Aku mencintai dua laki-laki di dalam hidupku. Ayahku yang amat tangguh, melantunkan kalimat suci di telingaku sejak saat lahirnya aku sebagai seonggok daging yang entah akan berguna atau tidak. Dan laki-laki lainnya yang amat istimewa, yang paling berani mengikrarkan kalimat suci, katanya untuk mengambil alih tugas ayahku terhadap diriku.
Aku ingin mencintai mereka dengan seluruhku. Aku juga ingin mencintai seluruh bagian yang mereka miliki. Mata yang indah, bahu yang kokoh, suara yang bergema, dan peluk yang utuh.
Sejak awal aku memang ingin mencintai laki-laki ini. Habisnya dia adalah satu-satunya laki-laki yang bisa ayah sapa. Ayahku setuju sekali dengan hubungan kami. Kata ayah, dia laki-laki yang taat agama, berwawasan luas, dan berbudi luhur. Aku bisa jadi wanita paling bahagia kalau bisa mencintai dan dicintai laki-laki ini. Ah pokoknya, nanti akan kuceritakan banyak sekali tentangnya.
"Lagi apa, Le?" Keanu mendaratkan atensinya pada layar yang juga baru saja Aliya tatap itu.
Aliya menoleh, "Lagi nulis cerita kita,"
"Cerita yang mana?"
"Ya, semuanya,"
"Semuanya gimana, Cantik?" ujar Keanu gemas.
"Ya semua cerita kita yang menyenangkan pasti aku tuangkan disini, Ke."Disini. Disini Aliya dan Keanu beradu kasih setiap harinya. Di warung tegal belakang sekolah. Setiap hari, Aliya selalu menemani Keanu berkumpul dengan teman satu geng-nya. Setiap hari juga, Keanu menemani Aliya melepaskan pikirannya melayang lalu menuangkannya lewat satu dua kalimat.
"Le, tidak bisa menulisnya nanti saja?" ucap Keanu tiba-tiba.
"Loh? Kenapa, Ke?"
"Ini hari terakhir, Le.. Terakhir kamu bersamaku!"Lantas keduanya terdiam. Aliya berhenti mendaratkan jemarinya pada papan keyboard. Keanu juga mengalihkannya dengan mengaduk jus jeruk menggunakan sedotan hijau itu. Topik yang canggung. Tapi Aliya dapat memahami itu. Keanu masih belum terima keputusannya untuk meninggalkan kota kelahiran dan seisinya.
"Ke, kita kan sudah dewasa. Bahkan kamu lebih dewasa. Kamu yang paling tau gimana dunia berputar setiap waktunya," Aliya membiarkan tangannya bertengger pada kedua bahu Keanu. Satu-satunya cara supaya Keanu mau melihat ke arahnya.
Keanu tetap keras kepala, dia menolak pernyataan Aliya, "Memangnya kalau dunia berputar, semuanya harus serba berubah? Ngga, Le! Kamu bisa tetap disini kalau kamu mau."
Aliya tidak mau berdebat. Ia tidak suka ada konflik diantara Keanu dengannya. Itu adalah rahasia umum kenapa dalam 6 tahun terakhir, Keanu dan Aliya masih bisa bersama. Terhitung sejak bertemunya mereka di Sekolah Menengah Pertama, hingga saat ini hampir lulus dari Sekolah Menengah Atas.
"Memangnya kamu benar-benar mau ke Bandung, Le?" seolah tidak puas dengan Aliya yang tidak menjawabnya. Keanu tetap menancapkan pertanyaan, meskipun ia tau jawaban Aliya tetap sama. Ia akan pergi.
"Kamu kan tau hasil SNMPTN ku. Tunggu, kamu enggak lagi minta aku untuk melewatkan kesempatan ini, kan?" Aliya menatap Keanu dengan seluruhnya.
"Terus Kota Blitar ini bagaimana, Le? Tulisanmu bagaimana? Katamu Kota Blitar adalah nyawa setiap tulisanmu, kan!?" sedikit membentak, sampai teman-teman Keanu yang ada disana melirik mereka. Sudah tidak asing lagi Keanu pakai gaya bicara yang bossy itu.
Aliya menyerah. Kali ini ia tidak bisa menahan untuk tidak berdebat dengan Keanu. Menurutnya. Keanu harus mengerti, dia harus dewasa. Kali ini Aliya bertugas untuk mendewasakannya, "Aku akan tetap menulis, memulai yang baru."
Keanu berdiri, ia gerah. Risih, akhir-akhir ini pendapatnya dengan Aliya selalu berbeda, "Apa? Yang baru apa?! Kamu akan menulis tentang apa, Aliya!?"
"Tentang Kota Bandung," Aliya juga jengah.
"Benar kan, benar dugaanku.."
"Apalagi?" tanya Aliya.
"Yang seharusnya jadi milikku satu persatu pergi!"Mendengar jawaban Keanu, Aliya langsung menutup laptopnya. Memasukkannya kedalam tas diantara tumpukan buku daftar bacaannya. Lalu menenggerkan tasnya ke antara bahunya, dan berniat meninggalkan Keanu, "Pulang, Ke. Orang rumah menunggumu."
"Mau kemana kamu?" tanya Keanu bossy.
"Pulang,"
"Kok pulang? Aku kan belum selesai,"
"Jadi aku disuruh menunggu kamu dan teman-temanmu selesai, gitu? Aku bosan, dan aku enggak boleh menulis? Begitu maksudmu?"
"Aliya!" bentak Keanu.Iya, kali kedua Aliya bertengkar dengan Keanu. Kali pertamanya, waktu mau menginjak Sekolah Menengah Atas, Aliya sudah mau pindah ke Bandung. Tapi Keanu menolak. Alhasil keluarga Aliya sudah pindah ke Bandung, di Blitar Aliya tinggal dengan neneknya.
"Ini, Ke! Ini kenapa satu persatu milikmu hilang. Karna kamu enggak bisa menjaga. Kamu menolak dewasa, Keanu!" Aliya menghela nafas, seolah lega sudah menyatakan apa yang selama ini harus ia katakan.
"Aliya, tolong lah. Kalau kamu pergi, aku gimana?" Keanu mengambil tangan Aliya, dibawa kedalam genggamannya.
"Keanu, tolong lah. Indonesia ini luas sekali. Kamu bisa mencari bahagiamu, dimanapun itu," finalnya Aliya berhasil mengatakan kalimat itu."Karena itu, karena Indonesia luas sekali. Aku takut enggak bisa temukan kamu lagi, Le.. Bandung juga luas sekali, ramai sekali," Keanu putus asa. Mengingat ia tidak cukup bisa membujuk Aliya untuk tetap disini.
"Berdoa, Ke. Berdoa sama tuhan kalau kamu enggak bisa temukan aku," ucap Aliya.
"Aliya,"
"Ya?"
"Tuhan kita kan berbeda."
KAMU SEDANG MEMBACA
adarma ; Mahar, Marah, Maheswara.
Teen FictionTuhan-nya satu. Cinta-nya beda. Enggak bisa kalau sama-sama terus. Enggak bisa kalau enggak ada yang mengalah.