Ribuan kali telah kubunuh, masih saja hidup. Mengacaukan hati dan pikiran, bukan lagi hal yang asing. Letih memang. Membunuh dan mengubur yang sejatinya abadi. Mengoyak bagian akar-ku satu per satu hingga kini tak lagi terlihat seperti sebuah organ.
Kau yang pergi meninggalkanku. Aku telah melepasmu pergi. Kini kau bebas kesana kemari bahkan hinggap di pohon lain. Mungkin memang dahan-nya lebih kokoh, mungkin memang daun-nya lebih hijau, tapi disini aku yang rapuh akan tetap berdiri walau sendiri. Kematianku bukan lagi sebuah perkara bagimu. Aku sudah mengubur semuanya. Berhenti menyerap semua memori dari dalam tanah.
Waktuku hampir habis, namun kau datang memelukku sambil menangis. Pelukan erat yang kembali menumbuhkan dahan dan ranting, dan hampir menumbuhkan bunga seperti dulu. Tapi semua kembali samar, tepat sebelum itu terjadi.
Semua tentangmu nampak begitu jelas bagai kristal yang menghujani-ku. Entahlah. Mungkin memang aku yang sudah hancur. Sulit untuk menyatukan kenangan yang mulai acak.
Jika memang kau kembali, aku akan selalu disini menunggu kehadiranmu yang entah kapan terjadi. Apa ini hanya khayalku?
Atau memang nyata?
Kini sudah sulit bagiku untuk membedakan mana yang nyata, mana yang ilusi belaka. Rasanya seperti bangun dari mimpi yang sama. Kapan mimpi ini berakhir?
Atau aku saja yang berakhir?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisu Sejenak
General FictionLelah dengan dunia? Istirahat saja. Sunyi akan membawamu ke dunia yang lebih baik, mendalami makna sebuah cerita yang belum terungkap. Dengarlah, maka hatimu akan terbuka. Adakah yang akan bermain bisu juga? Was #49 in poet