Cantik

10 1 0
                                    

Sudah seminggu sejak taun ajaran baru. Kini, aktivitas sekolah kembali seperti biasanya. Ekstrakurikuler juga mulai berjalan sebagaimana adanya. Gosip-gosip awal taun pun sudah busuk kedaluarsa. Para murid mulai memikirkan tugas sekolah yang diberikan.

Rani berjalan menyusuri koridor, sembari bernyanyi ria dengan rekah senyum di bibirnya. Ia telah baik-baik saja sekarang. Hatinya sudah pulih bahkan sembuh. Terlalu bodoh bagi Rani untuk merasa lemah karena diselingkuhin. Itu bukan Rani, ingat.

"Haii guyss, pageeee" sapanya saat memasuki kelas.

Teman kelas Rani menyambut Rani dengan senyum. Rani telah memaafkan mereka semua dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Ia juga mencoba untuk tersenyum dan merespon teman-temannya dengan baik.

Namun, Rani akan berkumpul dengan cewek kelas lainnya saat mereka tidak sedang bergosip, misalnya seperti bermain sesuatu, ke kantin bersama, atau diskusi bersama. Hanya itu.

Disisi lain, Louis dan Elsa bersikap acuh. Elsa lah yang memulai. Elsa tidak mau berbicara ataupun menganggap keberadaan Louis. Tetapi, itu justru lebih baik bagi Louis. Mungkin karena ia sedikit merasa bersalah atas berakhirnya hubungan mereka.

Elsa terus saja menghindar dan sering menyendiri, sedangkan Louis bersikap biasa saja. Ternyata, hubungan mereka telah berakhir -3 bulan yang lalu- Namun, karena liburan sekolah dan sikap Louis yang memang jarang bicara membuat hubungan mereka jarang disorot.

Kriing...kriing...kriing...

Bel masuk berbunyi, waktunya jam pelajaran pertama yang membosankan dan kelewat formal. Karena jam pertama adalah jam mapel yang mustahil ada jamkos.

"Panggilan kepada tim paduan suara yang bertugas harap ke aula depan kantor sekarang juga, sekali lagi..., terimakasih,"

Bola mata Rani membulat, hari ini ada tamu yang berkunjung ke sekolah dan dia berkesempatan untuk menyambut sebagai tim padusa. Jangan salah, Rani ini termasuk tim padusa loh, walaupun suara minimalis tapi ia lulus melalui seleksi.

"Bye Fei, Mike, Brian, wlee, hwahahah." Kata Rani sambil menjulurkan lidahnya.

"Anjg lo gaada akhlak," balas Brian.

"Anjirrr gw ditinggal males bet ngantuk," rengek Felisha yang biasa dipanggil Fei.

"Anak dajjal," timpal Mike.

Rani hanya melambaikan tangan bangga. Pelajaran pertama adalah kimia, sudah pasti tidak asyik.

Semua anggota tim sudah berkumpul di aula. Sebenarnya Rani sedikit insecure dengan suaranya, walaupun kadang ia mendengar merdu suaranya, tapi saat bersama para anggota padusa dia merasa suaranya tidak layak sama sekali. Alasan Rani mengikuti seleksi ini pun, karena ia berpengalaman menjadi dirigen, bukan bernyanyi.

Tetapi, ternyata dirigen di SMA lebih susah. Seorang dirigen harus bisa melampaui nada semua anggota tim nya, agar terjadi keselarasan nada. Tentunya Rani tidak bisa, karena pengalaman dirigen saat SMP hanya untuk memandu lagu Indonesia Raya ketika apel sebagai pengurus OSIS.

"Baik anak-anak mari kita coba pemanasan terlebih dahulu ya," ucap Bu Mega, pembina Padusa.

"A i u e o, a i u e o, a i u e o," teriak semua anggota tim menyamakan suara dan mengatur pernapasan.

"Tarik napas, 1 2 3, buang," pandu Bu Mega, "Oke, cukup, bisa dimulai latihan dulu Rose,"

Rose adalah dirigen baru. Dia seangkatan dengan Rani. Dirigen sebelumnya sudah lulus, dan pengganti nya adalah Rose dari kelas 11. Rose cukup gemulai memainkan tangannya, walaupun tak segemulai Rani, tapi dia ahli mengambil nada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love SponsorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang