tapi yang aku tau, non Azura bukanlah anak kandung dari keluarga ini. kasihan ya". Azura menghela nafas lalu tersenyum sendu. Ia menunduk lalu melangkah pergi menuju sekolahnya.

Sepanjang jalan Azura hanya diam menahan nangis, ia beharap ia tidak mendengar apapun yang tadi mereka katakan. Karena merasa semakin kesal, Azura belari dengan sangat cepatnya, walaupun ia tau tanpa belari pun ia tidak akan terlambat.

Brughh!!!, "Awww!!" jerit Azura setelah tejatuh. Ketika belari ia tidak sadar tersandung batu. Ia tejatuh dan meringis kesakitan. "OMG!!! APA LAGI INI?!" karna ia melewati jalan kecil, tidak banyak orang yang berlalu lalang. Ia memperhatikan lututnya yang sedikit tegores. Sambil membersihkan tangannya, seseorang sudah berdiri di hadapan Azura dan menawarkan tangannya untuk digenggam. Azura mendongak dan terdiam.

~

Jam istirahat pun tiba, seluruh siswa berlari menuju kantin untuk makan siang. Segerombolan siswa sudah menempati salah satu kursi di kantin, yaitu Azura, Portala, Oriza, dan Ganta. "Hahaha iya, pokoknya film itu seru deh!" ucap Portala setuju dengan obrolan yang dibicarakan. "Hmm, Tal, lu kan pernah cerita soal penyakit Porfiria, nah lu tau gak itu penyakit apa dan ciri-cirinya kayak gimana?" tanya Azura memulai topik baru. "Wait, wait, kenapa tiba-tiba lu penasaran?" jawab Portala setelah meneguk minumannya. "Yaaa, mau tau aja," "Gw sih gak tau pasti itu penyakit macam apa, tapi kalau ciri-ciri gue pernah denger sih beberapa." "Nah apatuh?" Azura mendekatkan diri dengan wajah penasaran. Portala menyuruh Ganta dan Oriza juga ikut mendengar. "Gue bakal ngasih tau satu doank ya, soalnya kalau ketauan orang lain, bisa bahaya guys." "Kenapa bahaya?" tanya Oriza bingung. "Yehh jadi mau gue kasih tau yang ini atau yang lain nih?" tanya Portala menawarkan. "Yaudah yang ini," sahut Ganta. "Tubuhnya dingin," Azura, Ganta, dan Oriza mengerutkan dahi. "Gimana kita tau kalau orang itu dingin?" tanya Ganta. "Ya lu sentuhlah dodol!" jawab Portala sambil menyentuh ujung hidung Ganta. "Terus bahayanya dimana?" tanya Oriza. "Hmmm, pekan ini gue kasih tau deh. Gimana?" "Mau ngumpul? Dimana?" tanya Ganta. "Tempat biasa," jawab Portala. Ganta memperhatikan Azura yang melamun dengan pandangan serius. "Zura, lu kenapa?" tanya Ganta. "Hah?" Azura tersadar dari lamunannya.

Kringgg kringgg kringgg...

"Udah bel tuh, masuk yuk" Azura berdiri dan bergegas cepat meninggalkan teman-temannya. "Itu Azura kenapa sih? Dari kemarin aneh," tanya Ganta kepada dua temannya. "Kayaknya gue tau deh," ucap Portala sambil tersenyum.

~

Sepulangnya ia dari sekolah, ia memasuki lift apart dengan perlahan. Tentunya tetap memakai earphone yang siap menemaninya. Keluarnya ia dari lift berjalan menuju kamarnya. Di depan kamarnnya sudah terlihat seseorang menunggunya. Azura berhenti beberapa langkah dari pintu kamarnya, dan menatap wanita tersebut. Mereka saling bertatapan cukup lama, namun akhirnya Azura melangkah dan membuka password pintu kamarnya.

"Mau ngapain ke sini? Baru pulang capek, gak nerima tamu" ucap Azura acuh, bahkan tak mempersilahkan wanita itu masuk, tidak membuat wanita tersebut tetap diam di depan kamarnya. "Nih, 20 juta! Lu tinggalin kota ini, bahkan tinggalin keluarga gue seakan emang lu gak kenal," wanita tersebut melempar amplop coklat yang cukup tebal. Azura yang sedang membereskan buku langsung berhenti dan berbalik menatapnya. "Heehhh... Belum puas? Gue dah diluar rumah sekarang. Jelas-jelas didepan mata gue, lu ngusir gue kayak gak bersalah" ucap Azura menatapnya kesal. "Harusnya lu sadar. Bisa-bisanya lu lahir dengan keadaan begitu?!" Azura sedikit memirinngkan kepala berusaha mencerna kalimat kakak tirinya. "Gue gak berharap lu lahir, karena kelahiran lu membawa malapetaka buat keluarga gue" lanjut Morya dengan kejamnya. "Maksud lu?" tanya Azura masih tidak mengerti. "Oh ternyata anak kesayangannya ini belum diceritain. Gue gak ada waktu untuk cerita sekarang. Pilihannya cuma dua, lu pindah kota atau mungkin lebih baik keluar negeri, atau lu tetep disini tapi jangan pernah hubungi keluarga sama sekali!" Azura menunduk menahan mata yang sudah berkaca-kaca. Myora berbalik melangkah meninggalkan Azura.

PASTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang