"Al? Aliya!?" berasal dari suara di lantai bawah.
"Iya, Mas?" Aliya yakin itu suara Kakak tertuanya.
"Sini sebentar"
"Kenapa?"
"Sini,"Aliya melangkahkan kakinya menuruni tangga dengan nyawa yang masih setengah utuh, setengahnya lagi baru saja mau terbang ketika Aliya berhasil terlelap. Kegiatan di kampus hari ini membuat Aliya benar-benar ingin berhenti jadi manusia.
"Kenapa, Mas?" Aliya terduduk di anak tangga.
"Kamu enggak liat di depan ada paket? Kehujanan, tau!" omel Dika, kakak tertua yang Aliya maksud itu. Dia terlihat membawa kardus berisikan paket yang belum Aliya tau siapa pengirimnya.Aliya mendekat ke arahnya, melihat nama penerima paket tersebut. Lantas tertulis, Aliya Gandhasuli. Tentu artinya paket itu milik Aliya, "Aku kira itu paket Mas Dika, makanya aku biarin di depan."
"Buta lu!" sindir Dika menggerakan bola matanya.
"Kok Mas Dika—"
"Dari Keanu," Dika memotong kalimat Aliya. Seketika organnya seperti kehilangan fungsi. Reaksi yang selalu sama ketika ia mendengar kabar tentang Keanu yang menurutnya akan selalu menjadi dambaan.Aliya menghempas tangan Dika yang sedang hendak membuka kardus itu. Cepat-cepat ia membawa kardusnya ke lantai atas, ke kamarnya. Ia perlu bersiap-siap dulu sebelum menerima paket dari Keanu, "Ini paket aku!"
Seluruh keluarganya sudah sadar sekali, Aliya selalu baik-baik saja kecuali masalah Keanu. Sejak ketibaannya di Kota Bandung pun Aliya sudah banyak membuang semua hal yang punya hubungan dengan Keanu. Ia membenci kenangannya, tapi mencintai Keanu.
"Astaga, Ke.. Kamu baik-baik saja," Aliya bergumam dalam hatinya. Senang, tapi takut Keanu cuma mau menyampaikan kalau ia sudah benar-benar membenci Aliya.
Untuk,
Aliya Gandhasuli Renjana-ku.Le, kemarin aku lomba berkuda.
Setelah kamu pergi, aku banyak berhenti.
Aku enggak latihan.
Aku enggak pergi menongkrong.
Aku enggak main motor.
Aku enggak bertemu siapa-siapa.
Selama kamu pergi, tentu aku berusaha menjadi Keanu yang selama ini kamu mau.
Aku mendengarkan kata Bunda seperti maumu.
Aku menghargai wanita seperti katamu.
Semoga dengan ini, kita cepat bertemu ya.Salam hangatku,
Keanu Mahameru.Aliya menyimpan suratnya ke laci. Ia simpan baik-baik surat pertama Keanu yang nanti akan dibaca bersama Keanu ketika bertemu. Lantas ia melihat barang lain yang ada di dalam kardus itu.
Wanita itu berbinar ketika melihat medali emas kejuaraan berkuda yang selalu Keanu idam-idamkan. Belum lagi tertera nama Keanu yang indah di atas piagam yang juga sama-sama indah.
"Ale, Cantik.." Keanu membelai rambut Aliya yang setengah berantakan karena terkena angin. Ia belum melihat Keanu karena sepasang matanya masih tertuju pada kamera yang ia bawa kemana-mana.
Aliya menoleh kecil tanpa melihatnya, "Ya?"
"Aku boleh enggak jadi atlet berkuda?" tanya Keanu.
"Kenapa enggak?"
"Lee, liat sini dong!" Keanu memakai nada manjanya meraup wajah Aliya supaya melihat ke arahnya."Keanu, kalau kamu enggak tumbuh untuk jadi Atlet berkuda, untuk apa kita masih disini? Daripada kamu konvoi, lebih baik aku temani kamu latihan terus," Aliya tersenyum dan mengarahkan lensa kamera pada wajah Keanu yang rupawan.
"Hee? Ada apa ini?" Keanu tertawa.
"Apanya?"
"Kok, kamu seperti sedang membela Bunda?" lanjut Keanu.
"Membela apanya, sih?"
"Kamu seperti setuju dengan semua permintaan Bunda, kamu mirip sekali dengan Bunda."Kalimat Keanu yang sekarang membuat Aliya sedikit terdiam, seperti ada benda tumpul yang memaksa masuk kedalam pikiran Aliya, sekeras apapun ia tolak pasti akan berujung menyakiti hatinya sendiri, "Kamu benar, aku setuju dengan Bundamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
adarma ; Mahar, Marah, Maheswara.
Teen FictionTuhan-nya satu. Cinta-nya beda. Enggak bisa kalau sama-sama terus. Enggak bisa kalau enggak ada yang mengalah.