2. Dunia Baru

31 2 0
                                    

Desember 2014

Dua minggu setelah Pasar Seni ITB selesai Joni dan aku bertemu di Kantin Salman dalam rangka si Joni yang baru ingat kalau payungku masih ada padanya selama ini.

"Sorry sorry Nad beneran lupaa."

Aku cuma geleng-geleng sambil memasukkan payungku ke dalam totebag selaku tas tambahan karena kantong gendongku sudah terlalu berat.

"Gimana ujian Nad?"

"Gak tau nih Jon, aku ngerasa kurang maksimal tadi."

Joni mengangguk setuju, "Sama Nad, padahal baru semester tiga ini kok udah berat banget ya rasanya."

Sambil melahap makanannya, Joni bicara lagi, kali ini sambil senyum senyum jahil.

"Eh Nad inget gak Dimas yang gue kenalin waktu itu?"

Aku mengangguk, "Inget, kenapa?"

"Nahhh dia mau minta kontak LINE elu, boleh gak nih?"

Aku hampir saja tersedak, segera ku-teguk air mineral untuk menetralisir tenggorokanku yang tiba-tiba kering. 

Pasti Joni bercanda, pikirku waktu itu.

"Hahh?"

"Seriuss Nad!!"

Aku ketawa kecil, "Ahh paling becanda kamu mah Jon."

"Yeeeh gak percayaan banget lu mah, udah sih boleh apa nggak? Kalo dia gak ngechat lo berarti gue bohong."

Sebelum kusuap nasi dan tempe dari sendok makan, aku ngeliat si Joni yang menatapku penuh harap, rasanya ingin ketawa karena jadi terlihat si Joni yang ngebet pengen kontak LINE-ku.

"Bisa aja kamu bohong, bilang ke Dimas kalo aku pengen dia ngechat."

"Astagfirullah Naaad suudzon banget luuu."

"Hahahaha." aku ketawa puas ngeliat Joni yang nampak frustasi, "Emang kapan dia minta kontak aku?" lanjutku.

Joni mikir sambil kedua bola matanya menatap langit-langit kantin Salman, "Hmmm minggu lalu kayaknya?"

"Yaudah gapapa kasih aja."

"Oke, gitu kek dari tadi, banyak cingcong nih Nadia mah."

--

Beberapa hari setelah UAS (Ujian Akhir Semester) selesai Dimas baru menghubungiku, kami chatting-an cukup intens, bisa dibilang setiap hari. Dimas ini ternyata senang sekali bercanda, walau kadang aku gak ngerti maksud dari bahan bercandanya tapi aku selalu hargai dengan pura-pura ketawa.

Sempat beberapa kali kami telponan untuk sekedar nemenin aku yang lagi sendirian di rumah, lalu dia cerita tentang rumahnya yang jadi sepi semenjak kakak perempuannya menikah dan ikut suami.

Dimas juga sudah tau kalau aku ini senang sekali masak, kadang dia suka minta hasil foto masakanku katanya siapa tau liat dari foto bisa kenyang, padahal ujungnya dia makin laper dan akhirnya rebus mie sendiri.

Waktu malam tahun baru Dimas datang ke rumahku, sekitar jam setengah 8, dia ngasih aku kembang api.

"Tapi kayaknya sebelum jam 12 aku udah tidur deh Dim." kataku sambil nerima kembang api-nya.

Dia yang masih duduk di atas motor ketawa, di situ aku baru sadar kalau dia pakai behel di gigi bawahnya.

"Haha yaudah jangan dinyalain. Aku ngasih aja."

"Kalo aku tidur aku nyalain tahun depan deh." kataku bercanda, Dimas makin ketawa.

"Kalo nyalain tahun depan berarti sama aku ya nad?"

Mengawali Cerita di Jalan DagoWhere stories live. Discover now