Part. 4 - The Day Finally Change Everything

4K 363 21
                                    

A r e s

"Gia, Gia, tunggu dulu,"

Amarah di mata Gia adalah hal terakhir yang mau gue lihat hari ini setelah akhirnya dengan berani gue jujur dengan kenyataan yang selama ini gue sembunyikan dari dia.

No, no. bukan perasaan gue.

Melainkan tentang kenyataan bahwa gue dan bokapnya bikin perjanjian lima tahun mengenai gue yang akan diberikan posisi penting di perusahaan raksasa milik keluarga besar Gia. Alasan besar yang melatarbelakangi kenapa gue kerja keras dan belajar mati-matian lima tahun di Singapura.

Back then, Om Charles memang menawarkan gue untuk kerja di perusahaannya, karena dia bisa melihat kemampuan gue. Bokapnya Gia itu bahkan mengatakan kalau gue mampu improve diri dalam beberapa tahun, gue bisa jadi kandidat kuat untuk menduduki posisi CMO di perusahaannya. Yang mana itu adalah tawaran yang luar biasa buat gue yang kala itu masih nggak ngerti gimana caranya mengerakkan roda perusahaan.

Namun gue memilih untuk nggak langsung mengiyakan tawaran emas tersebut. Gue minta waktu sama Om Charles buat ngebuktiin ke diri gue sendiri kalau gue cukup pantas menerima kesempatan tersebut. Dan setelah semua pembuktian itu gue rasa cukup, gue mutusin ninggalin karir dan kehidupan gue di Singapura lalu pulang ke Indonesia.

Rencana yang udah gue susun itu juga gue kasih tahu ke Gia. Lebih tepatnya memberi dia kejutan yang mana nggak bisa diterima dengan mudah.

Gia keluar dari ruangan om Charles tanpa ngomong sepatah kata, tapi raut nggak bersahabat diwajahnya jelas membuat gue sadar dia nggak terima dengan apa yang gue jelaskan barusan.

Gia berbelok ke lift tanpa menghiraukan panggilan-panggilan gue. Namun sebelum lift menutup, gue menerobos masuk sambil menarik lengannya. Setelah itu gue dikejutkan karena tanpa gue duga, Gia menarik lengannya sedikit kasar.

Oh, no. bukan ini yang gue mau.

"Gue bisa jelasin, Gi."

"Semua yang dimulai dengan kata bisa dijelasin selalu berakhir nggak baik, Res. Pada akhirnya itu cuma dalih lo aja biar bisa ngulur waktu lalu mutar otak gimana caranya merangkai kebohongan lain!."

Gua tertegun begitu kalimat itu selesai dia ucapkan. Gia berdiri menjauh dari gue, tapi disaat yang sama mencoba nggak peduli dengan usaha gue buat meyakinkannya.

"Sumpah, gue nggak kayak gitu!" Gue mengakat tangan di sisi wajah, "Gue nggak mau ngasih tahu dulu karena gue pikir ini urusan gue sama bokap lo, Gi. Gue nggak bermaksud ngebohongin lo." kata gue sedikit melunak.

Gia nggak menyaut tapi lekas keluar begitu pintu lift ke buka. Dia bahkan mengabaikan sapaan hormat dari karyawan-karyawan bokapnya lalu bergegas ke parkiran.

"Please, apa lo harus kayak gini sama gue?" gue memutuskan mencegatnya sebelum dia naik mobil dan balik ke kantor. Lalu bisa gue tebak, Gia akan menutup komunikasi dan ngambek nggak mau ngomong sama berhari-hari. Tentu gue nggak mau itu terjadi.

Ucapan gue ternyata cukup memberi pengaruh karena Gia menghentikan langkahnya. Gue bisa melihat dadanya naik turun entah karena capek atau karena masih marah.

Gia lalu mengangkat pandangannya.

"Lo bikin rencana besar sama Papi tapi nggak ngasih tahu gue. Gue pikir gue cukup penting di hidup lo, tapi ternyata gue salah."

Rahang gue terkatup, nggak menyangkah bahwa hal semacam itu akan keluar dari mulut Gia.

Di saat yang sama gue bisa melihat pandangannya yang radah kecewa.

Nine To Forever [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang